Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Halikinnor sangat antusias saat meresmikan peluncuran konversi sepeda motor listrik karya siswa SMKN 1 Cempaga.
"Saya memberi apresiasi untuk siswa siswi SMKN 1 Cempaga yang luar biasa dengan membuat terobosan atau inovasi yaitu konversi sepeda motor listrik. Saya harap ini bisa terus dikembangkan sehingga membawa manfaat bagi masyarakat kita," kata Halikinnor di Cempaga, Sabtu.
Peresmian peluncuran konversi sepeda motor listrik karya peserta didik SMKN 1 Cempaga dilaksanakan bersamaan peresmian Masjid Nurul Huda Desa Luwuk Ranggan Kecamatan Cempaga, sekaligus halal bihalal dengan masyarakat setempat.
Halikinnor dengan seksama menyimak penjelasan singkat terkait sepeda motor listrik tersebut. Dia bahkan sempat mencoba menggeber gas sepeda motor listrik yang sedang dipamerkan di halaman Masjid Nurul Huda.
Apresiasi disampaikan Halikinnor karena SMKN 1 Cempaga mampu menghasilkan karya membanggakan, meski sekolah ini berlokasi cukup jauh dari pusat kota Sampit, Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur.
"Saya minta ini terus dikembangkan serta jajaki peluang dengan pihak-pihak yang mungkin memerlukan teknologi ini. Kendaraan listrik ini bagus karena irit, ramah lingkungan dan kemampuannya juga tidak kalah dengan sepeda motor berbahan bakar minyak," ujar Halikinnor.
Sementara itu Ketua Program Studi Teknik Otomotif SMKN 1 Cempaga Febry Anggoro menjelaskan, sepeda motor listrik konvensi dengan basic sepeda motor bebek dan sepeda motor matic karya siswa ini adalah salah satu langkah dari sekolah untuk mendukung program pemerintah pusat dalam hal untuk mengonversi motor berbahan bakar minyak menjadi bertenaga listrik.
Febry menjelaskan, karya yang dihasilkan siswa dan siswi mereka saat ini konversi sepeda motor listrik dengan dasar sepeda motor bebek menggunakan mesin di tengah dan sepeda motor matic dengan mesin pada roda penggerak.
Program ini dimulai sesuai dengan program pemerintah mulai 2022 dan tahun ini sudah ada hasil. Sekitar 80 persen pengerjaan dilakukan oleh peserta didik, sedangkan pihaknya sebagai guru pembimbing hanya mendampingi dan memberikan arahan.
Para siswa SMKN 1 Cempaga melaksanakan praktik untuk membongkar mesin aslinya kemudian diganti dengan motor listrik. Sedangkan untuk kelengkapan lain seperti sasis, sistem keselamatan berkendara, rem, lampu-lampu dan lainnya masih seperti kondisi semula.
"Hanya ada perubahan pada sistem tegangan karena tegangan listrik dari baterai ini adalah 72 volt maka harus diturunkan menjadi 12 volt. Kita menggunakan yang namanya konverter," kata Febry.
Dia menyebut karya peserta didik mereka merupakan yang pertama untuk satuan pendidikan di Kalimantan Tengah, meski mungkin di Pulau Jawa ini bukan hal baru.
Dua jenis sepeda motor listrik konversi karya pelajar SMKN 1 Cempaga dipamerkan kepada masyarakat saat peresmian peluncurannya oleh Bupati Halikinnor, Sabtu (3/6/2023). ANTARA/Norjani
Untuk mengerjakan satu buah sepeda motor, diperlukan sekitar tiga orang siswa. Saat pertama kali, mereka memerlukan waktu dua hari, namun dengan pengalaman yang ada diperkirakan hanya perlu waktu sekitar dua jam untuk menyelesaikannya.
Daya listrik yang dihasilkan mampu memacu mobil hingga kecepatan maksimal 100 km/jam. Namun dengan alasan keselamatan berkendara, mereka membatasi kecepatan maksimalnya hanya 80 km/jam untuk motor dasar bebek dan 70 km/jam untuk motor dasar matic.
Pengisian baterai dari nol sampai terisi penuh membutuhkan waktu sekitar dua jam, sedangkan fast charging sekitar dua jam. Dengan daya tersebut, sepeda motor listrik ini bisa menempuh perjalanan hingga jarak 70 kilometer.
Tantangan yang dihadapi dalam memproduksi konversi sepeda motor listrik ini adalah suku cadang yang harus didatangkan dari luar daerah sehingga memerlukan waktu untuk pengadaannya.
