Periksa sperma jadi tindakan pertama pada kasus gangguan kesuburan

Jumat, 24 September 2021 13:41 WIB

Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus spesialis kebidanan & kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi & reproduksi, Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, MPH, Sp.OG-KFER mengatakan, pemeriksaan sperma merupakan tindakan pertama yang perlu dilakukan sebelum pengecekan pada perempuan untuk kasus gangguan kesuburan.

"Sekitar 35 persen sebab gangguan kesuburan oleh faktor sperma. Oleh karena itu, yang pertama kali diperiksa sperma sebelum dilakukan pemeriksaan pada perempuan," kata dia dalam webinar kesehatan mengenai kesuburan, Kamis.

Menurut Budi, jumlah sperma normalnya sekitar 15 juta per cc, dengan jumlah yang bergerak sebanyak 32 persen. Bila hasil menunjukkan tidak normal maka disarankan pemeriksaan ulang tiga bulan kemudian.

Baca juga: Sayuri jadi ibu lewat donor sperma diperbincangkan di Korsel

Pada kasus sperma nol, dokter akan memeriksa ketersediaan sperma ada di testis, kemudian sebab kelainan apakah karena faktor produksi atau distribusi.

"Karena itu penting dilakukan pemeriksaan volume testis, hormon untuk memikirkan apakah ada sperma di testis. Kalau ada bisa dilakukan biopsi testis untuk mendapatkan sperma pada bayi tabung," tutur Budi.

Sementara pada perempuan, biasanya akan dilakukan pengecekan kadar Anti-Mullerian Hormone (AMH), yakni untuk mengukur kadar hormon yang dihasilkan oleh organ reproduksi di dalam darah.

Baca juga: Ini vitamin untuk sperma yang lebih kuat dan sehat

Dalam program bayi tabung, tes ini bisa digunakan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas cadangan sel telur yang dimiliki calon ibu.

"Kalau perempuan usianya 29 tahun, AMH-nya harusnya 3,5 nanogram per mililiter (ng/ml), umur biologisnya 29 tahun. Kalau usianya 35 tahun, minimal 1,4 AMH-nya," ujar Budi.

Bila dua orang perempuan yang sama-sama berusia 25 tahun namun AMH berbeda yakni 5,4 ng/mL dan 0,5 ng/mL, maka pasien kedua memiliki umur biologisnya yang jauh lebih tua daripada yang pertama.

"Ini yang menyebabkan tindakan pada pasien kedua akan jauh berbeda daripada pasien pertama," demikian kata Budi.

Baca juga: Tips jaga kualitas sperma untuk pasangan yang ingin punya momongan

Baca juga: Apakah sperma pasien COVID-19 bisa menularkan penyakit?

Baca juga: Kurang tidur bisa merusak kesehatan sperma

Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Perkembangan kasus Enzy Storia dan Bea Cukai

18 May 2024 13:09 Wib

Polisi proses laporan kasus injak Al Quran oleh pejabat Kemenhub

17 May 2024 19:23 Wib

Anggota DPR RI dukung penegakan hukum dalam kasus santri membunuh ustadzah

17 May 2024 16:04 Wib

Polisi tangani kasus anak bunuh ayah kandung di Tangerang

17 May 2024 14:52 Wib

Sidang kasus korupsi eks Dirut Pertamina, JK hadir sebagai saksi

16 May 2024 15:18 Wib
Terpopuler

Alfian Mawardi ingin ikuti jejak orang tuanya membangun Kapuas

Kabar Daerah - 17 May 2024 20:18 Wib

Legislator Gumas dukung 10 program pokok PKK

Kabar Daerah - 16 May 2024 13:11 Wib

Pemkab Barito Utara dapat 3.424 formasi untuk rekrutmen CPNS dan PPPK

Kabar Daerah - 15 May 2024 16:41 Wib

Pj Bupati Katingan tekankan ASN harus terus tingkatkan kapasitas

Kabar Daerah - 17 May 2024 17:39 Wib

Masyarakat Sebangau Kuala harapkan program peningkatan ekonomi

Kabar Daerah - 16 May 2024 21:15 Wib