Sampit (ANTARA) - Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Riskon Fabiansyah mengaku sangat prihatin atas kembali terjadinya keracunan massal di daerah ini, bahkan kali ini sampai menimbulkan korban jiwa. 

"Perlu adanya edukasi kepada para pelaku UMKM bahwa ada standarisasi bahan-bahan yang memang layak dikonsumsi oleh konsumen. Edukasi ini perlu dilakukan dalam rangka pencegahan,  selain pengawasan terhadap izin edar dari produk UMKM," kata Riskon di Sampit, Sabtu. 

Hal ini disampaikan Riskon menanggapi keracunan massal puluhan warga, diduga usai menyantap kue "ipau" saat berbuka puasa. Data Dinas Kesehatan hingga Sabtu (1/4) pagi, sudah ada 40 warga yang ditangani tim medis dan satu orang meninggal dunia. 

Politisi Partai Golkar menyebut, keracunan massal makanan bukan kali ini terjadi di Kotawaringin Timur. Namun, kejadian kali ini paling parah karena jumlah korbannya paling banyak, bahkan ada yang sampai meninggal dunia. 

Banyaknya korban keracunan kue ini menyita perhatian masyarakat. Apalagi, salah satu korban keracunan adalah pejabat setempat, yaitu Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Zulhaidir yang harus dirawat di rumah sakit. 

Riskon mengapresiasi gerak cepat pemerintah kabupaten melalui Dinas Kesehatan yang langsung menangani masalah ini. Balai Pengawasan Obat dan Makanan juga telah turun menyelidiki penyebab keracunan massal tersebut. 

Baca juga: Ditemukan bakteri pada kue pemicu keracunan massal di Sampit

Selain menangani secara serius kejadian ini sesuai ketentuan, Riskon berharap musibah ini menjadi pelajaran berharga. Harus dilakukan langkah-langkah untuk mencegah agar kejadian serupa tidak terulang lagi. 

Untuk itulah dia mendorong edukasi keamanan pangan terus ditingkatkan dan dilakukan secara terus menerus. Tujuannya agar pelaku usaha kuliner menyadari betul pentingnya menyediakan dan mengolah pangan yang aman dan sehat. 

"Makanya sangat perlu adanya edukasi kepada masyarakat melalui leading sektor UMKM tentang bahan-bahan yang dipergunakan oleh para UMKM yang memang perlu diidentifikasi untuk memakai bahan-bahan yang tidak berbahaya. Kita tentu tidak ingin keracunan, apalagi sampai menimbulkan korban jiwa ini terus terulang," demikian Riskon Fabiansyah. 

Sementara itu musibah keracunan massal yang terjadi di Kotawaringin Timur dalam beberapa tahun terakhir di antaranya terjadi pada 20 Februari 2020, sebanyak 20 murid dan satu guru di SDN 5 Baamang Hilir mengalami keracunan usai menyantap kue ulang tahun yang dibeli murid untuk merayakan ulang tahun dua teman mereka. 

Pada Sabtu (17/7/2021), sekitar 35 sampai 38 santriwati Pondok Pesantren Salafiyah Nurul Jannah dilarikan ke RSUD dr Murjani Sampit untuk mendapatkan penanganan intensif karena diduga keracunan makanan. 

Selanjutnya pada 26 November 2021, sekitar 30 santri Pondok Pesantren Darul Amin Sampit mengalami keracunan usai menyantap nasi bungkus yang diberikan oleh salah seorang warga. 

Baca juga: Korban keracunan kue jadi 40 orang, Pemkab Kotim tanggung pengobatan

Baca juga: Mengulik kue Ipau yang sedang viral di Sampit

Baca juga: Dinkes Kotim periksa sampel kue diduga penyebab korban jiwa

Pewarta : Norjani
Uploader : Admin 3
Copyright © ANTARA 2024