Kupang (ANTARA) - Deputi Director Learning Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) Feiny Sentosa mengatakan Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi daerah percontohan dalam penerapan bahasa ibu untuk para siswa di kelas awal.
"Lembaga INOVASI akan melakukan pengembangan buku tentang bahasa ibu di kelas awal apalagi Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi telah menetapkan NTT sebagai daerah percontohan penggunaan bahasa ibu di kelas awal," kata Feiny Sentosa saat dihubungi di Kupang, Minggu.
Feiny Sentosa mengatakan hal itu terkait manfaat program pelatihan pembelajaran berbasis bahasa ibu bagai puluhan guru penggerak dari tiga kabupaten di Pulau Flores yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur yang dilaksanakan Balai Guru Penggerak Provinsi NTT dan INOVASI.
Baca juga: Guru penggerak di NTT didorong gunakan bahasa ibu di kelas awal
“Kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak serta mengapresiasi bagi peserta yang semangatnya sangat tinggi dalam mengikuti pelatihan. NTT tambang emas untuk pembelajaran menggunakan bahasa ibu,” kata Feiny Sentosa.
Menurut dia saat ini terdapat 72 bahasa daerah di NTT yang dapat digunakan para guru penggerak di daerah masing-masing dalam kegiatan pembelajaran bagi siswa kelas awal.
“Kementerian membutuhkan contoh untuk inspirasi bagi daerah lain. Satu satunya provinsi sebagai daerah percontohan penggunaan Bahasa Ibu adalah NTT. Pelatihan saja tidak cukup untuk buat perubahan. Perlu dibagikan dan diterapkan di kelas,” kata Feiny Sentosa.
Baca juga: Pengamat: RUU Sisdiknas optimalkan penggunaan bahasa ibu
Sementara itu salah satu guru, Damasus Turut dari SDK Coal Manggarai Barat, mengaku sangat senang mengikuti pelatihan karena merupakan hal baru dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
“Selama pelatihan kami mendapatkan soal keterampilan serta mengelola kelas serta dalam hal pembelajaran. Secara khusus mengantar anak menjadi lebih baik,” kata Damasus.
Menurut Damasus keterampilan lisan merupakan hal mendasar bagi setiap guru apalagi salah satu materi dalam kegiatan pelatihan adalah membuat buku untuk membantu anak.
Baca juga: Anak-anak NTT berselancar mengenal dunia melalui bahasa ibu
“Ini yang akan memacu kami untuk berkreasi dengan siswa. Setelah kembali ke daerah tentu kami fokus ke sekolah dulu baru ke komunitas yang lebih luas,” imbuhnya.
Sedangkan Petrus seorang guru dari Kabupaten Manggarai mengatakan pelatihan yang diikutinya sudah sering dilakukan.
“Ilmu guru semakin bertambah sehingga kamu berharap agar pelatihan seperti ini dilakukan juga bagi para guru lain di Kabupaten Manggarai sehingga percepatan pembangunan sektor pendidikan menjadi lebih cepat," kata Petrus.
Hal senada dikatakan Guru SD Lengko Tanah, Kabupaten Manggarai Timur, Adrianus Maxi bahwa dalam dunia pendidikan ada kolaborasi bahasa.
“Kami bersyukur karena ada strategi baru dalam metode pembelajaran. Kami akan selalu berusaha untuk kolaborasi berbagi ilmu yang kami dapatkan di tempat ini dalam penggunaan bahasa ibu dalam pembelajaran di kelas awal,” kata Adrianus Maxi.
Sementara itu Kepala Balai Guru Penggerak (BGP) NTT, Wirman Kasmayadi, berharap agar para guru yang telah mengikuti pelatihan penggunaan bahasa ibu dalam pembelajaran dapat menerapkan ilmu yang didapat selama pelatihan di sekolah masing-masing.
“Apa yang sudah disampaikan dan latih untuk komunitas di sekolah harus bisa diterapkan di sekolah. Kami mendorong bagaimana komunitas di sekolah itu kuat. Pastikan komunitas belajar di sekolah itu kuat. Apa yang kita lakukan ini sangat bermanfaat," kata Wirman Kasmayadi.
