Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah berharap pembangunan pabrik pengolahan limbah medis berskala besar di Sampit bisa dimulai pada 17 Agustus 2022, bertepatan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
"Setelah penandatanganan kesepakatan ini, saya minta segera bergerak. Kalau ada kendala, segera koordinasikan supaya dicarikan solusinya. Kalau bisa nanti peletakan batu pertamanya bisa dimulai pada 17 Agustus nanti, setelah upacara HUT RI," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Senin.
Harapan itu disampaikan Halikinnor usai menyaksikan penandatanganan HoA (head of agreement) atau kesepakatan kerja sama pembangunan pabrik pengolahan limbah medis antara perusahaan daerah PT Hapakat Betang Mandiri dengan PT Bumi Resik Nusantara Raya.
Jika ini terwujud maka Kotawaringin Timur menjadi daerah pertama di Kalimantan Tengah yang memiliki pabrik pengolahan limbah medis. Pabrik ini nantinya tidak hanya melayani fasilitas kesehatan atau perusahaan di Kotawaringin Timur, tetapi juga daerah lain di Kalimantan Tengah, bahkan provinsi tetangga.
Pabrik ini menjadi solusi dan akan mempermudah fasilitas kesehatan dalam mengelola limbah berbahaya dan beracun. Pelaksanaannya bekerjasama dengan perusahaan daerah karena pabrik ini nantinya diharapkan juga akan berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kotawaringin Timur.
Halikinnor menyampaikan terima kasih kepada Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kotawaringin Timur Susilo yang selama ini sangat getol membantu memfasilitasi kerja sama ini maupun terobosan lain dalam membantu masuknya investasi ke daerah ini.
Baca juga: DPRD Kotim pastikan perjuangkan anggaran Pilkada 2024
"Pemerintah daerah tidak bisa sendirian membangun daerah. Harus berinovasi dan melibatkan swasta. Dalam kerja sama ini, pemerintah daerah menyiapkan lahan, modalnya dari investor. Mudah-mudahan berjalan lancar," harap Halikinnor.
Direktur PT Bumi Resik Nusantara Raya Djaka Winarso pabrik pengolahan limbah medis yang akan dibangun berkapasitas antara enam hingga 12 ton per hari. Pihaknya juga berencana menyiapkan jasa pengangkutannya menuju pabrik pengolahan limbah medis tersebut.
"Kami sudah survei di beberapa fasilitas kesehatan di Kalimantan Tengah dan perkiraan limbah medis yang dihasilkan antara 4 sampai 5 ton per hari. Kami terus melakukan studi. Kalau ternyata produksinya tinggi maka kapasitasnya juga akan kami naikkan," kata Djaka.
Dia menjelaskan kerja sama ini dilakukan antara PT Bumi Resik Nusantara Raya, PT Hidro Energi Persada dan perusahaan daerah PT Betang Hapakat Mandiri. Ketiga perusahaan membentuk konsorsium dan rencananya membentuk sebuah perusahaan baru yang khusus mengelola pabrik pengolahan limbah medis tersebut.
"Pemerintah daerah menyiapkan lahan dan perizinan lokal, sedangkan modalnya dari kami dan pengurusan perizinan di pusat juga kami yang melaksanakannya. Kami berharap semua berjalan lancar dan bisa berkontribusi terhadap daerah," demikian Djaka Winarso.
Baca juga: Bupati Kotim ingin Porprov Kalteng di Sampit paling meriah
Baca juga: Pemkab Kotim diminta tangani darurat kerusakan jalan
Baca juga: DPRD Kotim tegaskan tidak alergi kritik
"Setelah penandatanganan kesepakatan ini, saya minta segera bergerak. Kalau ada kendala, segera koordinasikan supaya dicarikan solusinya. Kalau bisa nanti peletakan batu pertamanya bisa dimulai pada 17 Agustus nanti, setelah upacara HUT RI," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Senin.
Harapan itu disampaikan Halikinnor usai menyaksikan penandatanganan HoA (head of agreement) atau kesepakatan kerja sama pembangunan pabrik pengolahan limbah medis antara perusahaan daerah PT Hapakat Betang Mandiri dengan PT Bumi Resik Nusantara Raya.
Jika ini terwujud maka Kotawaringin Timur menjadi daerah pertama di Kalimantan Tengah yang memiliki pabrik pengolahan limbah medis. Pabrik ini nantinya tidak hanya melayani fasilitas kesehatan atau perusahaan di Kotawaringin Timur, tetapi juga daerah lain di Kalimantan Tengah, bahkan provinsi tetangga.
Pabrik ini menjadi solusi dan akan mempermudah fasilitas kesehatan dalam mengelola limbah berbahaya dan beracun. Pelaksanaannya bekerjasama dengan perusahaan daerah karena pabrik ini nantinya diharapkan juga akan berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kotawaringin Timur.
Halikinnor menyampaikan terima kasih kepada Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kotawaringin Timur Susilo yang selama ini sangat getol membantu memfasilitasi kerja sama ini maupun terobosan lain dalam membantu masuknya investasi ke daerah ini.
Baca juga: DPRD Kotim pastikan perjuangkan anggaran Pilkada 2024
"Pemerintah daerah tidak bisa sendirian membangun daerah. Harus berinovasi dan melibatkan swasta. Dalam kerja sama ini, pemerintah daerah menyiapkan lahan, modalnya dari investor. Mudah-mudahan berjalan lancar," harap Halikinnor.
Direktur PT Bumi Resik Nusantara Raya Djaka Winarso pabrik pengolahan limbah medis yang akan dibangun berkapasitas antara enam hingga 12 ton per hari. Pihaknya juga berencana menyiapkan jasa pengangkutannya menuju pabrik pengolahan limbah medis tersebut.
"Kami sudah survei di beberapa fasilitas kesehatan di Kalimantan Tengah dan perkiraan limbah medis yang dihasilkan antara 4 sampai 5 ton per hari. Kami terus melakukan studi. Kalau ternyata produksinya tinggi maka kapasitasnya juga akan kami naikkan," kata Djaka.
Dia menjelaskan kerja sama ini dilakukan antara PT Bumi Resik Nusantara Raya, PT Hidro Energi Persada dan perusahaan daerah PT Betang Hapakat Mandiri. Ketiga perusahaan membentuk konsorsium dan rencananya membentuk sebuah perusahaan baru yang khusus mengelola pabrik pengolahan limbah medis tersebut.
"Pemerintah daerah menyiapkan lahan dan perizinan lokal, sedangkan modalnya dari kami dan pengurusan perizinan di pusat juga kami yang melaksanakannya. Kami berharap semua berjalan lancar dan bisa berkontribusi terhadap daerah," demikian Djaka Winarso.
Baca juga: Bupati Kotim ingin Porprov Kalteng di Sampit paling meriah
Baca juga: Pemkab Kotim diminta tangani darurat kerusakan jalan
Baca juga: DPRD Kotim tegaskan tidak alergi kritik