Sampit (ANTARA) - Seorang pejabat di lingkup Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Edy Samon nyaris menjadi korban pemerasan dengan modus terduga pelaku melakukan panggilan video atau "video call" sambil membuka baju, kemudian merekamnya sebagai bahan ancaman untuk meminta uang kepada korban.

"Sempat kaget juga. Jadi ketika dia melepas baju, langsung saya matikan video call-nya,” kata Edy di Sampit, Senin.

Pria yang menjabat sebagai Kepala Sub Bidang di Badan Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur ini menceritakan, awalnya dia menerima pesan melalui akun Facebook miliknya dari seseorang dengan nama dan akun foto perempuan.

Perempuan tersebut kemudian meminta nomor telepon korban namun ditolak. Tidak berhenti, pelaku terus memaksa meminta nomor telepon hingga korban akhirnya memberikannya.

"Dia alasannya mau konsultasi sesuatu. Awalnya saya tidak mau, tapi karena dipaksa terus, saya kasih. Saat itu saya berpikir dan berprasangka positif saja,” kata Edy Samon.

Namun ternyata niat memberikan nomor telepon itu berbuah kejadian yang tidak menyenangkan bagi Edy. Dia sering ditelepon perempuan tersebut meski telepon tidak pernah diangkat oleh Edy.

Pesan singkat yang dikirim perempuan itu juga dijawab seadanya, namun dia tidak berhenti menelepon. Hal yang membuat Edy merasa terganggu, perempuan itu bahkan menelepon saat tengah malam.

Bermaksud untuk menanyakan apa keinginan perempuan itu sehingga terus-menerus menelepon, Edy Samon akhirnya mengangkat telepon perempuan itu pada Senin sore. Saat itu telepon yang masuk berupa panggilan video atau "video call".

Baca juga: Potensi BPHTB Kotim capai Rp551 miliar

Tidak disangka, perempuan itu ternyata merekam panggilan video itu dan membuka bajunya. Melihat itu, Edy langsung mematikan sambungan panggilan video tersebut.

Tidak terima, perempuan itu kemudian mengirim pesan kepada Edy dengan bernada ancaman akan menyebarkan rekaman video tersebut dengan isu bahwa mereka melakukan panggilan video vulgar jika Edy tidak memberinya uang.

Sadar sedang menjadi target pemerasan, Edy Samon tidak menggubris ancaman perempuan itu. Apalagi dia merasa tidak melakukan apa-apa dan justru menjadi korban tindakan tidak menyenangkan tersebut.

“Mungkin ini penipuan modus baru dan saya akan lebih waspada lagi. Untuk ke kepolisian, saya masih akan konsultasi terlebih dahulu. Kalau memang posisi saya dirugikan, tidak menutup kemungkinan akan menempuh jalur hukum,” ujar Edy.

Dia mengaku menceritakan pengalamannya ini untuk berbagi informasi agar masyarakat tidak sampai menjadi korban tindak kejahatan dengan modus serupa. Dia berharap masalah seperti ini juga menjadi perhatian aparat penegak hukum.

Baca juga: DPRD Kotim siap percepat pembahasan Perda Penanganan COVID-19

Baca juga: DPRD Kotim ingatkan pendisiplinan protokol kesehatan tidak boleh kendur

Baca juga: Kotim perketat pendisiplinan protokol kesehatan dukung PPKM mikro

Pewarta : Norjani
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2024