Jakarta (ANTARA) - Kompetisi petani kopi robusta Lampung III usai digelar pada Senin (22/11) ditandai dengan pemberian penghargaan kepada para inovator kopi robusta.
Para inovator yang berhasil menciptakan klon kopi robusta baru tersebut di antaranya adalah Bagio dengan klon Bagio, Cipto Marijo dengan klon Cipto serta Darmani Aras dengan klon Darmani.
Penghargaan diharapkan dapat memompa minat petani kopi robusta muda agar mau mencoba berkreasi untuk lahirnya klon baru kopi robusta.
Penghargaan lainnya dalam lomba kebun kopi robusta Lampung III adalah kategori pelopor produktivitas dimana petani kopi robusta yang produktivitas kebun kopinya sudah mencapai rata-rata 3.000 kg/hektar/tahun.
Baca juga: 4 Kabupaten di Kalteng Uji Coba Kembangkan Tanaman Kopi Robusta
Petani pelopor juga akan dinilai terkait wawasan pengetahuannya tentang berkebun kopi robusta.
Tujuan pemberian predikat petani pelopor dalam kompetisi yang digagas oleh kolaborasi antara Koperasi Fine Robusta Lampung, PT. Sulotco Jaya Abadi (Grup Kapal Api) dan PT. Asia Makmur serta didukung oleh Kappi itu adalah untuk memotivasi para petani kopi robusta yang produktivitasnya masih dibawah 1 ton/hektar/tahun supaya mau belajar kepada yang sudah sukses agar minimal produktivitasnya bisa mencapai 2 ton/hektar/tahun.
Selain produktivitas kebun kopinya yang sudah mencapai 3.000 kg/hektar/tahun ada beberapa syarat lain yang harus dipahami oleh petani pelopor.
Adapun syarat tersebut meliputi bagaimana cara merawat kebun kopi setelah panen, bagaimana cara menyiapkan cabang cabang/ranting-ranting baru tempat bunga dan buah kopi untuk panen pada tahun yang akan datang sesuai dengan target yang diinginkan, bagaimana memupuk kebun kopi yang cukup sesuai dosis dan sesuai jenis pupuk untuk mencukupi kebutuhan nutrisi pohon kopi yang sesuai target produktivitas yang diinginkan.
Syarat lainnya yang harus dipenuhi petani pelopor adalah mampu menjelaskan kepada orang lain cara-cara berkebun kopi supaya bisa mencapai target produktivitas minimal 2 ton/hektar/tahun secara berkelanjutan serta mampu membimbing petani kopi robusta yang sedang belajar menaikkan produktivitas kebun kopinya.
Lomba biji kopi/green beans dan uji citarasa dilakukan sejak awal Agustus 2021 lalu. Panitia Apresiasi Petani Kopi Robusta (APKR) III-2021 sendiri mulai menerima sampel untuk lomba dari awal Agustus 2021 hingga akhir September 2021, sedangkan untuk seleksi biji kopi dan uji citarasa dari awal Oktober 2021 sampai awal November 2021. Total sampel yang diterima panitia APKR III-2021 sebanyak 67 sampel.
Baca juga: Kalteng sediakan anggaran untuk petani DAS Barito tanam kakao dan kopi robusta
Baca juga: Kopi Indonesia tembus pasar AS lewat sektor UKM
Baca juga: Ini inspirasi mesin kopi terjangkau untuk pemula
Para inovator yang berhasil menciptakan klon kopi robusta baru tersebut di antaranya adalah Bagio dengan klon Bagio, Cipto Marijo dengan klon Cipto serta Darmani Aras dengan klon Darmani.
Penghargaan diharapkan dapat memompa minat petani kopi robusta muda agar mau mencoba berkreasi untuk lahirnya klon baru kopi robusta.
Penghargaan lainnya dalam lomba kebun kopi robusta Lampung III adalah kategori pelopor produktivitas dimana petani kopi robusta yang produktivitas kebun kopinya sudah mencapai rata-rata 3.000 kg/hektar/tahun.
Baca juga: 4 Kabupaten di Kalteng Uji Coba Kembangkan Tanaman Kopi Robusta
Petani pelopor juga akan dinilai terkait wawasan pengetahuannya tentang berkebun kopi robusta.
Tujuan pemberian predikat petani pelopor dalam kompetisi yang digagas oleh kolaborasi antara Koperasi Fine Robusta Lampung, PT. Sulotco Jaya Abadi (Grup Kapal Api) dan PT. Asia Makmur serta didukung oleh Kappi itu adalah untuk memotivasi para petani kopi robusta yang produktivitasnya masih dibawah 1 ton/hektar/tahun supaya mau belajar kepada yang sudah sukses agar minimal produktivitasnya bisa mencapai 2 ton/hektar/tahun.
Selain produktivitas kebun kopinya yang sudah mencapai 3.000 kg/hektar/tahun ada beberapa syarat lain yang harus dipahami oleh petani pelopor.
Adapun syarat tersebut meliputi bagaimana cara merawat kebun kopi setelah panen, bagaimana cara menyiapkan cabang cabang/ranting-ranting baru tempat bunga dan buah kopi untuk panen pada tahun yang akan datang sesuai dengan target yang diinginkan, bagaimana memupuk kebun kopi yang cukup sesuai dosis dan sesuai jenis pupuk untuk mencukupi kebutuhan nutrisi pohon kopi yang sesuai target produktivitas yang diinginkan.
Syarat lainnya yang harus dipenuhi petani pelopor adalah mampu menjelaskan kepada orang lain cara-cara berkebun kopi supaya bisa mencapai target produktivitas minimal 2 ton/hektar/tahun secara berkelanjutan serta mampu membimbing petani kopi robusta yang sedang belajar menaikkan produktivitas kebun kopinya.
Lomba biji kopi/green beans dan uji citarasa dilakukan sejak awal Agustus 2021 lalu. Panitia Apresiasi Petani Kopi Robusta (APKR) III-2021 sendiri mulai menerima sampel untuk lomba dari awal Agustus 2021 hingga akhir September 2021, sedangkan untuk seleksi biji kopi dan uji citarasa dari awal Oktober 2021 sampai awal November 2021. Total sampel yang diterima panitia APKR III-2021 sebanyak 67 sampel.
Baca juga: Kalteng sediakan anggaran untuk petani DAS Barito tanam kakao dan kopi robusta
Baca juga: Kopi Indonesia tembus pasar AS lewat sektor UKM
Baca juga: Ini inspirasi mesin kopi terjangkau untuk pemula