Sampit (ANTARA) - Masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur dan sekitarnya yang ingin mudik lebaran melalui Pelabuhan Sampit disarankan berangkat lebih awal karena harga tiket kapalnya jauh lebih murah dibanding saat puncak arus mudik menjelang Hari Raya Idul Fitri nanti.
"Kami menerapkan tuslah yaitu tarif yang berfungsi untuk mengurai penumpang pada masa-masa puncak liburan. harapannya saat ada tarif tertinggi, calon penumpang bisa bergerak untuk mendapatkan tarif yang sedikit lebih rendah dibanding mendekati lebaran nanti," kata Manajer PT Dharma Lautan Utama (DLU) Hendrik Sugiharto di Pelabuhan Sampit, Kamis.
PT Dharma Lautan Utama mengoperasikan dua kapal mereka yaitu KM Kirana I tujuan Semarang dan KM Kirana III tujuan Surabaya. Hari ini dua kapal tersebut bertolak mengangkut penumpang menuju Pulau Jawa.
Hendri menyebutkan, pemberlakuan tuslah diharapkan menjadi pilihan penumpang untuk mudik lebih awal. Selain harga tiket yang lebih murah, penumpang juga akan lebih nyaman karena tidak perlu berdesakan di dalam kapal.
Saat ini tarif yang diberlakukan bahkan lebih murah dibanding tarif dasar saat kondisi normal. Tarif tiket pada tanggal 1 hingga 10 Ramadhan ditetapkan Rp210.000 per orang, turun dibanding tarif dasar yang biasanya Rp245.000 per orang.
Memasuki tanggal 11 hingga 20 Ramadhan akan ada penerapan tuslah. Harga tiket naik dari tarif dasar Rp245.000 menjadi Rp300.000 per orang untuk tujuan Semarang maupun Surabaya.
Baca juga: DPRD Kotim sarankan evaluasi potensi PAD sektor perkebunan
Harga tiket akan menggunakan tarif tertinggi pada 21 hingga 30 Ramadhan yaitu Rp340.000 per orang. Ada tiga kali keberangkatan yang akan melayani puncak arus mudik tersebut.
Saat ini hingga menjelang Lebaran Idul Fitri nanti, tiket masih tersedia dan dibuka penjualannya secara online.
PT Dharma Lautan Utama memberlakukan aturan pemerintah bagi pembeli tiket. Bagi yang belum mendapatkan vaksin lanjutan atau booster maka harus melampirkan hasil negatif COVID-19 pemeriksaan swab antigen.
Sementara itu, hari ini KM Kirana I tujuan
Semarang dengan mengangkut 282 penumpang, 20 sepeda motor serta 15 kendaraan campuran seperti mobil keluarga dan angkutan logistik.
Beberapa saat kemudian, KM Kirana III dari Surabaya tiba di Pelabuhan Sampit dengan membawa 258 penumpang dengan sebelas sepeda motor dan 20 kendaraan campuran.
"Kapasitas kapal kami menampung 650 penumpang. Jadi kalau 282 orang berarti hanya sekitar 40 persennya saja dari kapasitas. Saat ini hampir sama saat hari biasa yaitu rata-rata membawa sekitar 250 sampai 300 penumpang," kata Hendrik.
Baca juga: Legislator: Petani Kotim masih terkendala modal
Hendrik mengatakan, lonjakan penumpang justru terjadi pada H-15 Ramadhan lalu, yakni banyak penumpang yang mudik lebih awal. Ini diperkirakan ada kaitannya dengan budaya 'nyadran' di Jawa yaitu ziarah ke kubur orangtua sebelum bulan suci Ramadan.
Menjelang bulan suci Ramadhan lalu sudah terangkut sekitar 2.500 penumpang yang pulang ke Jawa yang diantaranya memang sudah memilih mudik lebih awal ataupun hanya 'nyadran' di kampung halaman
PT Dharma Lautan Utama masih ada 9 call atau keberangkatan kapal hingga mencapai menjelang lebaran, yakni ke Surabaya 6 call dan Semarang 3 call. Pihaknya berharap setiap keberangkatan bisa maksimal seperti dua tahun lalu, sebelum pandemi COVID-19 terjadi.
"Mungkin lonjakan penumpang maksimal akan terjadi mulai H-10 menjelang lebaran. Saat itu perusahaan besar baru memperbolehkan karyawannya libur setelah mendapatkan THR (tunjangan hari raya) yaitu H-10 atau H-7 menjelang lebaran," demikian Hendrik Sugiharto.
Sementara itu Dian mengaku mudik di awal Ramadhan agar bisa lebih lama di kampung halaman. Berangkat lebih awal juga bisa mendapatkan tiket lebih murah, serta tidak perlu berdesakan.
"Saya pedagang, jadi bisa mudik kapan saja saya mau. Makanya sekarang sudah bisa mudik. Saya senang karena harga tiketnya malah turun dan penumpangnya belum terlalu padat," demikian Dian.
