Cilacap (ANTARA) - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono mengatakan upaya pencarian terhadap sebelas anak buah kapal (ABK) yang hilang di Samudra Hindia akan dihentikan.

"Pencarian kayaknya dihentikan karena sudah tujuh hari, artinya tidak ditemukan dan masih dinyatakan hilang. Sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur), upaya pencarian korban hilang dilakukan selama tujuh hari," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Selasa.

Selain itu, kata dia, ABK dari kapal-kapal nelayan yang terlibat dalam pencarian 11 ABK Kapal Motor (KM) Serba Prima 8 yang terbakar di Samudra Hindia dekat perairan Pulau Christmas, Australia, pun telah lelah.

Ia mengatakan jumlah kapal nelayan yang berada di sekitar lokasi kejadian dan turut melakukan pencarian berkisar 28-29 unit.

Selama pencarian korban KM Serba Prima 8, lanjut dia, ABK dari kapal-kapal nelayan tersebut tidak bekerja untuk menangkap ikan.

"Mereka 'kan juga butuh untuk menghidupi keluarga yang di rumah. Dalam satu minggu enggak ada yang beroperasi, enggak ada yang bekerja, fokusnya untuk pencarian terhadap 11 ABK KM Serba Prima 8 saja," jelasnya.

Kendati demikian, Sarjono mengatakan pihaknya telah memberikan imbauan melalui radio komunikasi agar kapal-kapal nelayan yang masih berada di sekitar lokasi kejadian tetap melakukan pemantauan sembari bekerja menangkap ikan.

Menurut dia, hal itu tetap dilakukan karena hingga saat sekarang 11 ABK KM Serba Prima 8 belum ditemukan dan masih dinyatakan hilang meskipun upaya pencarian telah dihentikan.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya atas nama HNSI menyampaikan permohonan maaf dan turut berduka kepada pihak keluarga dari 11 ABK yang hilang.

"Mari kita berdoa bersama, barangkali ada keajaiban, mungkin ada kapal-kapal niaga seperti tanker yang menemukan para korban dan membawanya ke luar negeri. Kalau dinyatakan meninggal 'kan sudah ketemu jasadnya, kalau belum ditemukan berarti masih dinyatakan hilang," tegasnya.

KM Serba Prima 8 diketahui bertolak dari Dermaga Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC) pada Rabu (5/4) dengan membawa 14 ABK termasuk nahkoda untuk mencari ikan di Samudra Hindia.

Akan tetapi saat berada pada posisi 8,27 derajat lintang selatan dan 105,19 derajat bujur timur atau dekat Pulau Christmas, Australia, pada hari Selasa (16/5), sekitar pukul 23.15 WIB, KM Serba Prima 8 mengalami kebakaran, sehingga seluruh ABK berupaya memadamkannya.

Oleh karena kobaran api telah membesar, seluruh ABK melompat ke laut dengan berpegangan pelampung parasut atau jangkar apung.

Saat api mulai terlihat agak padam pada hari Rabu (17/5), sekitar pukul 04.00 WIB, dua orang ABK memisahkan diri dari rekan-rekannya untuk berenang mengejar KM Serba Prima 8 dan naik kapal, sedangkan ABK lainnya masih berpegangan parasut.

Dua ABK yang diketahui bernama Nur Hasim (36) dan Hari Setiawan (38), keduanya warga Kabupaten Pemalang, itu berhasil diselamatkan oleh KM Hasil Selalu 2 pada hari Rabu (17/5), sekitar pukul 11.35 WIB, saat melintas di sekitar bangkai KM Serba Prima 8 dalam perjalanan pulang ke Cilacap.

KM Hasil Selalu 2 itu tiba di Dermaga PPSC pada hari Jumat (19/5), pukul 02.35 WIB, dan selanjutnya dua ABK KM Serba Prima 8 langsung diserahkan kepada pihak-pihak terkait untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

Sementara nahkoda KM Serba Prima 8 yang diketahui bernama Agus Setiawan beberapa hari sebelum kebakaran telah meminta izin kepada pemilik kapal agar bisa pulang lebih dahulu karena istrinya akan melahirkan.

Agus pulang ke Cilacap dengan menumpang kapal lain yang masih satu perusahaan dan hendak kembali Dermaga PPSC, selanjutnya kemudi KM Serba Prima 8 dipegang oleh wakil nahkoda atas nama Teguh Santoso hingga kebakaran itu terjadi.

Dengan demikian, jumlah ABK yang dinyatakan hilang akibat kebakaran KM Serba Prima 8 sebanyak 11 orang.
 

Sebelumnya, puluhan kapal pencari ikan turut membantu pencarian terhadap 11 anak buah kapal (ABK) yang dilaporkan hilang setelah Kapal Motor (KM) Serba Prima 8 yang mereka gunakan untuk mencari ikan mengalami kebakaran di Samudra Hindia.

