New York (ANTARA) - Rencana pemberian tes COVID-19 gratis oleh pemerintah federal Amerika Serikat dengan batas empat tes per rumah tangga dinilai tidak cukup, menurut laporan The Washington Post, Minggu (13/2).
Jatah sebanyak itu akan memaksa puluhan juta warga AS yang tinggal di rumah tangga multigenerasi untuk membuat keputusan yang sulit dan berisiko tentang siapa yang dapat menggunakannya, seperti diperingatkan para pakar kesehatan masyarakat dan aktivis masyarakat AS.
Diperkirakan 64 juta warga AS tinggal dalam rumah tangga multigenerasi, dengan angka yang tidak proporsional merupakan warga komunitas kulit berwarna dan banyak dari mereka bekerja di sektor esensial di kota-kota dan komunitas yang paling terdampak pandemi.
"Tidak ada pertimbangan bagi mereka yang berisiko lebih tinggi. Setiap kali kita meluncurkan rencana, mengapa kita tidak mengutamakan mereka?" papar laporan itu mengutip Myron Quon, Direktur Eksekutif Layanan Konseling Warga Asia Pasifik, yang melayani komunitas imigran di Los Angeles.
Empat tes untuk keluarga di komunitas rentan "tidak cukup. Mendekati pun tidak. Jumlahnya terpaksa dijatah," ujar Quon.
Dari 900.000 lebih masyarakat AS yang kehilangan nyawa akibat COVID-19 sejak awal pandemi, warga kulit hitam, Latin, dan penduduk asli Amerika menyumbang jumlah yang sangat besar, dengan tingkat kematian berada di angka 60-90 persen lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian warga kulit putih AS, ungkap laporan itu.
Baca juga: Begini cara kerja PCR 0+ untuk deteksi Omicron
Baca juga: Haruskah tes lagi setelah dinyatakan positif COVID-19?
Baca juga: Masih ditemukannya tarif PCR tidak sesuai ketentuan
Jatah sebanyak itu akan memaksa puluhan juta warga AS yang tinggal di rumah tangga multigenerasi untuk membuat keputusan yang sulit dan berisiko tentang siapa yang dapat menggunakannya, seperti diperingatkan para pakar kesehatan masyarakat dan aktivis masyarakat AS.
Diperkirakan 64 juta warga AS tinggal dalam rumah tangga multigenerasi, dengan angka yang tidak proporsional merupakan warga komunitas kulit berwarna dan banyak dari mereka bekerja di sektor esensial di kota-kota dan komunitas yang paling terdampak pandemi.
"Tidak ada pertimbangan bagi mereka yang berisiko lebih tinggi. Setiap kali kita meluncurkan rencana, mengapa kita tidak mengutamakan mereka?" papar laporan itu mengutip Myron Quon, Direktur Eksekutif Layanan Konseling Warga Asia Pasifik, yang melayani komunitas imigran di Los Angeles.
Empat tes untuk keluarga di komunitas rentan "tidak cukup. Mendekati pun tidak. Jumlahnya terpaksa dijatah," ujar Quon.
Dari 900.000 lebih masyarakat AS yang kehilangan nyawa akibat COVID-19 sejak awal pandemi, warga kulit hitam, Latin, dan penduduk asli Amerika menyumbang jumlah yang sangat besar, dengan tingkat kematian berada di angka 60-90 persen lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian warga kulit putih AS, ungkap laporan itu.
Baca juga: Begini cara kerja PCR 0+ untuk deteksi Omicron
Baca juga: Haruskah tes lagi setelah dinyatakan positif COVID-19?
Baca juga: Masih ditemukannya tarif PCR tidak sesuai ketentuan