Kuala Lumpur, Malaysia (ANTARA) - Meminum kopi agaknya sudah menjadi salah satu bagian dari gaya hidup secara turun-temurun, dan kian menjadi tren terutama bagi anak muda masa kini.
Istilah coffee shop hopping hingga mencicipi berbagai jenis olahan kopi pun kini makin digemari.
Baca juga: Mengintip warung kopi gaya Hainan di Singapura
Tak hanya di Indonesia, negeri jiran Malaysia pun memiliki tren yang cukup besar bagi budaya ngopi di kalangan generasi muda. Meski berdekatan, ternyata preferensi penggemar kopi di Malaysia cukup berbeda dengan di Indonesia.
"Orang-orang Malaysia kebanyakan menyukai kopi yang lebih kuat dan tidak terlalu manis. Jadi, ketika membawa olahan kopi susu gula aren Indonesia ke Malaysia, terdapat beberapa penyesuaian, terutama di rasa kopi dan gulanya. Kalau orang Indonesia, sepertinya lebih cenderung menyukai (kopi susu) yang lebih manis," jelas General Manager Kopi Kenangan Malaysia Jordan Lung saat dijumpai di Kuala Lumpur, Malaysia, beberapa waktu lalu.
Di kota-kota besar termasuk Kuala Lumpur, kedai kopi kekinian yang membawa konsep grab and gokini merupakan pemandangan yang tidak asing untuk dijumpai, terlepas dari kopitiam -- kopi khas dan bersejarah di Malaysia.
Baca juga: Kopitiam negeri jiran tawarkan hidangan selat Malaka
Sarapan khas Malaysia yaitu roti srikaya panggang, nasi lemak, dan kopi cham dingin yang disajikan di kedai Ali, Muthu & Ah Hock, Menara Hap Seng, Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (18/10/2022). (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)
Kopitiam tak lepas dari budaya minum kopi di Malaysia yang telah lama mengakar selama beberapa generasi. Kopitiam merupakan kedai kopi Hainan bergaya lama, dan disajikan dengan berbagai cara. Ada yang namanya Kopi O yang merupakan kopi hitam tanpa tambahan susu atau susu kental manis, namun dilengkapi dengan sedikit gula.
Selain itu, ada juga Kopi Cham yang memadukan kopi, teh dan susu kental. Tak hanya itu, ada pula Kopi C yang disajikan dengan mencampurkan kopi, susu evaporasi, dan gula.
Bukan cuma kopi, teh juga menjadi favorit para sahabat di negeri tetangga. Teh tarik merupakan salah satu yang populer.
Sajian-sajian minuman ini biasanya menjadi pelengkap sarapan para warga Malaysia, yang biasanya merupakan pendamping sempurna roti srikaya bakar (kaya toast) atau bahkan nasi lemak. Tak heran jika jajaran minuman ini bisa dibilang merupakan comfort beverages yang selalu dirindukan.
Baca juga: Mengintip hasil transformasi modern desa sungai kuno di Hainan China
Sejumlah varian minuman Kenangan Coffee di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (17/10/2022). (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak tempat kopi tradisional yang mulai tergantikan dengan berbagai rantai kedai kopi modern dan kafe independen, yang turut mengubah cara orang Malaysia utamanya anak muda untuk mengonsumsi kopi.
Persaingan dan pasar kopi di Malaysia pun dinilai cukup besar di Asia Tenggara. CEO dan Co-Founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata mengatakan, besaran pasar penikmat kopi di Malaysia sebesar lebih dari 1 miliar dolar AS, atau sekira Rp15,4 triliun.
"Proyeksi sektor F&B di Malaysia juga menjanjikan, karena saat ini Malaysia sedang bertransformasi dalam menerapkan ekonomi digital berpenghasilan tinggi dengan fokus utama pada digitalisasi yang juga sejalan dengan konsep bisnis kami," kata Edward.
Istilah coffee shop hopping hingga mencicipi berbagai jenis olahan kopi pun kini makin digemari.
Baca juga: Mengintip warung kopi gaya Hainan di Singapura
Tak hanya di Indonesia, negeri jiran Malaysia pun memiliki tren yang cukup besar bagi budaya ngopi di kalangan generasi muda. Meski berdekatan, ternyata preferensi penggemar kopi di Malaysia cukup berbeda dengan di Indonesia.
"Orang-orang Malaysia kebanyakan menyukai kopi yang lebih kuat dan tidak terlalu manis. Jadi, ketika membawa olahan kopi susu gula aren Indonesia ke Malaysia, terdapat beberapa penyesuaian, terutama di rasa kopi dan gulanya. Kalau orang Indonesia, sepertinya lebih cenderung menyukai (kopi susu) yang lebih manis," jelas General Manager Kopi Kenangan Malaysia Jordan Lung saat dijumpai di Kuala Lumpur, Malaysia, beberapa waktu lalu.
Di kota-kota besar termasuk Kuala Lumpur, kedai kopi kekinian yang membawa konsep grab and gokini merupakan pemandangan yang tidak asing untuk dijumpai, terlepas dari kopitiam -- kopi khas dan bersejarah di Malaysia.
Baca juga: Kopitiam negeri jiran tawarkan hidangan selat Malaka
Kopitiam tak lepas dari budaya minum kopi di Malaysia yang telah lama mengakar selama beberapa generasi. Kopitiam merupakan kedai kopi Hainan bergaya lama, dan disajikan dengan berbagai cara. Ada yang namanya Kopi O yang merupakan kopi hitam tanpa tambahan susu atau susu kental manis, namun dilengkapi dengan sedikit gula.
Selain itu, ada juga Kopi Cham yang memadukan kopi, teh dan susu kental. Tak hanya itu, ada pula Kopi C yang disajikan dengan mencampurkan kopi, susu evaporasi, dan gula.
Bukan cuma kopi, teh juga menjadi favorit para sahabat di negeri tetangga. Teh tarik merupakan salah satu yang populer.
Sajian-sajian minuman ini biasanya menjadi pelengkap sarapan para warga Malaysia, yang biasanya merupakan pendamping sempurna roti srikaya bakar (kaya toast) atau bahkan nasi lemak. Tak heran jika jajaran minuman ini bisa dibilang merupakan comfort beverages yang selalu dirindukan.
Baca juga: Mengintip hasil transformasi modern desa sungai kuno di Hainan China
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak tempat kopi tradisional yang mulai tergantikan dengan berbagai rantai kedai kopi modern dan kafe independen, yang turut mengubah cara orang Malaysia utamanya anak muda untuk mengonsumsi kopi.
Persaingan dan pasar kopi di Malaysia pun dinilai cukup besar di Asia Tenggara. CEO dan Co-Founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata mengatakan, besaran pasar penikmat kopi di Malaysia sebesar lebih dari 1 miliar dolar AS, atau sekira Rp15,4 triliun.
"Proyeksi sektor F&B di Malaysia juga menjanjikan, karena saat ini Malaysia sedang bertransformasi dalam menerapkan ekonomi digital berpenghasilan tinggi dengan fokus utama pada digitalisasi yang juga sejalan dengan konsep bisnis kami," kata Edward.