Jakarta (ANTARA) - Pasien kanker memerlukan dukungan dari orang-orang sekitarnya termasuk pasangan dan keluarga yang bertindak sebagai caregiver untuk mendampinginya terutama melewati masa-masa sulit pengobatan.
"Dokter terbatas sekali perannya untuk mendampingi pasien. Paling kami diskusi di ruangan. Mungkin secara skema pengobatan dia penuh. Tetapi saat dia pulang 70 persen pasien sendiri harus atasi sendiri secara psikologis atau pun efek samping," kata dokter spesialis penyakit dalam haematologi dan onkologi medik di FKUI-RSCM, DR. dr. Cosphiadi Irawan, dalam Webinar Caregiving Kanker Payudara, Rabu.
Seorang caregiver direkomendasikan memiliki sejumlah kualifikasi antara lain paham penyakit kanker pasien dan menyampaikannya pada pasien menggunakan bahasa yang mudah dipahami, lalu memahami kondisi psikologis mereka dan bisa berempati.
Dengan kata lain, dia bisa bertindak sebagai teman yang mendengarkan curahan hati pasien.
Baca juga: Pasien kanker harus terbuka dan jangan takut bertanya
"Sebaiknya seorang caregiver tak mudah emosional. Dia memahami dari sisi pasien, yang paling menakutkan bagi wanita tidak lagi cantik karena rambut rontok. Jelaskan rambut rontok akan tumbuh lagi. Hal-hal yang menakutkan terkait pengobatan dibuat joke dan motivasi," tutur Chospiadi.
Seorang caregiver juga bisa berdiskusi dengan dokter yang menangani pasien, sembari terus memperbaharui pengetahuannya terkait obat-obatan yang direncanakan pada pasien, targetnya, efek samping dan waktu evaluasi pengobatan.
Dalam hal ini dia sekaligus diharapkan menginformasikan pengobatan yang tepat dari dokter sehingga informasi salah semisal hoaks yang berujung terhentinya pengobatan bisa dienyahkan.
Cosphiadi mengatakan, dalam kondisi tertekan atau depresi, seringkali pasien atau keluarga ingin mencari tahu untuk mendapatkan asupan yang lebih, seperti suplemen, obat-obatan alternatif, dan lain sebagainya, meski tanpa adanya data-data ilmiah.
Baca juga: Penderita kanker disarankan perbanyak konsumsi omega 3
Bahkan terkadang, ada pasien yang menghentikan pengobatan medis, juga karena tak puas dengan hasil pengobatannya. Di sisi lain, memang belum ada respon pengobatan yang 100 persen, sehingga jika caregiver paham mengenai ini dia bisa menyaring informasi yang benar pada pasien.
Sementara itu, Ketua Makasar Cancer Care Community (MCCC) yang juga penyintas kanker payudara, Nurlina Subair menuturkan, caregiver juga bisa mendorong pasien untuk bersosialisasi dengan kelompok support penyintas dan pasien kanker.
"Masyarakat di sekitar keluarga pasien untuk memberikan dukungan psikososial yang membesarkan hati dan membantu perjalanan pengobatan melawan kanker payudara metastatis," tutur dia.
Dia menambahkan, caregiver yang penyintas kanker yang sudah sehat kembali juga ideal untuk memberikan dukungan terhadap pasien karena punya empati dan telah merasakan atau menjalankan pengobatan.
Baca juga: Kurangi risiko kanker usus dengan konsumsi kol dan brokoli
Baca juga: Narkoba suntik bisa sebabkan Hepatitis C berujung kanker
Baca juga: Kurangi risiko kanker payudara dengan makanan tinggi serat larut
"Dokter terbatas sekali perannya untuk mendampingi pasien. Paling kami diskusi di ruangan. Mungkin secara skema pengobatan dia penuh. Tetapi saat dia pulang 70 persen pasien sendiri harus atasi sendiri secara psikologis atau pun efek samping," kata dokter spesialis penyakit dalam haematologi dan onkologi medik di FKUI-RSCM, DR. dr. Cosphiadi Irawan, dalam Webinar Caregiving Kanker Payudara, Rabu.
Seorang caregiver direkomendasikan memiliki sejumlah kualifikasi antara lain paham penyakit kanker pasien dan menyampaikannya pada pasien menggunakan bahasa yang mudah dipahami, lalu memahami kondisi psikologis mereka dan bisa berempati.
Dengan kata lain, dia bisa bertindak sebagai teman yang mendengarkan curahan hati pasien.
Baca juga: Pasien kanker harus terbuka dan jangan takut bertanya
"Sebaiknya seorang caregiver tak mudah emosional. Dia memahami dari sisi pasien, yang paling menakutkan bagi wanita tidak lagi cantik karena rambut rontok. Jelaskan rambut rontok akan tumbuh lagi. Hal-hal yang menakutkan terkait pengobatan dibuat joke dan motivasi," tutur Chospiadi.
Seorang caregiver juga bisa berdiskusi dengan dokter yang menangani pasien, sembari terus memperbaharui pengetahuannya terkait obat-obatan yang direncanakan pada pasien, targetnya, efek samping dan waktu evaluasi pengobatan.
Dalam hal ini dia sekaligus diharapkan menginformasikan pengobatan yang tepat dari dokter sehingga informasi salah semisal hoaks yang berujung terhentinya pengobatan bisa dienyahkan.
Cosphiadi mengatakan, dalam kondisi tertekan atau depresi, seringkali pasien atau keluarga ingin mencari tahu untuk mendapatkan asupan yang lebih, seperti suplemen, obat-obatan alternatif, dan lain sebagainya, meski tanpa adanya data-data ilmiah.
Baca juga: Penderita kanker disarankan perbanyak konsumsi omega 3
Bahkan terkadang, ada pasien yang menghentikan pengobatan medis, juga karena tak puas dengan hasil pengobatannya. Di sisi lain, memang belum ada respon pengobatan yang 100 persen, sehingga jika caregiver paham mengenai ini dia bisa menyaring informasi yang benar pada pasien.
Sementara itu, Ketua Makasar Cancer Care Community (MCCC) yang juga penyintas kanker payudara, Nurlina Subair menuturkan, caregiver juga bisa mendorong pasien untuk bersosialisasi dengan kelompok support penyintas dan pasien kanker.
"Masyarakat di sekitar keluarga pasien untuk memberikan dukungan psikososial yang membesarkan hati dan membantu perjalanan pengobatan melawan kanker payudara metastatis," tutur dia.
Dia menambahkan, caregiver yang penyintas kanker yang sudah sehat kembali juga ideal untuk memberikan dukungan terhadap pasien karena punya empati dan telah merasakan atau menjalankan pengobatan.
Baca juga: Kurangi risiko kanker usus dengan konsumsi kol dan brokoli
Baca juga: Narkoba suntik bisa sebabkan Hepatitis C berujung kanker
Baca juga: Kurangi risiko kanker payudara dengan makanan tinggi serat larut