Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, berupaya meningkatkan sektor kepelabuhanan, bahkan berambisi bisa mengekspor minyak sawit mentah atau "crude palm oil" (CPO) langsung dari Sampit.
"Selama ini kalau mau mengekspor harus dikirim dulu ke Dumai atau Batam. Kita berharap nanti bisa mengekspor CPO langsung dari Sampit. Tidak perlu dikirim melalui daerah lain," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Jumat.
Potensi perkebunan kelapa di Kotawaringin Timur dinilai cukup besar. Kabupaten ini bahkan disebut sebagai daerah dengan perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia untuk kategori kabupaten.
Selama ini CPO hasil perkebunan kelapa sawit di Kotawaringin Timur tidak langsung diekspor. CPO dikirim ke Dumai maupun Batam untuk ditampung, kemudian baru diekspor ke luar negeri.
Untuk bisa mengekspor CPO langsung dari Sampit, persiapan harus dilakukan, mulai dari sarana dan prasarana di pelabuhan, penyediaan "bulking terminal facility" atau tangki timbun dan keperluan lainnya.
Untuk kelancaran lalu lintas kapal yang masuk ke Sampit, pemerintah daerah menggagas program tol sungai. Sasaran utama program ini adalah mengeruk alur Sungai Mentaya agar bisa dilalui lancar 24 jam.
Baca juga: DPRD Kotim ingatkan perusahaan tidak menanam sawit di sempadan sungai
Selama ini alur Sungai Mentaya hanya bisa dilalui kapal barang dan penumpang dari luar Pulau Kalimantan berkisar tujuh hingga delapan jam. Alur sungai hanya bisa dilewati kapal-kapal besar, itu pun saat sungai dalam kondisi pasang.
Persiapan lainnya yaitu rencana membangun tangki timbun CPO dengan menggandeng investor. Tangki timbun ini nantinya akan menjadi tempat penampungan CPO yang akan diekspor langsung Sampit.
"Kami diminta menyiapkan lahan 100 hektare untuk membangun tangki timbun. Kalau itu terealisasi maka kita tidak perlu dikirim ke Dumai atau Batam dulu sebelum diekspor. CPO paling banyak berasal dari Kotim," tegas Halikinnor.
Halikinnor mengakui perlu perjuangan keras untuk mewujudkan ambisi tersebut. Namun dia optimistis keinginan itu bisa diwujudkan dengan dukungan semua pihak.
Baca juga: Pemkab Kotim evaluasi truk masuk kota
"Selama ini kalau mau mengekspor harus dikirim dulu ke Dumai atau Batam. Kita berharap nanti bisa mengekspor CPO langsung dari Sampit. Tidak perlu dikirim melalui daerah lain," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Jumat.
Potensi perkebunan kelapa di Kotawaringin Timur dinilai cukup besar. Kabupaten ini bahkan disebut sebagai daerah dengan perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia untuk kategori kabupaten.
Selama ini CPO hasil perkebunan kelapa sawit di Kotawaringin Timur tidak langsung diekspor. CPO dikirim ke Dumai maupun Batam untuk ditampung, kemudian baru diekspor ke luar negeri.
Untuk bisa mengekspor CPO langsung dari Sampit, persiapan harus dilakukan, mulai dari sarana dan prasarana di pelabuhan, penyediaan "bulking terminal facility" atau tangki timbun dan keperluan lainnya.
Untuk kelancaran lalu lintas kapal yang masuk ke Sampit, pemerintah daerah menggagas program tol sungai. Sasaran utama program ini adalah mengeruk alur Sungai Mentaya agar bisa dilalui lancar 24 jam.
Baca juga: DPRD Kotim ingatkan perusahaan tidak menanam sawit di sempadan sungai
Selama ini alur Sungai Mentaya hanya bisa dilalui kapal barang dan penumpang dari luar Pulau Kalimantan berkisar tujuh hingga delapan jam. Alur sungai hanya bisa dilewati kapal-kapal besar, itu pun saat sungai dalam kondisi pasang.
Persiapan lainnya yaitu rencana membangun tangki timbun CPO dengan menggandeng investor. Tangki timbun ini nantinya akan menjadi tempat penampungan CPO yang akan diekspor langsung Sampit.
"Kami diminta menyiapkan lahan 100 hektare untuk membangun tangki timbun. Kalau itu terealisasi maka kita tidak perlu dikirim ke Dumai atau Batam dulu sebelum diekspor. CPO paling banyak berasal dari Kotim," tegas Halikinnor.
Halikinnor mengakui perlu perjuangan keras untuk mewujudkan ambisi tersebut. Namun dia optimistis keinginan itu bisa diwujudkan dengan dukungan semua pihak.
Baca juga: Pemkab Kotim evaluasi truk masuk kota