Untuk membuat konversi sepeda motor listrik dengan dasar motor bebek memerlukan biaya sekitar Rp19 juta, sedangkan sepeda motor dasar matic memerlukan biaya Rp16 juta.
Kelebihan kendaraan listrik yaitu lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar minyak, tidak memperparah polusi udara dan juga tidak menimbulkan suara berisik seperti sepeda motor berbahan bakar minyak.
Saat ini peserta didik di SMKN 1 Cempaga juga sedang sedang membangun mobil listrik yang memang dibangun sendiri dari nol, mulai dari sasis, kemudian rangka, mesin sampai bodi mobil. Saat ini masih dalam pengembangan dan diharapkan berhasil.
"Harapan kami motor listrik ini nanti bisa terus kami kembangkan. Kami harap pemerintah daerah memberikan dukungan terhadap karya-karya siswa sehingga harapannya pendidikan di Kalimantan Tengah, khususnya yang di Kabupaten Kotawaringin Timur bisa lebih berkembang lagi," harap Febry.
Dia mengakui, jurusan otomotif di SMKN 1 Cempaga sangat diminati sehingga kuota siswa baru setiap tahunnya selalu terisi penuh. Lulusannya pun sudah banyak bekerja dan mayoritas mengisi bengkel-bengkel resmi yang ada di Kota Sampit sampai ke Palangka Raya, bahkan ada yang ke luar pulau Kalimantan.
"Terkait komersial, mungkin kami mendukung pada konversinya. Kami siap menjadi bengkel konversi yang ada di Kalimantan Tengah dan kami juga rekanan Bintang Racing Team. Kami sudah resmi menjadi bengkel rekanan mereka untuk konversi motor listrik," demikian Febry Anggoro.
Sementara itu Krisna Januarta, salah seorang siswa yang terlibat dalam kegiatan konversi sepeda motor listrik tersebut mengaku sangat senang. Ini menjadi ilmu dan pengalaman sangat berharga baginya dan teman-temannya untuk terjun ke dunia kerja maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
"Saya sebagai siswa SMKN 1 Cempaga sangat bangga karena kami bisa menghasilkan karya konversi motor listrik. Semoga ke depannya bisa dikembangkan lagi," demikian Krisna Januarta.
Baca juga: Pemkab Kotim berkomitmen tingkatkan bantuan keagamaan
Baca juga: Disdik Kotim gencarkan kampanye sekolah sehat
Baca juga: Kotim sukses pertahankan capaian terbaik penanganan stunting
"Saya memberi apresiasi untuk siswa siswi SMKN 1 Cempaga yang luar biasa dengan membuat terobosan atau inovasi yaitu konversi sepeda motor listrik. Saya harap ini bisa terus dikembangkan sehingga membawa manfaat bagi masyarakat kita," kata Halikinnor di Cempaga, Sabtu.
Peresmian peluncuran konversi sepeda motor listrik karya peserta didik SMKN 1 Cempaga dilaksanakan bersamaan peresmian Masjid Nurul Huda Desa Luwuk Ranggan Kecamatan Cempaga, sekaligus halal bihalal dengan masyarakat setempat.
Halikinnor dengan seksama menyimak penjelasan singkat terkait sepeda motor listrik tersebut. Dia bahkan sempat mencoba menggeber gas sepeda motor listrik yang sedang dipamerkan di halaman Masjid Nurul Huda.
Apresiasi disampaikan Halikinnor karena SMKN 1 Cempaga mampu menghasilkan karya membanggakan, meski sekolah ini berlokasi cukup jauh dari pusat kota Sampit, Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur.
"Saya minta ini terus dikembangkan serta jajaki peluang dengan pihak-pihak yang mungkin memerlukan teknologi ini. Kendaraan listrik ini bagus karena irit, ramah lingkungan dan kemampuannya juga tidak kalah dengan sepeda motor berbahan bakar minyak," ujar Halikinnor.
Sementara itu Ketua Program Studi Teknik Otomotif SMKN 1 Cempaga Febry Anggoro menjelaskan, sepeda motor listrik konvensi dengan basic sepeda motor bebek dan sepeda motor matic karya siswa ini adalah salah satu langkah dari sekolah untuk mendukung program pemerintah pusat dalam hal untuk mengonversi motor berbahan bakar minyak menjadi bertenaga listrik.
Febry menjelaskan, karya yang dihasilkan siswa dan siswi mereka saat ini konversi sepeda motor listrik dengan dasar sepeda motor bebek menggunakan mesin di tengah dan sepeda motor matic dengan mesin pada roda penggerak.
