Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Halikinnor mewacanakan penyediaan feri penyeberangan mobil di dua lokasi untuk mendorong percepatan pembangunan dan perekonomian di kawasan seberang.
"Kita mulai di penyeberangan saja dulu karena kalau kita menghayal jembatan, kapan bisa terealisasi karena biayanya triliunan. Pemerintah pusat tidak akan mungkin menggelontorkan dana triliunan kalau tidak ada berefek terhadap ekonomi," kata Halikinnor di Sampit, Senin.
Dari 17 kecamatan di Kotawaringin Timur, ada dua kecamatan yang berada di kawasan seberang yakni Seranau dan Pulau Hanaut. Dua kecamatan ini dipisahkan oleh Sungai Mentaya padahal lokasinya di seberang pusat kota Sampit.
Pemerintah telah membangun jembatan di Kecamatan Cempaga, kemudian membangun jalan menuju Kecamatan Seranau. Namun biaya yang sangat besar menjadi kendala bagi pemerintah daerah, terlebih setelah lesunya perekonomian dan merosotnya anggaran sejak terjadi pandemi COVID-19 dalam dua tahun terakhir.
Harapan masyarakat untuk memiliki jembatan yang menghubungkan Seranau ke pusat kota Sampit juga dinilai cukup berat karena membutuhkan anggaran sangat besar. Sementara itu pemerintah pusat hingga kini juga belum mengabulkan usulan pembangunan jembatan tersebut.
Bupati Halikinnor tidak ingin terpaku pada kondisi ini. Dia ingin pembangunan dan perekonomian di kawasan seberang juga terus meningkat. Untuk itu perlu solusi di tengah kendala klasik terbatasnya anggaran.
Baca juga: Ruko di Sampit terbakar saat direnovasi
"Kalau kita membangun jalan dari Seranau ke Satiruk membutuhkan dana mungkin Rp250 miliar hingga Rp300 miliar dengan medan seperti itu. Saat ini tidak mungkin kita melakukan itu karena masih sangat banyak di daerah kita yang juga membutuh anggaran," ujar Halikinnor.
Dia memerintahkan jajarannya untuk menjajaki penyediaan feri penyeberangan mobil. Saat ini baru ada feri penyeberangan orang dan sepeda motor dari Seranau ke pusat kota Sampit.
Halikinnor menginginkan ada dua feri penyeberangan mobil yakin dari pusat kota Sampit ke Kecamatan Seranau, serta di Desa Sei Ijum Kecamatan Mentaya Hilir Selatan menuju Kecamatan Pulau Hanaut.
Sementara itu, Halikinnor juga telah memerintahkan camat agar mulai melebarkan secara bertahap jalan-jalan di Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut. Hal itu untuk mendukung jika nantinya mobil sudah bisa menyeberang ke dua kecamatan tersebut.
"Karena tidak menutup kemungkinan ada warga kita yang ekonominya bagus bisa membeli mobil dan untuk mendukung kegiatan ekonomi mereka. Makanya saya ingin di Sampit ini ada penyeberangan mobil supaya masyarakat kita di sana juga bisa menggunakan mobil bagi yang ekonominya bagus," demikian Halikinnor.
Baca juga: Pemkab Kotim dukung mahasiswa kembangkan peternakan
Baca juga: Bupati Kotim berharap program tol sungai mampu mengurangi potensi banjir
Baca juga: Sebanyak 6.804 jiwa terdampak banjir yang terus meluas di Kotim
"Kita mulai di penyeberangan saja dulu karena kalau kita menghayal jembatan, kapan bisa terealisasi karena biayanya triliunan. Pemerintah pusat tidak akan mungkin menggelontorkan dana triliunan kalau tidak ada berefek terhadap ekonomi," kata Halikinnor di Sampit, Senin.
Dari 17 kecamatan di Kotawaringin Timur, ada dua kecamatan yang berada di kawasan seberang yakni Seranau dan Pulau Hanaut. Dua kecamatan ini dipisahkan oleh Sungai Mentaya padahal lokasinya di seberang pusat kota Sampit.
Pemerintah telah membangun jembatan di Kecamatan Cempaga, kemudian membangun jalan menuju Kecamatan Seranau. Namun biaya yang sangat besar menjadi kendala bagi pemerintah daerah, terlebih setelah lesunya perekonomian dan merosotnya anggaran sejak terjadi pandemi COVID-19 dalam dua tahun terakhir.
Harapan masyarakat untuk memiliki jembatan yang menghubungkan Seranau ke pusat kota Sampit juga dinilai cukup berat karena membutuhkan anggaran sangat besar. Sementara itu pemerintah pusat hingga kini juga belum mengabulkan usulan pembangunan jembatan tersebut.
Bupati Halikinnor tidak ingin terpaku pada kondisi ini. Dia ingin pembangunan dan perekonomian di kawasan seberang juga terus meningkat. Untuk itu perlu solusi di tengah kendala klasik terbatasnya anggaran.
Baca juga: Ruko di Sampit terbakar saat direnovasi
"Kalau kita membangun jalan dari Seranau ke Satiruk membutuhkan dana mungkin Rp250 miliar hingga Rp300 miliar dengan medan seperti itu. Saat ini tidak mungkin kita melakukan itu karena masih sangat banyak di daerah kita yang juga membutuh anggaran," ujar Halikinnor.
Dia memerintahkan jajarannya untuk menjajaki penyediaan feri penyeberangan mobil. Saat ini baru ada feri penyeberangan orang dan sepeda motor dari Seranau ke pusat kota Sampit.
Halikinnor menginginkan ada dua feri penyeberangan mobil yakin dari pusat kota Sampit ke Kecamatan Seranau, serta di Desa Sei Ijum Kecamatan Mentaya Hilir Selatan menuju Kecamatan Pulau Hanaut.
Sementara itu, Halikinnor juga telah memerintahkan camat agar mulai melebarkan secara bertahap jalan-jalan di Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut. Hal itu untuk mendukung jika nantinya mobil sudah bisa menyeberang ke dua kecamatan tersebut.
"Karena tidak menutup kemungkinan ada warga kita yang ekonominya bagus bisa membeli mobil dan untuk mendukung kegiatan ekonomi mereka. Makanya saya ingin di Sampit ini ada penyeberangan mobil supaya masyarakat kita di sana juga bisa menggunakan mobil bagi yang ekonominya bagus," demikian Halikinnor.
Baca juga: Pemkab Kotim dukung mahasiswa kembangkan peternakan
Baca juga: Bupati Kotim berharap program tol sungai mampu mengurangi potensi banjir
Baca juga: Sebanyak 6.804 jiwa terdampak banjir yang terus meluas di Kotim