Jakarta (ANTARA) - Kasubdit HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Nurjannah, SKM., M.Kes mengatakan bahwa pasien HIV bisa melakukan vaksin COVID-19 asalkan memenuhi sejumlah persyaratan, yakni Cluster of Differentiation 4 atau sel darah putih yang di atas 200 dan hasil pemeriksaan viral load (tingkat kerentanan) yang tidak terdeteksi
"Untuk HIV, mereka bisa menerima (vaksin) dengan catatan CD4-nya (Cluster of Differentiation) di atas 200 atau hasil dari pemeriksaan viral load-nya tidak terdeteksi," ujar Nurjannah dalam konferensi pers "Pemanfaatan Teknologi Telemedis untuk Menjangkau Pasien HIV" secara virtual, Kamis.
Baca juga: 33 kasus HIV/AIDS di Palangka Raya disebabkan perilaku heteroseksual
Viral load adalah pengukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa rentan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk menularkan penyakit.
Viral load tidak terdeteksi artinya sistem kekebalan tubuh memulih dan berhasil memperkuat diri.
"Artinya kondisinya itu stabil, itu khusus untuk HIV. HIV itu tidak ada kata sembuh, yang ada adalah kata tidak terdeteksi atau undetectable atau tersupresi virusnya itu setelah diperiksa dengan viral load," kata Nurjannah.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada akhir tahun 2020 jumlah ODHA di Indonesia diperkirakan 543.100 orang. Secara konsisten pemerintah telah melaksanakan berbagai kegiatan promosi, preventif, dan kuratif, demi memutus mata rantai penularan HIV di Indonesia.
Beberapa program yang telah dilaksanakan adalah Three Zero dan Program STOP. Adapun target yang ingin dicapai melalui program Three Zero adalah tidak adanya kasus baru HIV/AIDS, tidak ada kematian akibat HIV/AIDS, dan tidak ada stigma dan diskriminasi pada ODHA.
Sedangkan "STOP" adalah program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS melalui kegiatan Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan. Namun, upaya dan target dalam memerangi kasus HIV dan AIDS tersebut saat ini mengalami kendala akibat merebaknya pandemi COVID-19 di Indonesia.
Baca juga: Ternyata obat HIV tak ada khasiatnya bagi pasien COVID-19
Baca juga: Rumah sakit ini dikunjungi 70-120 kunjungan pasien HIV/AIDS perhari
Baca juga: Berikut fakta terkait herpes
"Untuk HIV, mereka bisa menerima (vaksin) dengan catatan CD4-nya (Cluster of Differentiation) di atas 200 atau hasil dari pemeriksaan viral load-nya tidak terdeteksi," ujar Nurjannah dalam konferensi pers "Pemanfaatan Teknologi Telemedis untuk Menjangkau Pasien HIV" secara virtual, Kamis.
Baca juga: 33 kasus HIV/AIDS di Palangka Raya disebabkan perilaku heteroseksual
Viral load adalah pengukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa rentan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk menularkan penyakit.
Viral load tidak terdeteksi artinya sistem kekebalan tubuh memulih dan berhasil memperkuat diri.
"Artinya kondisinya itu stabil, itu khusus untuk HIV. HIV itu tidak ada kata sembuh, yang ada adalah kata tidak terdeteksi atau undetectable atau tersupresi virusnya itu setelah diperiksa dengan viral load," kata Nurjannah.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada akhir tahun 2020 jumlah ODHA di Indonesia diperkirakan 543.100 orang. Secara konsisten pemerintah telah melaksanakan berbagai kegiatan promosi, preventif, dan kuratif, demi memutus mata rantai penularan HIV di Indonesia.
Beberapa program yang telah dilaksanakan adalah Three Zero dan Program STOP. Adapun target yang ingin dicapai melalui program Three Zero adalah tidak adanya kasus baru HIV/AIDS, tidak ada kematian akibat HIV/AIDS, dan tidak ada stigma dan diskriminasi pada ODHA.
Sedangkan "STOP" adalah program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS melalui kegiatan Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan. Namun, upaya dan target dalam memerangi kasus HIV dan AIDS tersebut saat ini mengalami kendala akibat merebaknya pandemi COVID-19 di Indonesia.
Baca juga: Ternyata obat HIV tak ada khasiatnya bagi pasien COVID-19
Baca juga: Rumah sakit ini dikunjungi 70-120 kunjungan pasien HIV/AIDS perhari
Baca juga: Berikut fakta terkait herpes