"Selain dilakukan oleh para ABK dari kapal-kapal yang berangkatnya satu rombongan dengan KM Serba Prima 8, upaya pencarian terhadap 11 ABK dari kapal yang terbakar juga dilakukan oleh kapal-kapal lain yang sedang mencari ikan di sekitar lokasi kejadian," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono di Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu.

Akan tetapi hingga Sabtu (20/5) siang, kata dia, 11 ABK dari kapal yang terbakar itu belum diketahui keberadaannya.

Berdasarkan informasi dari kapal-kapal di tengah laut pada Sabtu (20/5) pagi, lanjut dia, ada salah satu kapal yang menemukan dua benda terapung dan diduga sempat digunakan ABK KM Serba Prima 8 sebagai sarana untuk berlindung.

"Benda terapung itu ditemukan bergandengan namun tidak ada orangnya sama sekali," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, kapal-kapal yang satu rombongan dengan KM Serba Prima 8 saat ini sedang menyebar di sekitar lokasi kejadian untuk mencari 11 ABK yang hilang.

Sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), lanjut dia, upaya pencarian terhadap 11 ABK akan dilakukan terus-menerus selama tujuh hari. "Semoga bisa segera ditemukan dalam keadaan selamat," kata Sarjono.

Kebakaran yang menimpa KM Serba Prima 8 terjadi pada hari Selasa (16/5) sekitar pukul 23.15 WIB, saat kapal yang sedang berada di posisi 8,27 derajat lintang selatan dan 105,19 derajat bujur timur atau dekat Pulau Christmas, Australia.

Ketika mengetahui kebakaran tersebut, seluruh ABK berusaha memadamkannya, namun tidak bisa karena kobaran api telah membesar. Oleh karena itu, seluruh ABK melompat ke laut dengan berpegangan pelampung parasut atau jangkar apung.

Saat api mulai terlihat agak padam pada hari Rabu (17/5) sekitar pukul 04.00 WIB, dua ABK memisahkan diri dari rekannya karena berinisiatif berenang mengejar KM Serba Prima 8 dan naik kapal, sedangkan ABK lainnya masih berpegangan parasut.

Dua ABK yang diketahui bernama Nur Hasim (36) dan Hari Setiawan (38), keduanya warga Kabupaten Pemalang, itu berhasil diselamatkan oleh KM Hasil Selalu 2 pada hari Rabu (17/5), sekitar pukul 11.35 WIB, saat melintas di sekitar bangkai KM Serba Prima 8 dalam perjalanan pulang ke Cilacap.

KM Hasil Selalu 2 itu tiba di Dermaga PPSC pada hari Jumat (19/5) pukul 02.35 WIB, dan selanjutnya dua ABK KM Serba Prima 8 langsung diserahkan kepada pihak terkait untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

KM Serba Prima 8 diketahui bertolak dari Dermaga Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC) pada Rabu (5/4) dengan membawa 14 ABK termasuk nakhoda untuk mencari ikan di Samudra Hindia.

Akan tetapi beberapa sebelum mengalami kebakaran, nakhoda KM Serba Prima 8 yang diketahui bernama Agus Setiawan telah meminta izin kepada pemilik kapal agar bisa pulang lebih dahulu karena istrinya akan melahirkan.

Agus pun pulang ke Cilacap dengan menumpang kapal lain yang masih satu perusahaan dan hendak kembali Dermaga PPSC, selanjutnya kemudi KM Serba Prima 8 dipegang oleh wakil nakhoda atas nama Teguh Santoso hingga kebakaran itu terjadi.
 

Sebelumnya di Sukabumi, Jawa Barat, Tim search and rescue (SAR) dikerahkan untuk melakukan pencarian terhadap seorang nelayan asal Kabupaten Sukabumi, yang hilang diduga tenggelam saat mencari ikan di perairan Laut Banten tepatnya di Laut Karangbokor, Tanjunglayar, Kabupaten Lebak, Banten pada Sabtu, (20/5).

"Nelayan yang menjadi korban kecelakaan laut tersebut bernama Ajudin (50) asal Kampung Babakan, Desa Cisolok, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi," kata Kasat Polairud Polres Sukabumi AKP Tenda Sukendar di Sukabumi, Sabtu.

Tenda memaparkan dari keterangan sejumlah saksi korban melaut pada Sabtu, (20/5) sekitar pukul 06.00 WIB dengan menggunakan kapal motor bernama lambung Arjuna Mas-3 bersama beberapa anak buah kapal (ABK).

Korban berangkat dari Dermaga Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP), Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi menuju perairan Karangbokor untuk mencari ikan laut.

Korban bersama ABK tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 09.30 WIB dan kemudian keduanya bergegas untuk melakukan berbagai persiapan. Di waktu yang sama, ABK pun menurunkan jangkar sementara Ajudin naik ke paratang bambu.

