Sampit (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah memeriksa sampel kue "ipau" yakni kue tradisional diduga menjadi penyebab keracunan yang menimbulkan korban jiwa di Sampit.
"Setelah mendapat laporan dari masyarakat, langsung kami tindak lanjuti. Langkah yang kami lakukan yaitu pengambilan sampel sisa makanan dari pasien untuk diperiksa di Labkesda yang mana hasilnya akan keluar 3 sampai 5 hari ke depan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur Umar Kaderi di Sampit, Jumat.
Dinas Kesehatan telah melaporkan kejadian ini kepada Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mendapat laporan dari masyarakat terkait dugaan keracunan ini pada Kamis (30/3) sekitar 14.00 WIB.
Data sementara, ada sekitar 33 orang warga yang diduga keracunan kue tradisional tersebut. Mereka ada yang ditangani secara mandiri dengan dirawat di rumah dan ada yang di RSUD dr Murjani Sampit.
Pasien berasal dari Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Kota Besi, Cempaga dan Antang Kalang yang diduga kebetulan membeli jenis kue yang sama. Pasien mengeluh mual, muntah, diare, lemas, demam dan nyeri perut.
Melihat perkembangan saat ini, tidak menutup kemungkinan jumlah pasien akan bertambah. Kabar terbaru, satu orang meninggal dunia.
Baca juga: Sejumlah warga Sampit diduga keracunan kue khas Ramadhan
Hasil penelusuran Dinas Kesehatan, pasien membeli kue yang banyak dijual saat Ramadhan itu di penjual yang sama yakni di Kecamatan Baamang. Mereka membeli pada 28 dan 29 Maret 2023 dengan secara langsung maupun melalui online.
Warga yang mengonsumsi kue tersebut diduga keracunan dan sebagian dibawa ke RSUD dr Murjani Sampit pada Rabu (29/3). Sebagian sudah ada yang diperbolehkan pulang, namun ada pula yang masih dirawat. Satu orang warga meninggal dunia.
Dinas Kesehatan masih menunggu hasil laboratorium terkait pemeriksaan sampel kue ipau tersebut untuk mengetahui apa penyebab keracunan tersebut.
"Kami juga sudah menyampaikan ke pemilik warung agar sementara waktu tidak menjual kue ipau sampai hasil pemeriksaan keluar," demikian Umar Kaderi.
Sementara itu pada Jumat (31/3) malam Umar Kaderi berkunjung ke RSUD dr Murjani Sampit mengunjungi pasien yang masih dirawat, diduga korban keracunan kue tersebut. Sebagian besar pasien mulai membaik dan sudah ada yang diperbolehkan pulang.
Baca juga: Pemerintah RI-Federasi Rusia sepakati perjanjian ekstradisi
Baca juga: Kemenaker alokasikan Rp800 juta untuk tahap awal BLK di Sampit
Baca juga: DPRD Kotim minta pemkab dampingi pengusaha urus izin galian C
"Setelah mendapat laporan dari masyarakat, langsung kami tindak lanjuti. Langkah yang kami lakukan yaitu pengambilan sampel sisa makanan dari pasien untuk diperiksa di Labkesda yang mana hasilnya akan keluar 3 sampai 5 hari ke depan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur Umar Kaderi di Sampit, Jumat.
Dinas Kesehatan telah melaporkan kejadian ini kepada Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mendapat laporan dari masyarakat terkait dugaan keracunan ini pada Kamis (30/3) sekitar 14.00 WIB.
Data sementara, ada sekitar 33 orang warga yang diduga keracunan kue tradisional tersebut. Mereka ada yang ditangani secara mandiri dengan dirawat di rumah dan ada yang di RSUD dr Murjani Sampit.
Pasien berasal dari Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Kota Besi, Cempaga dan Antang Kalang yang diduga kebetulan membeli jenis kue yang sama. Pasien mengeluh mual, muntah, diare, lemas, demam dan nyeri perut.
Melihat perkembangan saat ini, tidak menutup kemungkinan jumlah pasien akan bertambah. Kabar terbaru, satu orang meninggal dunia.
Baca juga: Sejumlah warga Sampit diduga keracunan kue khas Ramadhan
Hasil penelusuran Dinas Kesehatan, pasien membeli kue yang banyak dijual saat Ramadhan itu di penjual yang sama yakni di Kecamatan Baamang. Mereka membeli pada 28 dan 29 Maret 2023 dengan secara langsung maupun melalui online.
Warga yang mengonsumsi kue tersebut diduga keracunan dan sebagian dibawa ke RSUD dr Murjani Sampit pada Rabu (29/3). Sebagian sudah ada yang diperbolehkan pulang, namun ada pula yang masih dirawat. Satu orang warga meninggal dunia.
Dinas Kesehatan masih menunggu hasil laboratorium terkait pemeriksaan sampel kue ipau tersebut untuk mengetahui apa penyebab keracunan tersebut.
"Kami juga sudah menyampaikan ke pemilik warung agar sementara waktu tidak menjual kue ipau sampai hasil pemeriksaan keluar," demikian Umar Kaderi.
Sementara itu pada Jumat (31/3) malam Umar Kaderi berkunjung ke RSUD dr Murjani Sampit mengunjungi pasien yang masih dirawat, diduga korban keracunan kue tersebut. Sebagian besar pasien mulai membaik dan sudah ada yang diperbolehkan pulang.
Baca juga: Pemerintah RI-Federasi Rusia sepakati perjanjian ekstradisi
Baca juga: Kemenaker alokasikan Rp800 juta untuk tahap awal BLK di Sampit
Baca juga: DPRD Kotim minta pemkab dampingi pengusaha urus izin galian C