Jakarta (ANTARA) - ByteDance dilaporkan berencana menjual aset aplikasi miliknya TikTok di India kepada pesaing lokal dan unicorn Glance, langkah terbaru yang diambil perusahaan teknologi asal China itu dalam situasi geopolitik dan ekonomi yang semakin rumit.
Rencana tersebut dilaporkan masih dalam tahap pembicaraan, dikutip dari GSM Arena, Senin.
Setelah India membuat larangan bagi 59 aplikasi China, termasuk TikTok di negara itu secara permanen pada Januari, ByteDance, perusahaan induk untuk platform distribusi video pendek itu, secara efektif menutup operasinya di India dan menarik diri untuk keluar dari negara tersebut.
Baca juga: TikTok tegaskan server terpisah dari ByteDance
Sejak saat itu, ByteDance telah mencari cara untuk setidaknya menyelamatkan beberapa aset lokalnya. Kesempatan itu kemudian muncul ketika perusahaan multinasional Jepang SoftBank Group menjadi pendukung bagi induk TikTok, ByteDance, dan induk Glance, InMobi Pte.
Menurut sumber yang mengetahui masalah itu, pembicaraan tersebut melampaui hubungan bisnis sederhana antar perusahaan. Mengingat ketegangan India/China yang sedang berlangsung, pemerintah India harus memberikan persetujuan pada kesepakatan semacam itu.
Sumber mengklaim bahwa otoritas akan bersikeras bahwa data dan teknologi pengguna TikTok tetap berada di dalam perbatasan India. Aturan China yang cukup baru tentang ekspor teknologi diperkirakan akan memperumit negosiasi lebih jauh.
Namun, kemungkinan besar kedua pemerintah akan menyetujui kesepakatan akhir yang dimediasi SoftBank antara ByteDance dan InMobi Pte itu.
Nasib malang TikTok di India dimulai pada pertengahan tahun lalu ketika pemerintah India mengeluarkan larangan awal, dengan alasan ancaman terhadap kedaulatan dan keamanan negara.
Pada saat itu TikTok memiliki 200 juta basis pengguna di India dan ratusan karyawan lokal. Sejak itu, sebagian besar mantan karyawan tertarik pada aplikasi dalam negeri saingan TikTok yang bermunculan dan tumbuh pesat dengan harapan mengisi kekosongan pasar.
Glance atau Glance Digital Experience sesuai nama lengkapnya, mitra yang paling mungkin dalam kesepakatan transfer aset yang disebutkan di atas, jelas merupakan salah satu nama terbesar.
Induknya, InMobi, didirikan oleh alumnus Harvard Business School Naveen Tewari dan merupakan unicorn pertama di India -- istilah untuk menunjukan perusahaan rintisan atau startup bernilai lebih dari 1 miliar dolar AS.
Status unicorn itu baru saja diperoleh pada Desember, setelah dimulainya serangkaian larangan untuk TikTok, serta pendanaan dari Google dan Mithril Capital, milik miliarder Peter Thiel, untuk InMobi.
Rencana tersebut dilaporkan masih dalam tahap pembicaraan, dikutip dari GSM Arena, Senin.
Setelah India membuat larangan bagi 59 aplikasi China, termasuk TikTok di negara itu secara permanen pada Januari, ByteDance, perusahaan induk untuk platform distribusi video pendek itu, secara efektif menutup operasinya di India dan menarik diri untuk keluar dari negara tersebut.
Baca juga: TikTok tegaskan server terpisah dari ByteDance
Sejak saat itu, ByteDance telah mencari cara untuk setidaknya menyelamatkan beberapa aset lokalnya. Kesempatan itu kemudian muncul ketika perusahaan multinasional Jepang SoftBank Group menjadi pendukung bagi induk TikTok, ByteDance, dan induk Glance, InMobi Pte.
Menurut sumber yang mengetahui masalah itu, pembicaraan tersebut melampaui hubungan bisnis sederhana antar perusahaan. Mengingat ketegangan India/China yang sedang berlangsung, pemerintah India harus memberikan persetujuan pada kesepakatan semacam itu.
Sumber mengklaim bahwa otoritas akan bersikeras bahwa data dan teknologi pengguna TikTok tetap berada di dalam perbatasan India. Aturan China yang cukup baru tentang ekspor teknologi diperkirakan akan memperumit negosiasi lebih jauh.
Namun, kemungkinan besar kedua pemerintah akan menyetujui kesepakatan akhir yang dimediasi SoftBank antara ByteDance dan InMobi Pte itu.
Nasib malang TikTok di India dimulai pada pertengahan tahun lalu ketika pemerintah India mengeluarkan larangan awal, dengan alasan ancaman terhadap kedaulatan dan keamanan negara.
Pada saat itu TikTok memiliki 200 juta basis pengguna di India dan ratusan karyawan lokal. Sejak itu, sebagian besar mantan karyawan tertarik pada aplikasi dalam negeri saingan TikTok yang bermunculan dan tumbuh pesat dengan harapan mengisi kekosongan pasar.
Glance atau Glance Digital Experience sesuai nama lengkapnya, mitra yang paling mungkin dalam kesepakatan transfer aset yang disebutkan di atas, jelas merupakan salah satu nama terbesar.
Induknya, InMobi, didirikan oleh alumnus Harvard Business School Naveen Tewari dan merupakan unicorn pertama di India -- istilah untuk menunjukan perusahaan rintisan atau startup bernilai lebih dari 1 miliar dolar AS.
Status unicorn itu baru saja diperoleh pada Desember, setelah dimulainya serangkaian larangan untuk TikTok, serta pendanaan dari Google dan Mithril Capital, milik miliarder Peter Thiel, untuk InMobi.