Jakarta (ANTARA) - Direktur Layanan dan Jaringan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ronny Venir mengatakan sekitar 80 persen volume transaksi oleh nasabah perseroan sudah dilakukan secara digital, sedangkan sisanya masih dilakukan secara konvensional.
"Tranformasi digital kita hampir 80 persen volume transksi itu sudah dilakukan secara digital, sehingga tinggal sedikit orang yang masih berinteraksi langsung. Ini masih ada karena beberapa alasan yang mungkin mereka lebih senang data ke cabang, tapi pelan-pelan kita akan shifting ke transaksi digital," ujar Ronny di sela-sela buka puasa virtual di Jakarta, Kamis.
Ronny menceritakan saat ini telah terjadi penurunan transaksi yang dilayani oleh teller di kantor cabang. Satu teller biasanya mampu melakukan hingga 150-200 transaksi, kini telah berkurang hampir 60 persennya.
"Dengan berkurangnya transaksi ini, kita mengurangi jumlah teller yang sudah dialihkan ke mesin. Begitu juga dengan kegiatan di customer service, biasanya rata-rata nasabah customer service itu 50-an, sekarang sudah berkurang," kata Ronny.
Ia menambahkan, pada tahun ini BNI akan merelokasi atau menutup sebanyak 96 outlet BNI yang tersebar di seluruh Indonesia.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI YB Hariantono mengatakan, saat ini bank plat merah itu beroperasi dengan dual mode. Di satu sisi layanan digital selalu ditingkatkan, tapi layanan-layanan non digital tetap berjalan.
"Jadi kita masih punya layanan fisik cabang segala macam yang lagi berjalan. Khusus untuk layanan digital, kita melihat segmen masing-masing. Untuk segmen konsumer, fokus kita adalah layanan untuk mobile banking kita. Kita punya channel yang banyak, kita masih punya channel ATM, internet banking, EDC, agent banking kita, tapi untuk konsumer yang self service-nya kita akan fokusnya di mobile banking," ujar Hariantono.
Sementara untuk segmen korporasi, lanjut Hariantono, perseroan akan terus mengembangkan BNI Direct yang merupakan manajemen kas untuk perusahaan-perusahaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembayaran pajak, bank garansi, dan sebagainya.
Meski demikian, Hariantono mengatakan kanal-kanal digital tidak semua orang menggunakannya. Ada juga segmen-segmen tertentu yang masih ingin berinteraksi dengan orang misalnya segmen nasabah prioritas yang ingin dilayani oleh petugas bank.
"Ada juga kalau kita mungkin pergi ke daerah-daerah tertentu yang digital literacy-nya tidak terlalu tinggi , mereka masih punya preferensi untuk melakukan transaksi di cabang. Jadi mungkin untuk kota-kota yang tidak terlalu urban, mereka mungkin lebih membutuhkan layanan di cabang-cabang," kata Hariantono.
Oleh karena itu, walaupun BNI sangat fokus untuk mengembangkan kanal-kanal digitalnya guna menyongsong generasi milenial yang baru masuk ke dalam angkatan kerja dan akan mendominasi nantinya, perseroan tetap sadar bahwa ada layanan fisik perbankan yang memang harus tetap diperhatikan.
"Tranformasi digital kita hampir 80 persen volume transksi itu sudah dilakukan secara digital, sehingga tinggal sedikit orang yang masih berinteraksi langsung. Ini masih ada karena beberapa alasan yang mungkin mereka lebih senang data ke cabang, tapi pelan-pelan kita akan shifting ke transaksi digital," ujar Ronny di sela-sela buka puasa virtual di Jakarta, Kamis.
Ronny menceritakan saat ini telah terjadi penurunan transaksi yang dilayani oleh teller di kantor cabang. Satu teller biasanya mampu melakukan hingga 150-200 transaksi, kini telah berkurang hampir 60 persennya.
"Dengan berkurangnya transaksi ini, kita mengurangi jumlah teller yang sudah dialihkan ke mesin. Begitu juga dengan kegiatan di customer service, biasanya rata-rata nasabah customer service itu 50-an, sekarang sudah berkurang," kata Ronny.
Ia menambahkan, pada tahun ini BNI akan merelokasi atau menutup sebanyak 96 outlet BNI yang tersebar di seluruh Indonesia.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI YB Hariantono mengatakan, saat ini bank plat merah itu beroperasi dengan dual mode. Di satu sisi layanan digital selalu ditingkatkan, tapi layanan-layanan non digital tetap berjalan.
"Jadi kita masih punya layanan fisik cabang segala macam yang lagi berjalan. Khusus untuk layanan digital, kita melihat segmen masing-masing. Untuk segmen konsumer, fokus kita adalah layanan untuk mobile banking kita. Kita punya channel yang banyak, kita masih punya channel ATM, internet banking, EDC, agent banking kita, tapi untuk konsumer yang self service-nya kita akan fokusnya di mobile banking," ujar Hariantono.
Sementara untuk segmen korporasi, lanjut Hariantono, perseroan akan terus mengembangkan BNI Direct yang merupakan manajemen kas untuk perusahaan-perusahaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembayaran pajak, bank garansi, dan sebagainya.
Meski demikian, Hariantono mengatakan kanal-kanal digital tidak semua orang menggunakannya. Ada juga segmen-segmen tertentu yang masih ingin berinteraksi dengan orang misalnya segmen nasabah prioritas yang ingin dilayani oleh petugas bank.
"Ada juga kalau kita mungkin pergi ke daerah-daerah tertentu yang digital literacy-nya tidak terlalu tinggi , mereka masih punya preferensi untuk melakukan transaksi di cabang. Jadi mungkin untuk kota-kota yang tidak terlalu urban, mereka mungkin lebih membutuhkan layanan di cabang-cabang," kata Hariantono.
Oleh karena itu, walaupun BNI sangat fokus untuk mengembangkan kanal-kanal digitalnya guna menyongsong generasi milenial yang baru masuk ke dalam angkatan kerja dan akan mendominasi nantinya, perseroan tetap sadar bahwa ada layanan fisik perbankan yang memang harus tetap diperhatikan.