Tamiang Layang (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, Nur Setiawan mengatakan puncak kemarau untuk wilayah Kabupaten Barito Timur akan terjadi pada September 2023.
“Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat khususnya di wilayah Barito Timur untuk tidak membakar hutan dan lahan dalam bentuk apapun, karena kemungkinannya bisa menyebab kebakaran atau karhutla,” kata Nur Setiawan dihubungi dari Tamiang Layang, Sabtu.
Tambahnya, berdasarkan data hotspot atau titik panas dari 2019 hingga 2023 diketahui tren data titik panas cenderung meningkat pada Juli sampai dengan September.
Berdasarkan data titik panas 2023 terdapat 183 titik panas dengan frekuensi terbanyak terjadi di Kecamatan Pematang Karau yakni sebanyak 83 titik.
Baca juga: Pelantikan pejabat baru di Bartim untuk tingkatkan kualitas pelayanan publik
Prakiraan curah hujan pada September Dasarian I kategori rendah (O - 20mm), September Dasarian II kategori rendah (O - 20mm), September Dasarian III kategori rendah (0 - 20mm), sedangkan prakiraan sifat curah hujan pada September pada kategori Bawah Normal.
“Maka bisa dideteksi, puncak kemarau pada September 2023, sifat musim kemarau 2023 bawah normal dan tingkat kemudahan kebakaran di Bartim empat hari ke depan dan sangat tinggi,” terang Nur Setiawan.
Sekda Barito Timur, Panahan Moetar meminta seluruh perusahaan yang memiliki armada pemadam kebakaran untuk bisa membantu pemadaman karhutla yang terjadi di wilayah kerja masing-masing.
“Saya minta pihak perusahaan jangan membiarkan. Bantu masyarakat untuk segera memadamkan dan saya imbau juga masyarakat jangan melakukan pembakaran dalam bentuk apapun di lahan kebun karena bisa berpotensi terjadi karhutla," jelasnya.
Baca juga: Bupati Bartim: Pramuka harus berperan ciptakan SDM profesional
Baca juga: Polres Bartim selidiki kebakaran di Desa Plantau
Baca juga: Pemkab Bartim tetapkan Status Siaga Darurat Bencana Karhutla
“Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat khususnya di wilayah Barito Timur untuk tidak membakar hutan dan lahan dalam bentuk apapun, karena kemungkinannya bisa menyebab kebakaran atau karhutla,” kata Nur Setiawan dihubungi dari Tamiang Layang, Sabtu.
Tambahnya, berdasarkan data hotspot atau titik panas dari 2019 hingga 2023 diketahui tren data titik panas cenderung meningkat pada Juli sampai dengan September.
Berdasarkan data titik panas 2023 terdapat 183 titik panas dengan frekuensi terbanyak terjadi di Kecamatan Pematang Karau yakni sebanyak 83 titik.
Baca juga: Pelantikan pejabat baru di Bartim untuk tingkatkan kualitas pelayanan publik
Prakiraan curah hujan pada September Dasarian I kategori rendah (O - 20mm), September Dasarian II kategori rendah (O - 20mm), September Dasarian III kategori rendah (0 - 20mm), sedangkan prakiraan sifat curah hujan pada September pada kategori Bawah Normal.
“Maka bisa dideteksi, puncak kemarau pada September 2023, sifat musim kemarau 2023 bawah normal dan tingkat kemudahan kebakaran di Bartim empat hari ke depan dan sangat tinggi,” terang Nur Setiawan.
Sekda Barito Timur, Panahan Moetar meminta seluruh perusahaan yang memiliki armada pemadam kebakaran untuk bisa membantu pemadaman karhutla yang terjadi di wilayah kerja masing-masing.
“Saya minta pihak perusahaan jangan membiarkan. Bantu masyarakat untuk segera memadamkan dan saya imbau juga masyarakat jangan melakukan pembakaran dalam bentuk apapun di lahan kebun karena bisa berpotensi terjadi karhutla," jelasnya.
Baca juga: Bupati Bartim: Pramuka harus berperan ciptakan SDM profesional
Baca juga: Polres Bartim selidiki kebakaran di Desa Plantau
Baca juga: Pemkab Bartim tetapkan Status Siaga Darurat Bencana Karhutla