Jakarta (ANTARA) - Ilmuwan kesehatan baru-baru ini memberikan perhatian mereka kepada fenomena Penyakit X, yang perlu diantisipasi supaya tidak menyebabkan wabah.
"Ini bukan fiksi ilmiah. Ini adalah skenario yang harus kita persiapkan. Ini adalah Penyakit X," kepala eksekutif Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi Dr. Richard Hatchett, seperti disiarkan Telegraph dan Medical Daily, Kamis.
Istilah Penyakit X digunakan organisasi kesehatan dunia WHO untuk menggambarkan penyakit yang tidak diketahui komunitas medis tetapi dapat menyebabkan infeksi pada manusia, menurut laporan New York Post.
Penyakit X adalah penyakit baru sehingga belum ada cara yang pasti untuk mengantisipasi agen penyebabnya. Penyebab penyakit itu bisa berupa virus, bakteri, jamur, atau partikel lainnya.
“Penyakit epidemi adalah ancaman global yang memerlukan tindakan kolektif. Kita tidak dapat mencegah munculnya patogen baru, tetapi bersama-sama kita dapat mencegah kerusakan yang diakibatkannya. Karena jika kita mengetahui satu hal, Penyakit X, ketika menyerang, tidak akan mengenal batasan," kata
Hatchett.
Baca juga: Berikut penyakit yang bisa diketahui dari bau badan
Sementara itu, Dr. Pranab Chatterjee, seorang peneliti di Departemen Kesehatan Internasional di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg di Baltimore, mengatakan Penyakit X bisa datang lebih cepat dari yang diperkirakan.
Salah satu contoh Penyakit X, menurut Chatterjee adalah kasus flu burung H5N1 di Kamboja.
Seperti COVID-19 dan wabah lain sebelumnya, Penyakit X yang dicetuskan oleh WHO pada 2018 bisa saja berasal dari hewan. Pakar kesehatan masyarakat percaya limpahan virus bisa menimbulkan wabah zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan kepada manusia atau sebaliknya), yang dapat menyebabkan pandemi lain.
Jika tidak bersifat zoonosis, bioterorisme bisa menjadi titik awal pandemi berikutnya. Patogen yang direkayasa dimungkinkan di tengah konflik.
Laporan yang diterbitkan dalam jurnal Pengendalian Infeksi & Epidemiologi Rumah Sakit tahu 2021 menyebutkan pelepasan patogen yang direkayasa bisa melalui kecelakaan laboratorium atau tindakan bioterorisme.
“Sementara patogen zoonosis yang muncul merupakan ancaman yang perlu dipantau, kemungkinan patogen pandemi yang direkayasa juga tidak dapat diabaikan," kata peneliti dalam laporan itu.
Menanggapi ancaman itu, para ahli medis di seluruh dunia telah meminta peningkatan dana untuk mendukung upaya global mereka dalam memantau potensi agen pandemi.
Baca juga: Kerusakan ginjal bisa tingkatkan risiko penyakit jantung
Baca juga: Berikut penyakit yang biasa muncul usai liburan dan kiat mengatasainya
Baca juga: Pola hidup tak sehat bisa memperparah sumbatan penyebab PJK
"Ini bukan fiksi ilmiah. Ini adalah skenario yang harus kita persiapkan. Ini adalah Penyakit X," kepala eksekutif Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi Dr. Richard Hatchett, seperti disiarkan Telegraph dan Medical Daily, Kamis.
Istilah Penyakit X digunakan organisasi kesehatan dunia WHO untuk menggambarkan penyakit yang tidak diketahui komunitas medis tetapi dapat menyebabkan infeksi pada manusia, menurut laporan New York Post.
Penyakit X adalah penyakit baru sehingga belum ada cara yang pasti untuk mengantisipasi agen penyebabnya. Penyebab penyakit itu bisa berupa virus, bakteri, jamur, atau partikel lainnya.
“Penyakit epidemi adalah ancaman global yang memerlukan tindakan kolektif. Kita tidak dapat mencegah munculnya patogen baru, tetapi bersama-sama kita dapat mencegah kerusakan yang diakibatkannya. Karena jika kita mengetahui satu hal, Penyakit X, ketika menyerang, tidak akan mengenal batasan," kata
Hatchett.
Baca juga: Berikut penyakit yang bisa diketahui dari bau badan
Sementara itu, Dr. Pranab Chatterjee, seorang peneliti di Departemen Kesehatan Internasional di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg di Baltimore, mengatakan Penyakit X bisa datang lebih cepat dari yang diperkirakan.
Salah satu contoh Penyakit X, menurut Chatterjee adalah kasus flu burung H5N1 di Kamboja.
Seperti COVID-19 dan wabah lain sebelumnya, Penyakit X yang dicetuskan oleh WHO pada 2018 bisa saja berasal dari hewan. Pakar kesehatan masyarakat percaya limpahan virus bisa menimbulkan wabah zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan kepada manusia atau sebaliknya), yang dapat menyebabkan pandemi lain.
Jika tidak bersifat zoonosis, bioterorisme bisa menjadi titik awal pandemi berikutnya. Patogen yang direkayasa dimungkinkan di tengah konflik.
Laporan yang diterbitkan dalam jurnal Pengendalian Infeksi & Epidemiologi Rumah Sakit tahu 2021 menyebutkan pelepasan patogen yang direkayasa bisa melalui kecelakaan laboratorium atau tindakan bioterorisme.
“Sementara patogen zoonosis yang muncul merupakan ancaman yang perlu dipantau, kemungkinan patogen pandemi yang direkayasa juga tidak dapat diabaikan," kata peneliti dalam laporan itu.
Menanggapi ancaman itu, para ahli medis di seluruh dunia telah meminta peningkatan dana untuk mendukung upaya global mereka dalam memantau potensi agen pandemi.
Baca juga: Kerusakan ginjal bisa tingkatkan risiko penyakit jantung
Baca juga: Berikut penyakit yang biasa muncul usai liburan dan kiat mengatasainya
Baca juga: Pola hidup tak sehat bisa memperparah sumbatan penyebab PJK