Jakarta (ANTARA) - Seiring tersedianya vaksin COVID-19 dan semakin banyak orang divaksin, paspor vaksin atau dokumentasi vaksinasi virus corona menjadi pembicaraan pihak perjalanan di luar negeri.
Forbes melaporkan, paspor vaksinasi akan memungkinkan banyak pelancong untuk melewatkan karantina atau pengujian diagnostik sebelum kedatangan mereka di suatu negara.
Kemungkinan paspor vaksin akan menjadi penting bagi pelancong internasional dalam beberapa bulan mendatang, menurut AP dan Insider.
Seperti apa paspor vaksin? Paspor digital bisa terlihat mirip boarding pass maskapai penerbangan dengan kode yang dapat dipindai melalui smartphone Anda atau dicetak sebelumnya. Untuk beberapa perjalanan, Anda mungkin dapat menggunakan kartu catatan vaksinasi yang Anda terima usai vaksinasi.
Baca juga: Rusia daftarkan vaksin COVID-19 pertama untuk hewan
Di Hawaii, misalnya, pejabat negara setempat sedang mempertimbangkan untuk mengeluarkan paspor vaksinasi bagi orang-orang yang keluar masuk Hawaii dan lintas pulau, ungkap KHON2.
Baca juga: Kebijakan vaksin China tak berdampak pada arus kedatangan orang asing
Sebuah aplikasi sedang dikembangkan. Gubernur Hawaii Josh Green mengatakan, pejabat di bandara dapat dengan mudah memeriksa kartu vaksinasi untuk memastikan kesahannya.
Dalam skala yang lebih luas di Amerika Serikat, pemerintahan Biden sedang mengerjakan program paspor vaksin sebagai bukti Anda divaksinasi sebelum memasuki area yang ramai seperti kapal pesiar, tempat, dan restoran, menurut The Washington Post.
Di Eropa, pejabat setempat juga sedang mengerjakan program paspor vaksinasi serupa dan diharapkan akan mulai dilaksanakan pada Juni ini atau tepat pada saat puncak waktu wisata musim panas.
Baca juga: Vaksinasi COVID-19 gratis di Kolese Kanisius
Israel bahkan sudah memiliki aplikasi paspor digital atau "green passport" yang dikeluarkan oleh pemerintahnya untuk orang-orang yang telah divaksinasi penuh. "Green pass" ini diperlukan di Israel untuk memasuki tempat-tempat tertentu seperti hotel, teater, dan pusat kebugaran.
Saat ini tersedia aplikasi paspor kesehatan digital yang menyimpan dan menampilkan bukti vaksinasi seperti CommonPass, the International Air Transport Association (IATA) Travel Pass, dan Health Pass by CLEAR.
Aplikasi IATA Travel Pass misalnya, merupakan paspor vaksin COVID-19 digital yang memungkinkan para pelancong menyimpan sertifikasi terverifikasi mereka untuk tes COVID-19 atau bukti vaksinasi COVID-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sedang mengerjakan Smart Vaccination Certificate, yang akan memberikan pedoman dan standar untuk paspor vaksin digital.
Sementara itu, pemerintah di beberapa negara dan maskapai penerbangan belum membakukan persyaratan vaksinasi dan bagaimana orang perlu membuktikan mereka aman untuk bepergian.
"Paspor vaksin dapat menjadi cara untuk membantu kita kembali normal dengan lebih cepat. Ini dapat membuat semua hal yang kita sukai lebih aman: bepergian, pergi ke acara olahraga, kembali bekerja, kata direktur O'Neill Institute for National and Global Health Law di Georgetown University Law Center, Lawrence Gostin kepada Insider.
Baca juga: Spanyol gunkan vaksin AstraZeneca untuk usia 55-65 tahun
Baca juga: Usai pembatasan ekspor India, sejumlah negara berebut pasokan vaksin
Baca juga: Legislator Gumas: Tetap taati prokes walau sudah dua kali vaksin
Forbes melaporkan, paspor vaksinasi akan memungkinkan banyak pelancong untuk melewatkan karantina atau pengujian diagnostik sebelum kedatangan mereka di suatu negara.
Kemungkinan paspor vaksin akan menjadi penting bagi pelancong internasional dalam beberapa bulan mendatang, menurut AP dan Insider.
Seperti apa paspor vaksin? Paspor digital bisa terlihat mirip boarding pass maskapai penerbangan dengan kode yang dapat dipindai melalui smartphone Anda atau dicetak sebelumnya. Untuk beberapa perjalanan, Anda mungkin dapat menggunakan kartu catatan vaksinasi yang Anda terima usai vaksinasi.
Baca juga: Rusia daftarkan vaksin COVID-19 pertama untuk hewan
Di Hawaii, misalnya, pejabat negara setempat sedang mempertimbangkan untuk mengeluarkan paspor vaksinasi bagi orang-orang yang keluar masuk Hawaii dan lintas pulau, ungkap KHON2.
Baca juga: Kebijakan vaksin China tak berdampak pada arus kedatangan orang asing
Sebuah aplikasi sedang dikembangkan. Gubernur Hawaii Josh Green mengatakan, pejabat di bandara dapat dengan mudah memeriksa kartu vaksinasi untuk memastikan kesahannya.
Dalam skala yang lebih luas di Amerika Serikat, pemerintahan Biden sedang mengerjakan program paspor vaksin sebagai bukti Anda divaksinasi sebelum memasuki area yang ramai seperti kapal pesiar, tempat, dan restoran, menurut The Washington Post.
Di Eropa, pejabat setempat juga sedang mengerjakan program paspor vaksinasi serupa dan diharapkan akan mulai dilaksanakan pada Juni ini atau tepat pada saat puncak waktu wisata musim panas.
Baca juga: Vaksinasi COVID-19 gratis di Kolese Kanisius
Israel bahkan sudah memiliki aplikasi paspor digital atau "green passport" yang dikeluarkan oleh pemerintahnya untuk orang-orang yang telah divaksinasi penuh. "Green pass" ini diperlukan di Israel untuk memasuki tempat-tempat tertentu seperti hotel, teater, dan pusat kebugaran.
Saat ini tersedia aplikasi paspor kesehatan digital yang menyimpan dan menampilkan bukti vaksinasi seperti CommonPass, the International Air Transport Association (IATA) Travel Pass, dan Health Pass by CLEAR.
Aplikasi IATA Travel Pass misalnya, merupakan paspor vaksin COVID-19 digital yang memungkinkan para pelancong menyimpan sertifikasi terverifikasi mereka untuk tes COVID-19 atau bukti vaksinasi COVID-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sedang mengerjakan Smart Vaccination Certificate, yang akan memberikan pedoman dan standar untuk paspor vaksin digital.
Sementara itu, pemerintah di beberapa negara dan maskapai penerbangan belum membakukan persyaratan vaksinasi dan bagaimana orang perlu membuktikan mereka aman untuk bepergian.
"Paspor vaksin dapat menjadi cara untuk membantu kita kembali normal dengan lebih cepat. Ini dapat membuat semua hal yang kita sukai lebih aman: bepergian, pergi ke acara olahraga, kembali bekerja, kata direktur O'Neill Institute for National and Global Health Law di Georgetown University Law Center, Lawrence Gostin kepada Insider.
Baca juga: Spanyol gunkan vaksin AstraZeneca untuk usia 55-65 tahun
Baca juga: Usai pembatasan ekspor India, sejumlah negara berebut pasokan vaksin
Baca juga: Legislator Gumas: Tetap taati prokes walau sudah dua kali vaksin