Palangka Raya (ANTARA) - Fotosintesi berperan penting terhadap tumbuh kembang tanaman karena sangat berguna dalam membentuk sel, jaringan dan organ tanaman. Untuk itu, ketika fotosintesis mampu dioptimalkan, maka akan berdampak besar terhadap cepatnya pertumbuhan akar, batang, daun, dan buah ataupun bunga tanaman.
Namun, fotosintesis tidak akan mampu optimal jika hanya membiarkan proses alam melalui cahaya matahari, yang hanya efektif untuk tanaman dari pukul 6.30-10.00 wib dan pukul 14.00-17.00 WIB.
Hal itulah yang membuat Diperlukan intervensi manusia dengan membuat bakteri perangsang atau biasa dikenal dengan PSB (Photosyntetic Bacteria atau Bakteri fotosintesis). Dengan begitu, tanaman akan terus melakukan fotosintesis sepanjang hari atau dari pukul 06.30 -17.30 wib.
Cara ini telah dilakukan oleh Asep Eko DS, seorang petani yang tinggal di sekitar Jalan Tjilik Riwut km38 Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Dia telah menerapkan ke tanaman cabai, tomat, jagung, terong, timun, dan lainnya, di lahan berpasir.
"Dampak lain dari optimalisasi fotosintesis ini, mampu meningkatkan dan mengoptimalkan hasil panen dari tanaman yang ditanam," kata Asep di Palangka Raya, Senin.
Pada dasarnya, radiasi Sinar Matahari yang bisa digunakan tanaman dalam melakukan fotosintetis yakni 390 nanometer (n)m hingga 760 nm. Radiasi inilah yang kemudian diterima tanaman melalui molekul-molekul pigmen seperti klorofil ketika melakukan proses fotosintetis.
Sedangkan, apabila tanaman menerima radiasi pada panjang gelombang di atas 760 nm, maka akan membuat energi foton terlalu banyak yang justru mengakibatkan ionisasi serta kerusakan pigmen. Dan, jika radiasi di bawah 390 nm, justru energi foton tidak mempunyai energi yang cukup untuk diserap oleh tanaman sebagai komponen untuk melakukan proses fotosintesis.
Itulah kenapa proses fotosintesis pada tanaman hanya terjadi pada pukul 6.30-10.00 wib dan pukul 14.00-17.00 wib. itu jika di jam-jam tersebut tidak ada mendung. Sementara di luar jam-jam tersebut, jika pun tidak mendung, radiasi sinar matahari tetap tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman dalam melakukan proses fotosintesis.
Apabila ini tidak menjadi perhatian serius dari para petani, maka akan berdampak pada terjadinya penurunan hasil, terutama pada tanaman buah, yang sangat memerlukan pengisian maksimal pada fase ini. Sebab, pengisian buah secara maksimal, sangat melibatkan proses fotosintetis.
"Tanaman pada dasarnya sangat menginginkan proses fotosintetis selama masih hidup. Cara agar tanaman tetap berfotosintesis, ya melalui PSB. Cara membuat PSB tidak sulit, bahannya mudah didapat dan tidak mahal," kata Asep.
Tanaman yang ditanam oleh Asep Eko DS selaku petani di Kota Palangka Raya. ANTARA/HO-Dokumentasi Asep Eko DS
Bahan-bahan untuk membuat PSB itu, yakni menyediakan dua (2) butir telur ayam ras atau ayam kampung atau telur itik, MSG atau penyedap rasa/vetsin, Saos ikan (rekomendasi merk SAORI), Botol dan Air mineral atau bisa juga air sumur.
Cara pembuatannya, dua butir telur dikocok terlebih dahulu. Telur tersebut pun dicampur dengan penyedap rasa atau vetsin sebanyak dua sendok makan, lalu diaduk merata. Setelah telur dan penyedap rasa itu tercampur, maka langkah selanjutnya dilakukan pencampuran dua sendok makan saos ikan yang kemudian diaduk hingga merata.