Program ini dimulai sesuai dengan program pemerintah mulai 2022 dan tahun ini sudah ada hasil. Sekitar 80 persen pengerjaan dilakukan oleh peserta didik, sedangkan pihaknya sebagai guru pembimbing hanya mendampingi dan memberikan arahan.
Para siswa SMKN 1 Cempaga melaksanakan praktik untuk membongkar mesin aslinya kemudian diganti dengan motor listrik. Sedangkan untuk kelengkapan lain seperti sasis, sistem keselamatan berkendara, rem, lampu-lampu dan lainnya masih seperti kondisi semula.
"Hanya ada perubahan pada sistem tegangan karena tegangan listrik dari baterai ini adalah 72 volt maka harus diturunkan menjadi 12 volt. Kita menggunakan yang namanya konverter," kata Febry.
Dia menyebut karya peserta didik mereka merupakan yang pertama untuk satuan pendidikan di Kalimantan Tengah, meski mungkin di Pulau Jawa ini bukan hal baru.
Untuk mengerjakan satu buah sepeda motor, diperlukan sekitar tiga orang siswa. Saat pertama kali, mereka memerlukan waktu dua hari, namun dengan pengalaman yang ada diperkirakan hanya perlu waktu sekitar dua jam untuk menyelesaikannya.
Daya listrik yang dihasilkan mampu memacu mobil hingga kecepatan maksimal 100 km/jam. Namun dengan alasan keselamatan berkendara, mereka membatasi kecepatan maksimalnya hanya 80 km/jam untuk motor dasar bebek dan 70 km/jam untuk motor dasar matic.
Pengisian baterai dari nol sampai terisi penuh membutuhkan waktu sekitar dua jam, sedangkan fast charging sekitar dua jam. Dengan daya tersebut, sepeda motor listrik ini bisa menempuh perjalanan hingga jarak 70 kilometer.
Tantangan yang dihadapi dalam memproduksi konversi sepeda motor listrik ini adalah suku cadang yang harus didatangkan dari luar daerah sehingga memerlukan waktu untuk pengadaannya.
Untuk membuat konversi sepeda motor listrik dengan dasar motor bebek memerlukan biaya sekitar Rp19 juta, sedangkan sepeda motor dasar matic memerlukan biaya Rp16 juta.
Kelebihan kendaraan listrik yaitu lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar minyak, tidak memperparah polusi udara dan juga tidak menimbulkan suara berisik seperti sepeda motor berbahan bakar minyak.
Saat ini peserta didik di SMKN 1 Cempaga juga sedang sedang membangun mobil listrik yang memang dibangun sendiri dari nol, mulai dari sasis, kemudian rangka, mesin sampai bodi mobil. Saat ini masih dalam pengembangan dan diharapkan berhasil.
"Harapan kami motor listrik ini nanti bisa terus kami kembangkan. Kami harap pemerintah daerah memberikan dukungan terhadap karya-karya siswa sehingga harapannya pendidikan di Kalimantan Tengah, khususnya yang di Kabupaten Kotawaringin Timur bisa lebih berkembang lagi," harap Febry.
Dia mengakui, jurusan otomotif di SMKN 1 Cempaga sangat diminati sehingga kuota siswa baru setiap tahunnya selalu terisi penuh. Lulusannya pun sudah banyak bekerja dan mayoritas mengisi bengkel-bengkel resmi yang ada di Kota Sampit sampai ke Palangka Raya, bahkan ada yang ke luar pulau Kalimantan.
"Terkait komersial, mungkin kami mendukung pada konversinya. Kami siap menjadi bengkel konversi yang ada di Kalimantan Tengah dan kami juga rekanan Bintang Racing Team. Kami sudah resmi menjadi bengkel rekanan mereka untuk konversi motor listrik," demikian Febry Anggoro.
Sementara itu Krisna Januarta, salah seorang siswa yang terlibat dalam kegiatan konversi sepeda motor listrik tersebut mengaku sangat senang. Ini menjadi ilmu dan pengalaman sangat berharga baginya dan teman-temannya untuk terjun ke dunia kerja maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
"Saya sebagai siswa SMKN 1 Cempaga sangat bangga karena kami bisa menghasilkan karya konversi motor listrik. Semoga ke depannya bisa dikembangkan lagi," demikian Krisna Januarta.
Baca juga: Pemkab Kotim berkomitmen tingkatkan bantuan keagamaan
Baca juga: Disdik Kotim gencarkan kampanye sekolah sehat
Baca juga: Kotim sukses pertahankan capaian terbaik penanganan stunting