Tamiang Layang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah merancang penanggulangan stunting dapat direncanakan dan direalisasikan secara konvergensi.
"Maksudnya, selain pemerintah juga ada keterlibatan pihak lain non pemerintah menanggulangi stunting secara terkoordinir, terintegrasi dan bersama-sama kepada sasaran prioritas," kata Bupati Bartim Ampera AY Mebas di Tamiang Layang, Kamis.
Dikatakan, pemkab sudah melaksanakan rembuk stunting tingkat kabupaten, Rabu (24/8). Rembuk itu membahas langkah-langkah strategis dalam upaya percepatan penurunan stunting, sebagaimana Peraturan Presiden RI nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting.
Tingkat prevalensi stunting yang terjadi di Kabupaten Barito Timur saat ini perlu mendapat perhatian yang sangat serius. Upaya penanggulangannya hanya dapat diatasi dengan cara bersinerginya semua pihak terkait, seperti sektor pemerintah kabupaten, pemerintah desa, individu, komunitas, CSR, lembaga non pemerintah, maupun swasta.
"Sedangkan upaya pencegahan dan penanganan kasus stunting perlu ada intervensi agar dapat dilakukan semua sektor, baik sektor kesehatan dan non kesehatan dimana dukungan tersebut diantaranya melalui pembangunan sanitasi, air bersih, penyediaan pangan yang aman dan bergizi," kata Ampera.
Menghilangkan stunting merupakan salah satu upaya menciptakan generasi yang lebih baik kedepannya karena stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang.
Baca juga: Distan Bartim prediksi hasil panen Padi Siam Busu mencapai 11.340 ton
Orang nomor satu di Pemkab Kobar itu mengatakan, adapun tanda-tandanya terlihat dari panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan. Di mana kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis ini terjadi terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
"Kondisi stunting atau gagal tumbuh ini disebabkan kurangnya asupan gizi alam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang. Di mana kedua faktor penyebab ini dipengaruhi pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1000 HPK," kata Ampera.
Lebih parah lagi, kata dia, stunting berpengaruh pada perkembangan otak yang kurang maksimal sehingga bisa menyebabkan kemampuan mental dan belajar anak yang di bawah rata-rata sehingga bisa berakibat pada prestasi belajar anak di sekolah.
Baca juga: Wabup Bartim: FBNJ sarana mengenalkan seni dan budaya daerah
Baca juga: Bupati Bartim: Maknai HUT RI dengan menghargai jasa pejuang kemerdekaan
"Maksudnya, selain pemerintah juga ada keterlibatan pihak lain non pemerintah menanggulangi stunting secara terkoordinir, terintegrasi dan bersama-sama kepada sasaran prioritas," kata Bupati Bartim Ampera AY Mebas di Tamiang Layang, Kamis.
Dikatakan, pemkab sudah melaksanakan rembuk stunting tingkat kabupaten, Rabu (24/8). Rembuk itu membahas langkah-langkah strategis dalam upaya percepatan penurunan stunting, sebagaimana Peraturan Presiden RI nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting.
Tingkat prevalensi stunting yang terjadi di Kabupaten Barito Timur saat ini perlu mendapat perhatian yang sangat serius. Upaya penanggulangannya hanya dapat diatasi dengan cara bersinerginya semua pihak terkait, seperti sektor pemerintah kabupaten, pemerintah desa, individu, komunitas, CSR, lembaga non pemerintah, maupun swasta.
"Sedangkan upaya pencegahan dan penanganan kasus stunting perlu ada intervensi agar dapat dilakukan semua sektor, baik sektor kesehatan dan non kesehatan dimana dukungan tersebut diantaranya melalui pembangunan sanitasi, air bersih, penyediaan pangan yang aman dan bergizi," kata Ampera.
Menghilangkan stunting merupakan salah satu upaya menciptakan generasi yang lebih baik kedepannya karena stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang.
Baca juga: Distan Bartim prediksi hasil panen Padi Siam Busu mencapai 11.340 ton
Orang nomor satu di Pemkab Kobar itu mengatakan, adapun tanda-tandanya terlihat dari panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan. Di mana kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis ini terjadi terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
"Kondisi stunting atau gagal tumbuh ini disebabkan kurangnya asupan gizi alam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang. Di mana kedua faktor penyebab ini dipengaruhi pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1000 HPK," kata Ampera.
Lebih parah lagi, kata dia, stunting berpengaruh pada perkembangan otak yang kurang maksimal sehingga bisa menyebabkan kemampuan mental dan belajar anak yang di bawah rata-rata sehingga bisa berakibat pada prestasi belajar anak di sekolah.
Baca juga: Wabup Bartim: FBNJ sarana mengenalkan seni dan budaya daerah
Baca juga: Bupati Bartim: Maknai HUT RI dengan menghargai jasa pejuang kemerdekaan