Kuala Kurun (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, bakal berpartisipasi dalam pelaksanaan Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) tahun 2021, dengan menampilkan ‘Sendratari Harubuh Manugal’.

Kepala Disbudpar Gumas Eigh Manto di Kuala Kurun, Jumat, mengatakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memiliki program Pekan Kebudayaan Nasional (PKN), yang merupakan implementasi sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

"PKN 2021 bertujuan untuk memberdayakan kekayaan potensi budaya, khususnya sandang, pangan dan papan, sebagai hal primer dalam hidup. PKN 2021 diarahkan sebagai salah satu momen awal dalam mencari solusi dari kearifan lokal untuk permasalahan global," ucap dia.

Situasi pandemi COVID-19 membuat perencanaan PKN mengalami perubahan. Oleh sebab itu,dalam PKN 2021 kali ini yang semula metode pelaksanaannya secara hibrida yakni luar jaringan dan dalam jaringan, berubah menjadi 100 persen daring.

Dia menjelaskan, yang dimaksud 100 persen daring di sini yakni dengan membuat konten untuk disajikan secara daring, bukan membuat kegiatan secara fisik yang mengumpulkan massa yang banyak.

Dalam mendukung PKN, setiap daerah diminta berpartisipasi untuk melaksanakan kegiatan, yang selanjutnya disebut Pekan Kebudayaan Daerah (PKD). Dalam PKD, setiap daerah wajib memilih minimal salah satu kegiatan berupa pergelaran, pameran, konferensi dan lokakarya, serta kompetensi.

Empat jenis kegiatan tersebut sesuai dengan tema kearifan lokal tadi yakni sandang, pangan dan papan, untuk ketahanan budaya. Pada PKD 2021, Gumas memilih kegiatan pergelaran berupa ‘Sendratari Harubuh Manugal’.

"Sudah menjadi tradisi suku Dayak, apabila seseorang memiliki lahan yang luas untuk berladang, maka diperlukan banyak orang untuk menanam padi atau disebut tradisi harubuh manugal," papar dia.

Baca juga: Takut jarum suntik jadi penghambat vaksinasi COVID-19 di Gumas

Harubuh manugal adalah penanaman padi yang dilakukan secara bergotong royong. Tradisi ini, populer dilakukan sekitar tahun 1960 hingga tahun 1990-an, di mana saat itu suku Dayak hanya mengenal sistem ladang berpindah yang diolah secara tradisional. Harubuh manugal biasanya dilakukan oleh dua orang kepala keluarga dari kampung yang berbeda. Ciri khas dari tradisi ini adalah bergotong royong atau saling membantu, namun dibalas pada tahun berikutnya oleh kepala keluarga yang mengadakan harubuh manugal pada tahun sebelumnya kepada orang yang membantu.

Dalam pelaksanaannya, harubuh manugal dinilai meliputi tema sandang, pangan dan papan. Oleh sebab itu, Disbudpar Gumas memilih mengangkat tema harubuh manugal untuk ditampilkan pada PKD dan diilustrasikan melalui tarian. Penampilan para penari tersebut juga disisipi dengan seni tradisional karungut. Untuk diketahui, karungut merupakan kesenian tradisional dari Kalteng, berupa sastra lisan atau juga bisa disebut pantun yang dilagukan.

Lebih lanjut, saat ini Disbudpar Gumas telah selesai membuat konten tentang ‘Sendratari Harubuh Manugal’, yang dalam pembuatan konten dilakukan di berbagai tempat di wilayah Gumas. 

Konten tersebut nanti diunggah pada portal resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan akan dinilai oleh tiga orang kurator, bersaing dengan penampilan PKD dari daerah lain. Konten yang terpilih nantinya akan tampil di PKN.

"Mudah-mudahan kita bisa mendapat penilaian yang baik dari kurator. Namun setidaknya Gumas bisa berpartisipasi pada kegiatan ini sembari memperkenalkan tradisi harubuh manugal kepada khalayak luas," jelas Eigh Manto.

Baca juga: Dinas Pertanian Gumas imbau peternak babi waspadai dugaan penyebaran ASF

Pewarta : Chandra
Uploader : Admin 3
Copyright © ANTARA 2024