Sampit (ANTARA) - Wakil Bupati Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Irawati turun memimpin pembongkaran paksa bangunan-bangunan yang dinilai menjadi tempat prostitusi terselubung berkedok warung kopi.
"Mereka sudah diberi peringatan tiga kali untuk membongkar sendiri, tapi tidak juga dibongkar, sehingga hari ini dilaksanakan pembongkaran. Ada 13 rumah yang dicurigai tempat prostitusi terselubung. Kami akan terus memantau. Kalau dibangun lagi, akan kami bongkar lagi," kata Irawati di Sampit, Rabu.
Irawati didampingi Ketua DPRD Kotawaringin Timur Rinie, Kepala Dinas Sosial Rusmiati, Pelaksana Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Rahmat Widi Sujarwo dan Camat Mentawa Baru Ketapang, Sutimin.
Pembongkaran tempat prostitusi terselubung di Jalan Mohammad Hatta ini sudah berulang kali dilakukan. Pengelola warung remang-remang tidak pernah jera dan kembali mendirikan bangunan meski berulang kali dibongkar.
Irawati sempat terlihat emosi karena salah satu pemilik warung diketahui berbohong. Pemilik warung yang juga perempuan berdalih bahwa bangunannya yang terbuat dari kayu itu hanya sebuah warung kopi.
Tak percaya, Irawati memeriksa sendiri ke dalam bangunan dan mendapati warung itu memiliki sekitar lima kamar yang dilengkapi tempat tidur. Selain itu terdapat sebuah ruangan yang dilengkapi televisi dan sound system yang diduga disiapkan untuk tamu berkaraoke.
Hal memprihatinkan, juga ditemukan banyak botol bekas minuman keras. Hal itu menjadi bukti bahwa ada kegiatan terlarang yang selama ini terjadi di warung tersebut.
Irawati memperingatkan kepada pengelola warung agar tidak lagi membangun tempat untuk kegiatan terlarang itu. Masyarakat pemilik tanah juga diminta tidak membiarkan tanahnya digunakan untuk tempat maksiat atau melanggar hukum hanya demi mendapatkan uang sewa.
Baca juga: Bapenda Kotim gandeng perbankan permudah masyarakat bayar pajak daerah
"Patroli akan terus dilakukan. Kalau ada yang membangun lagi, kita bongkar lagi. Kami juga akan menyisir lokasi lain seperti Jalan Jenderal Sudirman km 13, 14 dan 35 Kecamatan Telawang. Kami akan Surati Camat Telawang untuk menyikapi keluhan masyarakat terkait prostitusi ini," tegas Irawati.
Sementara itu, hasil penelusuran petugas, prostitusi terselubung di kawasan itu menyasar pelanggan menengah ke bawah dengan tarif antara Rp50.000 sampai Rp150.000 setiap kali layanan.
Hal yang sangat disayangkan, kata Irawati, pemerintah sudah pernah membantu biaya pemulangan, jatah hidup, peralatan dan modal kerja, namun para pekerja seks komersial tersebut kembali datang dan menggeluti pekerjaan itu. Bahkan sebagian telah menjual bantuan peralatan kerja yang pernah diberikan pemerintah.
"Mereka rata-rata dari luar daerah. Mereka sudah dibantu modal usaha dan keterampilan kerja, tapi tetap saja seperti ini. Ini memang tergantung niat mereka mau berubah atau tidak. Tapi, pemerintah akan tegas memberantas prostitusi karena sangat meresahkan masyarakat," demikian Irawati.
Baca juga: Bulog dan Pemkab Kotim sosialisasikan beras bervitamin bantu penanganan stunting
"Mereka sudah diberi peringatan tiga kali untuk membongkar sendiri, tapi tidak juga dibongkar, sehingga hari ini dilaksanakan pembongkaran. Ada 13 rumah yang dicurigai tempat prostitusi terselubung. Kami akan terus memantau. Kalau dibangun lagi, akan kami bongkar lagi," kata Irawati di Sampit, Rabu.
Irawati didampingi Ketua DPRD Kotawaringin Timur Rinie, Kepala Dinas Sosial Rusmiati, Pelaksana Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Rahmat Widi Sujarwo dan Camat Mentawa Baru Ketapang, Sutimin.
Pembongkaran tempat prostitusi terselubung di Jalan Mohammad Hatta ini sudah berulang kali dilakukan. Pengelola warung remang-remang tidak pernah jera dan kembali mendirikan bangunan meski berulang kali dibongkar.
Irawati sempat terlihat emosi karena salah satu pemilik warung diketahui berbohong. Pemilik warung yang juga perempuan berdalih bahwa bangunannya yang terbuat dari kayu itu hanya sebuah warung kopi.
Tak percaya, Irawati memeriksa sendiri ke dalam bangunan dan mendapati warung itu memiliki sekitar lima kamar yang dilengkapi tempat tidur. Selain itu terdapat sebuah ruangan yang dilengkapi televisi dan sound system yang diduga disiapkan untuk tamu berkaraoke.
Hal memprihatinkan, juga ditemukan banyak botol bekas minuman keras. Hal itu menjadi bukti bahwa ada kegiatan terlarang yang selama ini terjadi di warung tersebut.
Irawati memperingatkan kepada pengelola warung agar tidak lagi membangun tempat untuk kegiatan terlarang itu. Masyarakat pemilik tanah juga diminta tidak membiarkan tanahnya digunakan untuk tempat maksiat atau melanggar hukum hanya demi mendapatkan uang sewa.
Baca juga: Bapenda Kotim gandeng perbankan permudah masyarakat bayar pajak daerah
"Patroli akan terus dilakukan. Kalau ada yang membangun lagi, kita bongkar lagi. Kami juga akan menyisir lokasi lain seperti Jalan Jenderal Sudirman km 13, 14 dan 35 Kecamatan Telawang. Kami akan Surati Camat Telawang untuk menyikapi keluhan masyarakat terkait prostitusi ini," tegas Irawati.
Sementara itu, hasil penelusuran petugas, prostitusi terselubung di kawasan itu menyasar pelanggan menengah ke bawah dengan tarif antara Rp50.000 sampai Rp150.000 setiap kali layanan.
Hal yang sangat disayangkan, kata Irawati, pemerintah sudah pernah membantu biaya pemulangan, jatah hidup, peralatan dan modal kerja, namun para pekerja seks komersial tersebut kembali datang dan menggeluti pekerjaan itu. Bahkan sebagian telah menjual bantuan peralatan kerja yang pernah diberikan pemerintah.
"Mereka rata-rata dari luar daerah. Mereka sudah dibantu modal usaha dan keterampilan kerja, tapi tetap saja seperti ini. Ini memang tergantung niat mereka mau berubah atau tidak. Tapi, pemerintah akan tegas memberantas prostitusi karena sangat meresahkan masyarakat," demikian Irawati.
Baca juga: Bulog dan Pemkab Kotim sosialisasikan beras bervitamin bantu penanganan stunting