Sampit (ANTARA) - Wacana baru dilempar Bupati Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah Halikinnor yaitu membangun rumah khas suku Dayak yaitu Huma Betang namun di dalamnya akan mengusung konsep Bhinneka Tunggal Ika.
"Jadi itu bukan hanya wacana saja, tapi saya sudah minta kepada Sekda agar menganggarkan tahun ini juga supaya membuat perencanaan dulu. Nanti 2023 mulai dibangun. Saya ingin rumah betang itu direncanakan dengan mantang," kata Halikinnor di Sampit, Kamis.
Betang merupakan rumah khas masyarakat Suku Dayak. Rumah besar berbentuk panggung yang biasanya dibuat dari kayu ulin atau kayu besi yang didalamnya terdapat banyak kamar.
Selain merupakan tempat tinggal, betang juga menggambarkan sikap terbuka dan toleransi tinggi masyarakat Suku Dayak. Dulunya kamar-kamar dalam betang tersebut dihuni oleh beberapa kepala keluarga, bahkan ada yang berbeda latar belakang suku maupun agama.
Filosofi Huma Betang inilah yang ingin terus dilestarikan. Selain terdapat betang asli berusia lebih dari seratus tahun yang berlokasi di Desa Tumbang Gagu Kecamatan Antang Kalang, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur juga ingin membangun Huma Betang di Sampit.
Halikinnor menyebutkan, Huma Betang berkonsep Bhinneka Tunggal Ika itu rencananya dibangun di tanah milik pemerintah daerah di Jalan Soekarno atau Lingkar Utara. Kawasan itu diperkirakan akan ramai karena akan dijadikan jalan utama, apalagi kantor sejumlah instansi seperti Polres, Kodim dan lainnya rencananya juga akan pindah ke kawasan tersebut.
Baca juga: Pemkab Kotim apresiasi peran damang bantu pemerintah
Bentuk betang yang akan dibangun, sama seperti betang pada umumnya. Namun di bagian dalam yang akan dijadikan tempat pertemuan, rencananya akan memasukkan unsur-unsur budaya masyarakat suku lainnya. Oleh karena itulah Halikinnor menyebutnya Huma Betang dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika.
Untuk menyiasati sulitnya mendapatkan kayu ulin berukuran besar untuk pembangunan betang tersebut, nantinya akan diganti dengan konstruksi beton yang desain menarik mirip kayu ulin pada umumnya.
"Untuk bentuknya nanti bisa saja kita minta pendapat masyarakat ataupun tokoh-tokoh adat untuk memberi masukan bentuknya seperti apa. Saya ingin betang itu mengusung Bhinneka Tunggal Ika. Bukan hanya untuk orang Dayak saja, tetapi untuk semua," ujar Halikinnor.
Jika betang tersebut sudah berdiri, tiang pantar atau sering disebut tugu perdamaian yang saat ini ada di bagian tengah Bundaran Balanga di Jalan Jenderal Sudirman, akan diusulkan dipindah ke halaman betang tersebut.
Halikinnor menegaskan keseriusannya dalam melestarikan kebudayaan daerah. Dia juga ingin mengangkat kembali kesenian-kesenian tradisional seperti batirik dan lainnya yang saat ini mulai jarang ditampilkan.
Baca juga: Kapolda Kalteng ajak gencarkan vaksinasi hadapi puncak penularan Omicron
Baca juga: Bantuan pangan non tunai untuk 7.333 penerima di Kotim mulai disalurkan
Baca juga: Bupati Kotim perintahkan antisipasi lonjakan harga jelang Ramadhan
"Jadi itu bukan hanya wacana saja, tapi saya sudah minta kepada Sekda agar menganggarkan tahun ini juga supaya membuat perencanaan dulu. Nanti 2023 mulai dibangun. Saya ingin rumah betang itu direncanakan dengan mantang," kata Halikinnor di Sampit, Kamis.
Betang merupakan rumah khas masyarakat Suku Dayak. Rumah besar berbentuk panggung yang biasanya dibuat dari kayu ulin atau kayu besi yang didalamnya terdapat banyak kamar.
Selain merupakan tempat tinggal, betang juga menggambarkan sikap terbuka dan toleransi tinggi masyarakat Suku Dayak. Dulunya kamar-kamar dalam betang tersebut dihuni oleh beberapa kepala keluarga, bahkan ada yang berbeda latar belakang suku maupun agama.
Filosofi Huma Betang inilah yang ingin terus dilestarikan. Selain terdapat betang asli berusia lebih dari seratus tahun yang berlokasi di Desa Tumbang Gagu Kecamatan Antang Kalang, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur juga ingin membangun Huma Betang di Sampit.
Halikinnor menyebutkan, Huma Betang berkonsep Bhinneka Tunggal Ika itu rencananya dibangun di tanah milik pemerintah daerah di Jalan Soekarno atau Lingkar Utara. Kawasan itu diperkirakan akan ramai karena akan dijadikan jalan utama, apalagi kantor sejumlah instansi seperti Polres, Kodim dan lainnya rencananya juga akan pindah ke kawasan tersebut.
Baca juga: Pemkab Kotim apresiasi peran damang bantu pemerintah
Bentuk betang yang akan dibangun, sama seperti betang pada umumnya. Namun di bagian dalam yang akan dijadikan tempat pertemuan, rencananya akan memasukkan unsur-unsur budaya masyarakat suku lainnya. Oleh karena itulah Halikinnor menyebutnya Huma Betang dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika.
Untuk menyiasati sulitnya mendapatkan kayu ulin berukuran besar untuk pembangunan betang tersebut, nantinya akan diganti dengan konstruksi beton yang desain menarik mirip kayu ulin pada umumnya.
"Untuk bentuknya nanti bisa saja kita minta pendapat masyarakat ataupun tokoh-tokoh adat untuk memberi masukan bentuknya seperti apa. Saya ingin betang itu mengusung Bhinneka Tunggal Ika. Bukan hanya untuk orang Dayak saja, tetapi untuk semua," ujar Halikinnor.
Jika betang tersebut sudah berdiri, tiang pantar atau sering disebut tugu perdamaian yang saat ini ada di bagian tengah Bundaran Balanga di Jalan Jenderal Sudirman, akan diusulkan dipindah ke halaman betang tersebut.
Halikinnor menegaskan keseriusannya dalam melestarikan kebudayaan daerah. Dia juga ingin mengangkat kembali kesenian-kesenian tradisional seperti batirik dan lainnya yang saat ini mulai jarang ditampilkan.
Baca juga: Kapolda Kalteng ajak gencarkan vaksinasi hadapi puncak penularan Omicron
Baca juga: Bantuan pangan non tunai untuk 7.333 penerima di Kotim mulai disalurkan
Baca juga: Bupati Kotim perintahkan antisipasi lonjakan harga jelang Ramadhan