Hasil campuran telur dan penyedap rasa serta saos ikan itupun tinggal dicampurkan dengan air mineral atau air sumur sesuai dengan ukurannya. Di mana botol air mineral ukuran 600ml bisa dikasih 1 sendok makan, dan botol ukuran 1,5 liter diberi 2 sendok makan. Setelah semuanya tercampur rata, langkah selanjutnya melakukan penjemuran yang terkena sinar matahari langsung. Biarkan selama dua minggu hingga satu bulan.
"Untuk mengetahui apakah PSB sudah siap digunakan, bisa dilihat dari perubahan warna. Apabila sudah berubah warna menjadi merah tua, ataupun ungu, maka PSB sudah jadi diimplementasikan," lanjut ayah dari tiga anak itu.
Mengenai penggunaannya, terlebih dahulu 5ml PSB yang telah jadi dicampurkan ke 1 liter air terlebih dahulu, baru dilakukan penyemprotan pada tanaman. Penyemprotan yang baik itu pada saat sinar matahari sedang panas terik atau di atas pukul 10.00 wib. Lakukan penyemprotan tersebut lima hari sekali.
Jika telah disemprotkan ke tanaman, maka gelombang cahaya atau sinar matahari yang tinggi, akan ditangkap oleh bakteri atau PSB tersebut. Tangkapan itu pun disalurkan ke tanaman dalam bentuk tegangan/gelombang yang lebih rendah, sehingga bisa didapat tegangan yang tepat sesuai kebutuhan tanaman dalam melakukan fotosintetis pada siang hari.
Selain bisa melakukan fotosintetis sendiri, PSB juga bisa berperan sebagai vektor energi dan penurun tegangan panas matahari. Dengan begitu, akan berdampak besar terhadap cepatnya pertumbuhan akar, batang, daun, dan buah ataupun bunga tanaman.
"Saya meyakini, jika ini dilakukan secara konsisten oleh para petani di Indonesia, akan berdampak besar terhadap peningkatan dan pengoptimalan hasil panen tanaman yang ditanam. Saya sudah mencoba dan melakukannya sampai saat ini," demikian Asep.
Namun, fotosintesis tidak akan mampu optimal jika hanya membiarkan proses alam melalui cahaya matahari, yang hanya efektif untuk tanaman dari pukul 6.30-10.00 wib dan pukul 14.00-17.00 WIB.
Hal itulah yang membuat Diperlukan intervensi manusia dengan membuat bakteri perangsang atau biasa dikenal dengan PSB (Photosyntetic Bacteria atau Bakteri fotosintesis). Dengan begitu, tanaman akan terus melakukan fotosintesis sepanjang hari atau dari pukul 06.30 -17.30 wib.
Cara ini telah dilakukan oleh Asep Eko DS, seorang petani yang tinggal di sekitar Jalan Tjilik Riwut km38 Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Dia telah menerapkan ke tanaman cabai, tomat, jagung, terong, timun, dan lainnya, di lahan berpasir.
"Dampak lain dari optimalisasi fotosintesis ini, mampu meningkatkan dan mengoptimalkan hasil panen dari tanaman yang ditanam," kata Asep di Palangka Raya, Senin.
Pada dasarnya, radiasi Sinar Matahari yang bisa digunakan tanaman dalam melakukan fotosintetis yakni 390 nanometer (n)m hingga 760 nm. Radiasi inilah yang kemudian diterima tanaman melalui molekul-molekul pigmen seperti klorofil ketika melakukan proses fotosintetis.
Sedangkan, apabila tanaman menerima radiasi pada panjang gelombang di atas 760 nm, maka akan membuat energi foton terlalu banyak yang justru mengakibatkan ionisasi serta kerusakan pigmen. Dan, jika radiasi di bawah 390 nm, justru energi foton tidak mempunyai energi yang cukup untuk diserap oleh tanaman sebagai komponen untuk melakukan proses fotosintesis.
