Sukamara (ANTARA) - Bupati Sukamara, Kalimantan Tengah Windu Subagio mengatakan, pemkabaran hutan dan lahan dapat menimbulkan polusi udara atau kabut asap yang justru merugikan masyarakat banyak karena penyakit ISPA.
“Kita ketahui saat ini pandemi COVID-19 masih terjadi di berbagai wilayah, tidak terkecuali di Bumi Gawi Barinjam ini. Jangan sampai, wilayah ini juga mendapat musibah lainnya akibat kabut asap yang disebabkan karhutla,” katanya di Sukamara, Senin.
Menurutnya, dampak karhutla selama musim kemarau tentu sangat dikhawatirkan terjadi. Untuk itu diperlukan langkah antisipasi sedini mungkin.
Salah satu permasalahan yang kerap dihadapi oleh masyarakat di musim kemarau yaitu terjadinya perubahan kualitas udara, sehingga menimbulkan kerugian ekonomi maupun pencemaran lingkungan.
“Perlu diperhatikan saat ini adalah terkait karhutla dan dampaknya. Sebab, juga dapat menyerang saluran pernafasan atau biasa disebut ISPA. Tentunya, tugas ini akan semakin berat bila tidak ditanggulangi sedini mungkin,” jelasnya.
Hal tersebut menjadi acuan pihaknya dalam melakukan melakukan tahapan-tahapan terkait sosialisasi dan pencegahan hingga ke tingkat RT/RW, supaya masyarakat dapat mengetahui kondisi yang ada saat ini.
“Bantuan seluruh masyarakat sangat kita harapkan, terutama untuk tidak membakar lahan maupun hutan di saat musim kemarau melanda," ucapnya.
Tujuannya untuk meminimalisir dampak karhutla nantinya. Hal itu juga demi menjaga kesehatan bersama di tengah pandemi COVID-19 ini.
Selain itu, dalam penangan karhutla dapat diambil pelajaran dari penanganan dan antisiapasi COVID-19, dengan memanfaatkan babinsa dan bhabinkamtibmas melalui sosialisasi atau imbauan terkait larangan membakar yang juga mengacu pada maklumat Kapolda Kalteng.
“Ini sebagai antisipasi kita dalam penanganan karhutla di Sukamara, sehingga kita semua tidak lengah. Penerapan penanganan COVID-19 juga bisa beberapa, dapat diterapkan dalam penanganan karhutla,” katanya.
“Kita ketahui saat ini pandemi COVID-19 masih terjadi di berbagai wilayah, tidak terkecuali di Bumi Gawi Barinjam ini. Jangan sampai, wilayah ini juga mendapat musibah lainnya akibat kabut asap yang disebabkan karhutla,” katanya di Sukamara, Senin.
Menurutnya, dampak karhutla selama musim kemarau tentu sangat dikhawatirkan terjadi. Untuk itu diperlukan langkah antisipasi sedini mungkin.
Salah satu permasalahan yang kerap dihadapi oleh masyarakat di musim kemarau yaitu terjadinya perubahan kualitas udara, sehingga menimbulkan kerugian ekonomi maupun pencemaran lingkungan.
“Perlu diperhatikan saat ini adalah terkait karhutla dan dampaknya. Sebab, juga dapat menyerang saluran pernafasan atau biasa disebut ISPA. Tentunya, tugas ini akan semakin berat bila tidak ditanggulangi sedini mungkin,” jelasnya.
Hal tersebut menjadi acuan pihaknya dalam melakukan melakukan tahapan-tahapan terkait sosialisasi dan pencegahan hingga ke tingkat RT/RW, supaya masyarakat dapat mengetahui kondisi yang ada saat ini.
“Bantuan seluruh masyarakat sangat kita harapkan, terutama untuk tidak membakar lahan maupun hutan di saat musim kemarau melanda," ucapnya.
Tujuannya untuk meminimalisir dampak karhutla nantinya. Hal itu juga demi menjaga kesehatan bersama di tengah pandemi COVID-19 ini.
Selain itu, dalam penangan karhutla dapat diambil pelajaran dari penanganan dan antisiapasi COVID-19, dengan memanfaatkan babinsa dan bhabinkamtibmas melalui sosialisasi atau imbauan terkait larangan membakar yang juga mengacu pada maklumat Kapolda Kalteng.
“Ini sebagai antisipasi kita dalam penanganan karhutla di Sukamara, sehingga kita semua tidak lengah. Penerapan penanganan COVID-19 juga bisa beberapa, dapat diterapkan dalam penanganan karhutla,” katanya.