Baca juga: Pemkab Kotim diminta permudah pembuatan STDB perkebunan
Baca juga: Legislator ajak petani di Kotim maksimalkan pemanfaatan pupuk alami
Baca juga: Ketua DPRD Kotim khawatir balap liar menimbulkan korban jiwa
"Kami menerapkan tuslah yaitu tarif yang berfungsi untuk mengurai penumpang pada masa-masa puncak liburan. harapannya saat ada tarif tertinggi, calon penumpang bisa bergerak untuk mendapatkan tarif yang sedikit lebih rendah dibanding mendekati lebaran nanti," kata Manajer PT Dharma Lautan Utama (DLU) Hendrik Sugiharto di Pelabuhan Sampit, Kamis.
PT Dharma Lautan Utama mengoperasikan dua kapal mereka yaitu KM Kirana I tujuan Semarang dan KM Kirana III tujuan Surabaya. Hari ini dua kapal tersebut bertolak mengangkut penumpang menuju Pulau Jawa.
Hendri menyebutkan, pemberlakuan tuslah diharapkan menjadi pilihan penumpang untuk mudik lebih awal. Selain harga tiket yang lebih murah, penumpang juga akan lebih nyaman karena tidak perlu berdesakan di dalam kapal.
Saat ini tarif yang diberlakukan bahkan lebih murah dibanding tarif dasar saat kondisi normal. Tarif tiket pada tanggal 1 hingga 10 Ramadhan ditetapkan Rp210.000 per orang, turun dibanding tarif dasar yang biasanya Rp245.000 per orang.
Memasuki tanggal 11 hingga 20 Ramadhan akan ada penerapan tuslah. Harga tiket naik dari tarif dasar Rp245.000 menjadi Rp300.000 per orang untuk tujuan Semarang maupun Surabaya.
Baca juga: DPRD Kotim sarankan evaluasi potensi PAD sektor perkebunan
Harga tiket akan menggunakan tarif tertinggi pada 21 hingga 30 Ramadhan yaitu Rp340.000 per orang. Ada tiga kali keberangkatan yang akan melayani puncak arus mudik tersebut.
Saat ini hingga menjelang Lebaran Idul Fitri nanti, tiket masih tersedia dan dibuka penjualannya secara online.
PT Dharma Lautan Utama memberlakukan aturan pemerintah bagi pembeli tiket. Bagi yang belum mendapatkan vaksin lanjutan atau booster maka harus melampirkan hasil negatif COVID-19 pemeriksaan swab antigen.
Sementara itu, hari ini KM Kirana I tujuan
Semarang dengan mengangkut 282 penumpang, 20 sepeda motor serta 15 kendaraan campuran seperti mobil keluarga dan angkutan logistik.
Beberapa saat kemudian, KM Kirana III dari Surabaya tiba di Pelabuhan Sampit dengan membawa 258 penumpang dengan sebelas sepeda motor dan 20 kendaraan campuran.
"Kapasitas kapal kami menampung 650 penumpang. Jadi kalau 282 orang berarti hanya sekitar 40 persennya saja dari kapasitas. Saat ini hampir sama saat hari biasa yaitu rata-rata membawa sekitar 250 sampai 300 penumpang," kata Hendrik.
Baca juga: Legislator: Petani Kotim masih terkendala modal
Hendrik mengatakan, lonjakan penumpang justru terjadi pada H-15 Ramadhan lalu, yakni banyak penumpang yang mudik lebih awal. Ini diperkirakan ada kaitannya dengan budaya 'nyadran' di Jawa yaitu ziarah ke kubur orangtua sebelum bulan suci Ramadan.
Menjelang bulan suci Ramadhan lalu sudah terangkut sekitar 2.500 penumpang yang pulang ke Jawa yang diantaranya memang sudah memilih mudik lebih awal ataupun hanya 'nyadran' di kampung halaman
PT Dharma Lautan Utama masih ada 9 call atau keberangkatan kapal hingga mencapai menjelang lebaran, yakni ke Surabaya 6 call dan Semarang 3 call. Pihaknya berharap setiap keberangkatan bisa maksimal seperti dua tahun lalu, sebelum pandemi COVID-19 terjadi.
"Mungkin lonjakan penumpang maksimal akan terjadi mulai H-10 menjelang lebaran. Saat itu perusahaan besar baru memperbolehkan karyawannya libur setelah mendapatkan THR (tunjangan hari raya) yaitu H-10 atau H-7 menjelang lebaran," demikian Hendrik Sugiharto.
Sementara itu Dian mengaku mudik di awal Ramadhan agar bisa lebih lama di kampung halaman. Berangkat lebih awal juga bisa mendapatkan tiket lebih murah, serta tidak perlu berdesakan.
"Saya pedagang, jadi bisa mudik kapan saja saya mau. Makanya sekarang sudah bisa mudik. Saya senang karena harga tiketnya malah turun dan penumpangnya belum terlalu padat," demikian Dian.
Baca juga: Pemkab Kotim diminta permudah pembuatan STDB perkebunan
Baca juga: Legislator ajak petani di Kotim maksimalkan pemanfaatan pupuk alami
Baca juga: Ketua DPRD Kotim khawatir balap liar menimbulkan korban jiwa