Itulah kenapa proses fotosintesis pada tanaman hanya terjadi pada pukul 6.30-10.00 wib dan pukul 14.00-17.00 wib. itu jika di jam-jam tersebut tidak ada mendung. Sementara di luar jam-jam tersebut, jika pun tidak mendung, radiasi sinar matahari tetap tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman dalam melakukan proses fotosintesis.
Apabila ini tidak menjadi perhatian serius dari para petani, maka akan berdampak pada terjadinya penurunan hasil, terutama pada tanaman buah, yang sangat memerlukan pengisian maksimal pada fase ini. Sebab, pengisian buah secara maksimal, sangat melibatkan proses fotosintetis.
"Tanaman pada dasarnya sangat menginginkan proses fotosintetis selama masih hidup. Cara agar tanaman tetap berfotosintesis, ya melalui PSB. Cara membuat PSB tidak sulit, bahannya mudah didapat dan tidak mahal," kata Asep.
Bahan-bahan untuk membuat PSB itu, yakni menyediakan dua (2) butir telur ayam ras atau ayam kampung atau telur itik, MSG atau penyedap rasa/vetsin, Saos ikan (rekomendasi merk SAORI), Botol dan Air mineral atau bisa juga air sumur.
Cara pembuatannya, dua butir telur dikocok terlebih dahulu. Telur tersebut pun dicampur dengan penyedap rasa atau vetsin sebanyak dua sendok makan, lalu diaduk merata. Setelah telur dan penyedap rasa itu tercampur, maka langkah selanjutnya dilakukan pencampuran dua sendok makan saos ikan yang kemudian diaduk hingga merata.
Hasil campuran telur dan penyedap rasa serta saos ikan itupun tinggal dicampurkan dengan air mineral atau air sumur sesuai dengan ukurannya. Di mana botol air mineral ukuran 600ml bisa dikasih 1 sendok makan, dan botol ukuran 1,5 liter diberi 2 sendok makan. Setelah semuanya tercampur rata, langkah selanjutnya melakukan penjemuran yang terkena sinar matahari langsung. Biarkan selama dua minggu hingga satu bulan.
"Untuk mengetahui apakah PSB sudah siap digunakan, bisa dilihat dari perubahan warna. Apabila sudah berubah warna menjadi merah tua, ataupun ungu, maka PSB sudah jadi diimplementasikan," lanjut ayah dari tiga anak itu.
Mengenai penggunaannya, terlebih dahulu 5ml PSB yang telah jadi dicampurkan ke 1 liter air terlebih dahulu, baru dilakukan penyemprotan pada tanaman. Penyemprotan yang baik itu pada saat sinar matahari sedang panas terik atau di atas pukul 10.00 wib. Lakukan penyemprotan tersebut lima hari sekali.
Jika telah disemprotkan ke tanaman, maka gelombang cahaya atau sinar matahari yang tinggi, akan ditangkap oleh bakteri atau PSB tersebut. Tangkapan itu pun disalurkan ke tanaman dalam bentuk tegangan/gelombang yang lebih rendah, sehingga bisa didapat tegangan yang tepat sesuai kebutuhan tanaman dalam melakukan fotosintetis pada siang hari.
Selain bisa melakukan fotosintetis sendiri, PSB juga bisa berperan sebagai vektor energi dan penurun tegangan panas matahari. Dengan begitu, akan berdampak besar terhadap cepatnya pertumbuhan akar, batang, daun, dan buah ataupun bunga tanaman.
"Saya meyakini, jika ini dilakukan secara konsisten oleh para petani di Indonesia, akan berdampak besar terhadap peningkatan dan pengoptimalan hasil panen tanaman yang ditanam. Saya sudah mencoba dan melakukannya sampai saat ini," demikian Asep.