"Lembaga INOVASI akan melakukan pengembangan buku tentang bahasa ibu di kelas awal apalagi Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi telah menetapkan NTT sebagai daerah percontohan penggunaan bahasa ibu di kelas awal," kata Feiny Sentosa saat dihubungi di Kupang, Minggu.
Feiny Sentosa mengatakan hal itu terkait manfaat program pelatihan pembelajaran berbasis bahasa ibu bagai puluhan guru penggerak dari tiga kabupaten di Pulau Flores yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur yang dilaksanakan Balai Guru Penggerak Provinsi NTT dan INOVASI.
Baca juga: Guru penggerak di NTT didorong gunakan bahasa ibu di kelas awal
“Kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak serta mengapresiasi bagi peserta yang semangatnya sangat tinggi dalam mengikuti pelatihan. NTT tambang emas untuk pembelajaran menggunakan bahasa ibu,” kata Feiny Sentosa.
Menurut dia saat ini terdapat 72 bahasa daerah di NTT yang dapat digunakan para guru penggerak di daerah masing-masing dalam kegiatan pembelajaran bagi siswa kelas awal.
“Kementerian membutuhkan contoh untuk inspirasi bagi daerah lain. Satu satunya provinsi sebagai daerah percontohan penggunaan Bahasa Ibu adalah NTT. Pelatihan saja tidak cukup untuk buat perubahan. Perlu dibagikan dan diterapkan di kelas,” kata Feiny Sentosa.
Baca juga: Pengamat: RUU Sisdiknas optimalkan penggunaan bahasa ibu
Sementara itu salah satu guru, Damasus Turut dari SDK Coal Manggarai Barat, mengaku sangat senang mengikuti pelatihan karena merupakan hal baru dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
“Selama pelatihan kami mendapatkan soal keterampilan serta mengelola kelas serta dalam hal pembelajaran. Secara khusus mengantar anak menjadi lebih baik,” kata Damasus.
Menurut Damasus keterampilan lisan merupakan hal mendasar bagi setiap guru apalagi salah satu materi dalam kegiatan pelatihan adalah membuat buku untuk membantu anak.
Baca juga: Anak-anak NTT berselancar mengenal dunia melalui bahasa ibu
“Ini yang akan memacu kami untuk berkreasi dengan siswa. Setelah kembali ke daerah tentu kami fokus ke sekolah dulu baru ke komunitas yang lebih luas,” imbuhnya.
Sedangkan Petrus seorang guru dari Kabupaten Manggarai mengatakan pelatihan yang diikutinya sudah sering dilakukan.
“Ilmu guru semakin bertambah sehingga kamu berharap agar pelatihan seperti ini dilakukan juga bagi para guru lain di Kabupaten Manggarai sehingga percepatan pembangunan sektor pendidikan menjadi lebih cepat," kata Petrus.
Hal senada dikatakan Guru SD Lengko Tanah, Kabupaten Manggarai Timur, Adrianus Maxi bahwa dalam dunia pendidikan ada kolaborasi bahasa.
“Kami bersyukur karena ada strategi baru dalam metode pembelajaran. Kami akan selalu berusaha untuk kolaborasi berbagi ilmu yang kami dapatkan di tempat ini dalam penggunaan bahasa ibu dalam pembelajaran di kelas awal,” kata Adrianus Maxi.
Sementara itu Kepala Balai Guru Penggerak (BGP) NTT, Wirman Kasmayadi, berharap agar para guru yang telah mengikuti pelatihan penggunaan bahasa ibu dalam pembelajaran dapat menerapkan ilmu yang didapat selama pelatihan di sekolah masing-masing.
“Apa yang sudah disampaikan dan latih untuk komunitas di sekolah harus bisa diterapkan di sekolah. Kami mendorong bagaimana komunitas di sekolah itu kuat. Pastikan komunitas belajar di sekolah itu kuat. Apa yang kita lakukan ini sangat bermanfaat," kata Wirman Kasmayadi.