Sampit (ANTARA) - Sejumlah warga Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mengeluhkan diare, bahkan hingga ada yang dilarikan ke rumah sakit, diduga keracunan kue "ipau" yang mereka santap saat berbuka puasa.
"Tadi siang kami sudah ke tempat penjualan kue tersebut. Kami juga awalnya dapat informasi dari Dinas Kesehatan," kata Kepala Puskesmas Baamang I, Supriadi saat dikonfirmasi, Jumat.
Supriadi mengatakan pihaknya baru mendapat kabar tersebut karena tidak ada penderita yang dibawa berobat ke Puskesmas Baamang I. Diduga warga mengalami mual dan diare setelah memakan kue "ipau".
Makanya ketika mendapat informasi dari Dinas Kesehatan, kata Supriadi, pihaknya langsung turun ke lapangan mendatangi tempat penjual kue khas Ramadhan tersebut untuk meminta informasi.
"Terkait penyebab pastinya, kami di kesehatan masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel kue tersebut," ujar Supriadi.
Baca juga: Kemenaker alokasikan Rp800 juta untuk tahap awal BLK di Sampit
Sementara itu informasi didapat di lapangan, dugaan keracunan kue tradisional khas Ramadhan atau banyak dijual saat bulan puasa seperti sekarang itu terjadi mulai Rabu (29/3) malam. Korban mengeluh sakit hingga muntah dan diare setelah mengonsumsi kue yang dibeli dari salah satu penjual kue Ramadhan di Kecamatan Baamang.
Belum diketahui persis jumlah warga yang diduga mengalami keracunan tersebut. Sebagian ada yang tetap berada di rumah dan hanya minum obat diare, namun beberapa ada yang dilarikan ke RSUD dr Murjani Sampit.
Kabarnya ada seorang pejabat yang harus dirawat di rumah sakit, diduga juga menjadi korban keracunan kue tradisional tersebut. Bahkan, disebutkan pula ada satu orang yang meninggal dunia.
Bupati Halikinnor sebelumnya sudah mewanti-wanti kepada pelaku usaha kuliner untuk benar-benar menjaga kebersihan masakan, minuman dan kue yang akan mereka jual. Tujuannya agar panganan tersebut tetap sehat dan tidak terkontaminasi bibit penyakit saat dikonsumsi masyarakat.
"Saya berharap agar makanan dan kue yang dijual tidak menggunakan bahan pengawet, pemanis dan zat pewarna buatan yang dapat membahayakan para pembeli. Juga tetap jaga kebersihan lingkungan," demikian Halikinnor.
Baca juga: DPRD Kotim minta pemkab dampingi pengusaha urus izin galian C
Baca juga: DPRD Kotim minta pemkab dampingi pengusaha urus izin galian C
Baca juga: Disnakertrans Kotim ingatkan ada sanksi bagi perusahaan tidak membayar THR
"Tadi siang kami sudah ke tempat penjualan kue tersebut. Kami juga awalnya dapat informasi dari Dinas Kesehatan," kata Kepala Puskesmas Baamang I, Supriadi saat dikonfirmasi, Jumat.
Supriadi mengatakan pihaknya baru mendapat kabar tersebut karena tidak ada penderita yang dibawa berobat ke Puskesmas Baamang I. Diduga warga mengalami mual dan diare setelah memakan kue "ipau".
Makanya ketika mendapat informasi dari Dinas Kesehatan, kata Supriadi, pihaknya langsung turun ke lapangan mendatangi tempat penjual kue khas Ramadhan tersebut untuk meminta informasi.
"Terkait penyebab pastinya, kami di kesehatan masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel kue tersebut," ujar Supriadi.
Baca juga: Kemenaker alokasikan Rp800 juta untuk tahap awal BLK di Sampit
Sementara itu informasi didapat di lapangan, dugaan keracunan kue tradisional khas Ramadhan atau banyak dijual saat bulan puasa seperti sekarang itu terjadi mulai Rabu (29/3) malam. Korban mengeluh sakit hingga muntah dan diare setelah mengonsumsi kue yang dibeli dari salah satu penjual kue Ramadhan di Kecamatan Baamang.
Belum diketahui persis jumlah warga yang diduga mengalami keracunan tersebut. Sebagian ada yang tetap berada di rumah dan hanya minum obat diare, namun beberapa ada yang dilarikan ke RSUD dr Murjani Sampit.
Kabarnya ada seorang pejabat yang harus dirawat di rumah sakit, diduga juga menjadi korban keracunan kue tradisional tersebut. Bahkan, disebutkan pula ada satu orang yang meninggal dunia.
Bupati Halikinnor sebelumnya sudah mewanti-wanti kepada pelaku usaha kuliner untuk benar-benar menjaga kebersihan masakan, minuman dan kue yang akan mereka jual. Tujuannya agar panganan tersebut tetap sehat dan tidak terkontaminasi bibit penyakit saat dikonsumsi masyarakat.
"Saya berharap agar makanan dan kue yang dijual tidak menggunakan bahan pengawet, pemanis dan zat pewarna buatan yang dapat membahayakan para pembeli. Juga tetap jaga kebersihan lingkungan," demikian Halikinnor.
Baca juga: DPRD Kotim minta pemkab dampingi pengusaha urus izin galian C
Baca juga: DPRD Kotim minta pemkab dampingi pengusaha urus izin galian C
Baca juga: Disnakertrans Kotim ingatkan ada sanksi bagi perusahaan tidak membayar THR