Sekitar pukul 10.00 WIB di saat ABK menarik jaring, korban yang berada di atas paratang bambu untuk memantau pergerakan ikan tiba-tiba terjatuh dan kepalanya sempat membentur bagian samping kapal dan langsung tercebur ke laut.

Sejumlah ABK yang melihat korban tercebur langsung terjun ke laut untuk berupaya memberikan pertolongan. Namun tubuh korban tidak ditemukan, diduga saat tercebur tubuhnya langsung tenggelam.

Karena pencariannya tidak membuahkan hasil maka ABK memutuskan untuk pulang ke Dermaga PPNP dan melaporkan kejadian kecelakaan laut ini kepada pihak kepolisian. Menerima korban adanya kasus kecelakaan laut yang menimpa seorang nelayan Tim SAR pun dikerahkan untuk melakukan pencarian.

"Hingga saat ini korban belum ditemukan dan untuk pencarian akan dilanjutkan pada Minggu (21/5). Kami pun sudah berkoordinasi dengan petugas keamanan laut di Kabupaten Lebak terkait kasus kecelakaan laut ini," tambahnya.

Tenda mengatakan hingga pukul 22.00 WIB pencarian belum membuahkan hasil dan tim SAR yang dibantu ABK KM Arjuna Mas-3 memutuskan untuk kembali ke Dermaga PPNP.
 

Lima hari terombang-ambing di laut, nelayan ini ditemukan selamat

Lima hari terombang-ambing di laut dengan bersandar pada perahu terbalik, Sugiyono (54) nelayan asal Watulimo, Trenggalek, akhirnya ditemukan selamat oleh nelayan lain, demikian informasi Basarnas Pos SAR Trenggalek, Jawa Timur.

"Alhamdulillah Pemerintah Pacitan, BPBD, nelayan dan kawan-kawan potensi SAR responsif sehingga Pak Sugiyono bisa tertangani dengan baik. Setelah berkoordinasi, kami lakukan penjemputan ke Pacitan. Kondisinya sehat dan sudah kami antarkan ke rumahnya," kata Koordinator Pos Sar Trenggalek, Yoni Fariza di Trenggalek, Jumat.

Insiden itu terjadi pada Senin (8/5) malam saat Sugiyono berangkat melaut seorang diri ke lepas Pantai Trenggalek, menuju dekat Pulau Solimo untuk mencari ikan sotong atau bus.

"Saat kejadian korban ini sudah sempat memancing dan mendapat satu ekor ikan sotong yang ditaruh di dalam boks styrofoam. Namun tak lama setelah itu terjadi cuaca buruk, badai dan muncul ombak besar yang menghantam perahunya sehingga terbalik. Kejadiannya malam hari,” imbuhnya.

Dalam situasi darurat itu, Sugiyono berusaha menyelamatkan diri dengan berpegangan pada bangkai perahunya yang terbalik.

Naas, saat peristiwa terjadi tidak ada kapal lain yang melintas sehingga tak ada yang menolong. Dalam kondisi darurat ia pun mengikatkan dirinya ke perahu yang terbalik itu agar tetap terapung.

"Selain itu Pak Sugiyono juga berusaha meminta bantuan dan berupaya mendayung dengan sekuat tenaga, karena masih bisa melihat tepi laut. Namun karena arus yang kuat, upaya itu gagal," papar Yoni.

Bahkan dia pun sempat terseret hingga ke arah barat laut hingga memasuki wilayah perairan di selatan Yogyakarta.

Selama beberapa hari dia tidak makan dan minum. Dia pun pasrah dan berharap ada perahu yang melintas.

"Kondisi badan yang semakin lemas membuat korban hanya bisa pasrah sambil berharap ada bantuan dari kapal yang melintas," katanya.

Hingga akhirnya pada hari ke lima, Sugiyono kembali terseret arus laut ke arah timur hingga berada di selatan Pacitan.

Saat itu keberadaan Sugiyono diketahui oleh ABK KM Putra Restu 01 yang sedang berangkat melaut. Setelah mengevakuasi korban, nakhoda kapal Suratno meminta bantuan KM Anugerah Samudra 01 untuk membawanya ke tepi.

"Akhirnya Pak Sugiyono diselamatkan oleh nelayan Pacitan dan dibawa ke Pelabuhan Ikan Tamperan. Pada saat diselamatkan korban dalam kondisi dehidrasi, bahkan tangannya itu seperti kaku karena lima hari di laut," kata Yoni.

Setelah dievakuasi ke darat, nelayan asa pesisir Teluk Prigi, Trenggalek ini kemudian segera dilarikan ke RSUD Pacitan untuk mendapatkan pertolongan medis.

Sementara perahu Pak Sugiyono tak bisa diselamatkan. Karena tak kuat menahan arus dan pecah di tengah perjalanan saat ditarik oleh perahu dari nelayan Pacitan tersebut.

Pewarta : Sumarwoto
Uploader : Ronny
Copyright © ANTARA 2024