Yang harus diketahui tentang virus corona varian India

Selasa, 11 Mei 2021 14:08 WIB

New Delhi (ANTARA) - India mencatat lonjakan kasus infeksi virus corona paling tajam di dunia pada Mei 2021, di mana New Delhi dan Mumbai kehabisan tempat tidur rumah sakit, oksigen tabung, dan obat-obatan.

Para ilmuwan sedang mempelajari apa yang menyebabkan lonjakan tak terduga itu, dan terutama apakah varian virus corona baru yang pertama kali terdeteksi di India adalah penyebabnya.

Varian baru virus corona tersebut, yang diberi nama B.1.617, telah dilaporkan di 17 negara sehingga meningkatkan kekhawatiran global.

Virus corona varian B.1.617 berisi dua mutasi kunci pada bagian luar "ujung runcing" virus yang menempel pada sel manusia, kata ahli virologi senior India Shahid Jameel.

Baca juga: Warga India diperingatkan tentang kotoran sapi bukan obat COVID-19

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan garis turunan utama varian B.1.617 pertama kali diidentifikasi di India pada Desember tahun lalu, meskipun versi sebelumnya teridentifikasi pada Oktober 2020.

Pada 10 Mei, WHO mengklasifikasikan virus corona varian India sebagai suatu "varian yang menjadi perhatian", seperti halnya varian yang pertama kali terdeteksi di Inggris, Brazil, dan Afrika Selatan. Beberapa studi awal menunjukkan virus varian India lebih mudah menyebar.

"Ada peningkatan penularan yang ditunjukkan dalam beberapa studi pendahuluan," kata kepala teknis WHO untuk COVID-19 Maria Van Kerkhove.

Dia menambahkan perlu lebih banyak informasi tentang virus varian India itu untuk memahami sudah berapa banyak kasus yang beredar.

Terkait kemungkinan varian B.1.617 dapat mendorong lonjakan kasus COVID-19, menurut WHO, studi berbasis laboratorium dengan ukuran sampel terbatas menunjukkan potensi peningkatan penularan.

Namun, gambaran keadaannya rumit karena varian B.117 yang sangat mudah ditularkan yang pertama kali terdeteksi di Inggris merupakan penyebab lonjakan kasus COVID-19 di beberapa bagian India.

Baca juga: Varian virus Corona dari India ditemukan di Kotim

Di New Delhi, kasus varian Inggris hampir dua kali lipat selama paruh kedua Maret, menurut Sujeet Kumar Singh, direktur Pusat Pengendalian Penyakit Nasional.

Bagaimanapun, virus corona varian India banyak ditemukan di Maharashtra, yakni negara bagian yang paling terdampak wabah COVID di India, kata Singh.

Pemodel terkemuka untuk jenis penyakit, Chris Murray -- dari Universitas Washington Amerika Serikat, mengatakan besarnya kasus infeksi corona di India dalam waktu singkat menunjukkan suatu "varian yang luput" mungkin mengalahkan kekebalan sebelumnya dari infeksi alami pada populasi tersebut.

"Varian itu kemungkinan besar B.1.617," katanya. Namun, Murray memperingatkan bahwa data pengurutan gen pada virus corona di India masih jarang, dan banyak kasus juga didorong oleh varian Inggris dan Afrika Selatan.

Kepala Diagnostik Mikrobiologi dan Imunologi di rumah sakit Bambino Ges di Roma, Carlo Federico Perno, mengatakan virus corona varian India tidak bisa sendirian menjadi alasan lonjakan besar kasus infeksi di India. Dia malah menunjuk pertemuan sosial yang besar sebagai penyebab lonjakan kasus COVID di negara itu.

Perdana Menteri Narendra Modi telah dikritik karena mengizinkan demonstrasi politik besar-besaran dan festival keagamaan yang telah menjadi acara yang sangat menyebarkan virus dalam beberapa pekan terakhir.

Baca juga: Varian B1617 Virus Corona ditemukan di Kalteng, masyarakat tak perlu panik

Sementara ada satu titik terang bahwa vaksin mungkin bersifat protektif dalam menghentikan virus corona varian India itu.

Kepala penasihat medis Gedung Putih Anthony Fauci mengatakan bahwa bukti awal dari penelitian laboratorium menunjukkan bahwa Covaxin, vaksin yang dikembangkan di India, tampaknya mampu menetralkan varian tersebut.

Badan Kesehatan Masyarakat Inggris mengatakan sedang bekerja sama dengan mitra internasional. Namun, saat ini tidak ada bukti bahwa varian India dan dua varian terkait menyebabkan penyakit yang lebih parah atau membuat vaksin yang saat ini digunakan kurang efektif.

"Kami tidak memiliki bukti apa pun yang menunjukkan bahwa diagnosis kami, terapi kami, dan vaksin kami tidak berfungsi (melawan virus varian India). Hal ini penting," kata Van Kerkhove dari WHO.

Sumber: Reuters

Baca juga: PUBG Mobile kembali diluncurkan di India dengan nama baru

Baca juga: Delapan singa di kebun binatang positif COVID-19

Baca juga: Satgas sebut empat ABK India positif COVID-19 di Dumai

Pewarta : Yuni Arisandy Sinaga
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Ada 72 kasus COVID-19 di Lampung

23 May 2023 12:20 Wib

Berikut penjelasan RSUD Tamiang Layang terkait meninggalnya warga terkonfirmasi positif COVID-19

03 September 2022 21:42 Wib, 2022

Obat oral COVID-19 Pfizer untuk penggunaan darurat kantongi izin BPOM

23 August 2022 10:46 Wib, 2022

Gejala long COVID dialami satu dari delapan orang

05 August 2022 14:49 Wib, 2022

Pemberian dosis penguat kedua untuk nakes dinilai sebagai langkah tepat

31 July 2022 21:13 Wib, 2022
Terpopuler

Alfian Mawardi ingin ikuti jejak orang tuanya membangun Kapuas

Kabar Daerah - 21 jam lalu

Legislator Gumas dukung 10 program pokok PKK

Kabar Daerah - 16 May 2024 13:11 Wib

Pemkab Barito Utara dapat 3.424 formasi untuk rekrutmen CPNS dan PPPK

Kabar Daerah - 15 May 2024 16:41 Wib

Pj Bupati Katingan tekankan ASN harus terus tingkatkan kapasitas

Kabar Daerah - 23 jam lalu

Masyarakat Sebangau Kuala harapkan program peningkatan ekonomi

Kabar Daerah - 16 May 2024 21:15 Wib