Sampit (ANTARA) - Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah kini memiliki Persatuan Orangtua Penderita Thalassemia Indonesia (POPTI) yang menjadi wadah berhimpun untuk membantu kemudahan penderita thalassemia menjalani pengobatan. 

"Penderita thalassemia perlu perhatian karena harus menjalani transfusi darah seumur hidup. Ada yang  harus menjalani transfusi dua minggu sekali dan ada yang 1,5 bulan, tergantung kondisi tubuhnya. Makanya perlu perhatian," kata Ketua POPTI Cabang Sampit, Renny Septio Dewi di Sampit, Selasa. 

Kepengurusan POPTI Cabang Sampit resmi terbentuk ditandai dengan pelantikan dipimpin Sekretaris POPTI Pusat, Bangkit Prayoga. Hadir Staf Ahli Bupati Kotawaringin Timur, Nanti Fuadi serta para orangtua anak penderita thalassemia. 

Renny menyebutkan, saat ini ada 55 orang penderita thalassemia di Kotawaringin Timur yang terdata. Dia memperkirakan jumlahnya bertambah seiring terbentuknya POPTI yang menjadi wadah bersama para orangtua dan penderita thalassemia. 

Saat pendataan awal pada 2021 lalu jumlah penderita thalassemia di Kotawaringin Timur hanya 30 orang. Kini jumlahnya sudah sebanyak 55 orang dan setiap bulan rata-rata ada penderita yang disampaikan datanya kepada POPTI. Ada yang berusia delapan bulan, hingga yang sudah berkeluarga. 

Renny sendiri juga mempunyai anak yang menderita thalassemia sejak anaknya berusia empat tahun. Dulu dia harus bolak-balik ke Banjarmasin untuk pemeriksaan dan transfusi. 

Dia bersyukur karena kini semua bisa dilakukan di RSUD dr Murjani Sampit. Bahkan pemerintah daerah sudah menyiapkan rumah singgah bagi keluarga penderita thalassemia yang hendak menginap selama anak mereka menjalani transfusi darah di rumah sakit. 

Pengobatan penderita thalassemia juga ditanggung BPJS Kesehatan. Mereka berterima kasih kepada pemerintah karena hal itu sangat membantu. 

"Terima kasih RSUD dr Murjani yang selama ini telah banyak membantu. Yang masih menjadi kendala adalah belum adanya dokter hematologi, sehingga untuk diagnosa harus ke Banjarmasin," ujar Renny. 

Baca juga: Bawaslu Kotim sosialisasikan mekanisme penanganan pelanggaran pemilu 2024

POPTI menjadi wadah bersama dalam berbagi informasi, saling memberi semangat serta memperjuangkan bersama aspirasi demi pelayanan terbaik bagi penderita thalassemia. Selain untuk pengobatan, juga perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat untuk mencegah atau memutus mata rantai penyakit genetik tersebut. 

"Kami berharap kita semua bersama mengedukasi tetang thalassemia untuk skrining dan memutus mata rantainya. Ki juga berpesan kepada pengurus harus lebih giat lagi melayani sosial anak-anak thalassemia dan komunitas," ujar Renny. 

Sekretaris POPTI Pusat, Bangkit Prayoga mengatakan, POPTI Cabang Sampit merupakan cabang yang ke-55 dari 60 cabang yang sudah terbentuk. Saat ini ada sekitar 11.000 penderita thalassemia di Indonesia. 

Dia menjelaskan, thalassemia merupakan penyakit kelainan darah yang biasanya terkena sejak anak-anak. Penyakit genetik ini diturunkan oleh kedua orangtua atau kakek nenek mereka. 

Thalassemia bukan penyakit menular. Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan menghindari pernikahan antar sesama pembawa sifat thalassemia. Deteksi dini penyakit ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah di laboratorium. 

Menurut Bangkit, biaya pengobatan thalassemia mahal. Penyakit thalassemia mayor termasuk dalam lima besar pemakai BPJS Kesehatan dan membutuhkan darah tidak sedikit. 

"Rumah sakit adalah rumah kedua bagi penyandang thalassemia karena mereka setiap bulan atau bahkan beberapa minggu datang ke rumah sakit untuk transfusi darah. Kami berharap pemerintah bersama POPTI membuat upaya terkait pencegahan tersebut," ujar Bangkit. 

Staf Ahli Bupati Kotawaringin Timur, Najmi Fuadi mengatakan saat ini sudah ada rumah singgah disiapkan pemerintah daerah. Hal yang perlu perhatian adalah penyediaan darah agar tidak sampai kosong saat dibutuhkan. 

"POPTI ini luar biasa. Ini amal ibadah yang luar biasa. Syukur di RSUD Murjani sudah menyediakan poli khusus thalassemia. Mudahan RS di Parenggean dan lainnya juga diberdayakan. Orangtuanya juga harus sabar dan semangat. Selain itu, perlu edukasi kepada anak pra nikah terkait penyakit ini," demikian Nanti Fuadi. 

Baca juga: Peningkatan kemampuan personel pemadam kebakaran Kotim didukung instruktur pusat

Baca juga: Pelaku UMKM Kotim antusias promosikan produk di Jakarta

Baca juga: Pasar penyeimbang bantuan Pemprov Kalteng sasar kawasan padat penduduk di Kotim

Pewarta : Norjani
Editor : Muhammad Arif Hidayat
Copyright © ANTARA 2024