Sampit (ANTARA) - Pencarian terhadap Jauyah (47), warga yang hilang saat memancing di Pantai Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, dihentikan.
"Sesuai SOP (standar operasional prosedur) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), hari ini terakhir pencariannya. Sore, operasi pencarian saya hentikan dan selanjutnya dilakukan pemantauan saja," kata Kepala Badan SAR Nasional Pos Sampit, Suprapto di Sampit, Rabu.
Nahas yang dialami Jauyah terjadi Rabu (30/12/2020) sekitar pukul 17.00 WIB saat korban bersama anak dan seorang warga lainnya berangkat memancing mencari ikan ke arah lokasi dekat sebuah kubah atau makam. Mereka berjalan kaki menyeberangi jalan atau pantai yang putus dan digenangi air laut akibat abrasi.
Korban menyeberang tanpa berbekal alat pelampung. Selain itu korban membawa sebuah bakul atau lanjung yang biasanya digunakan untuk menampung ikan hasil pancingan.
Diduga saat itu arus air ke arah laut cukup deras karena bersamaan kondisi laut akan surut. Kondisi yang terjadi tiba-tiba itu membuat ketiga pemancing ini terseret arus hingga terbawa ke tengah.
Ketiganya berusaha sekuat tenaga berenang menuju pantai. Anak korban dan satu warga lainnya ditemukan terdampar di pantai, sedangkan korban yaitu Jauyah tidak ditemukan.
Peristiwa itu baru diketahui saat azan Isya ketika warga menemukan dua korban selamat yang terdapat di pantai, sementara korban diduga hilang terseret arus karena tidak mampu melawan kuatnya arus laut di sekitar pantai yang merupakan objek wisata andalan Kotawaringin Timur itu.
Baca juga: Kotim dapat jatah 1.543 vaksin COVID-19
Menurut kesaksian dua korban yang selamat, salah satunya anak korban yang hilang, mereka sempat memegang korban agar tidak hanyut, tapi karena arus yang deras serta korban panik sehingga pegangan tersebut lepas karena memang sudah tidak sanggup lagi.
Suprapto mengatakan, tim gabungan melakukan pencarian bersama warga setempat dengan menyisir perairan pantai tersebut. Sayangnya, pencarian di pantai yang merupakan objek wisata andalan Kotawaringin Timur itu tidak membuahkan hasil.
"Pencarian dilakukan dengan melakukan penyisiran namun hasilnya nihil," ujar Suprapto.
Gelombang dan arus di perairan sekitar pantai itu memang dalam kondisi cukup kuat. Kondisi ini bisa menjadi pemicu pencarian terhadap korban tidak membuahkan hasil hingga hari ke tujuh setelah kejadian.
Suprapto mengaku turut berduka atas kejadian itu dan berharap pihak keluarga diberi ketabahan. Meski pencarian dihentikan, pihaknya tetap memantau perkembangan dan informasi terkait kejadian itu.
Baca juga: Bantuan pembuatan toilet cegah serangan buaya di Sungai Mentaya
"Sesuai SOP (standar operasional prosedur) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), hari ini terakhir pencariannya. Sore, operasi pencarian saya hentikan dan selanjutnya dilakukan pemantauan saja," kata Kepala Badan SAR Nasional Pos Sampit, Suprapto di Sampit, Rabu.
Nahas yang dialami Jauyah terjadi Rabu (30/12/2020) sekitar pukul 17.00 WIB saat korban bersama anak dan seorang warga lainnya berangkat memancing mencari ikan ke arah lokasi dekat sebuah kubah atau makam. Mereka berjalan kaki menyeberangi jalan atau pantai yang putus dan digenangi air laut akibat abrasi.
Korban menyeberang tanpa berbekal alat pelampung. Selain itu korban membawa sebuah bakul atau lanjung yang biasanya digunakan untuk menampung ikan hasil pancingan.
Diduga saat itu arus air ke arah laut cukup deras karena bersamaan kondisi laut akan surut. Kondisi yang terjadi tiba-tiba itu membuat ketiga pemancing ini terseret arus hingga terbawa ke tengah.
Ketiganya berusaha sekuat tenaga berenang menuju pantai. Anak korban dan satu warga lainnya ditemukan terdampar di pantai, sedangkan korban yaitu Jauyah tidak ditemukan.
Peristiwa itu baru diketahui saat azan Isya ketika warga menemukan dua korban selamat yang terdapat di pantai, sementara korban diduga hilang terseret arus karena tidak mampu melawan kuatnya arus laut di sekitar pantai yang merupakan objek wisata andalan Kotawaringin Timur itu.
Baca juga: Kotim dapat jatah 1.543 vaksin COVID-19
Menurut kesaksian dua korban yang selamat, salah satunya anak korban yang hilang, mereka sempat memegang korban agar tidak hanyut, tapi karena arus yang deras serta korban panik sehingga pegangan tersebut lepas karena memang sudah tidak sanggup lagi.
Suprapto mengatakan, tim gabungan melakukan pencarian bersama warga setempat dengan menyisir perairan pantai tersebut. Sayangnya, pencarian di pantai yang merupakan objek wisata andalan Kotawaringin Timur itu tidak membuahkan hasil.
"Pencarian dilakukan dengan melakukan penyisiran namun hasilnya nihil," ujar Suprapto.
Gelombang dan arus di perairan sekitar pantai itu memang dalam kondisi cukup kuat. Kondisi ini bisa menjadi pemicu pencarian terhadap korban tidak membuahkan hasil hingga hari ke tujuh setelah kejadian.
Suprapto mengaku turut berduka atas kejadian itu dan berharap pihak keluarga diberi ketabahan. Meski pencarian dihentikan, pihaknya tetap memantau perkembangan dan informasi terkait kejadian itu.
Baca juga: Bantuan pembuatan toilet cegah serangan buaya di Sungai Mentaya