Jakarta (ANTARA) - Psikolog klinis forensik lulusan Universitas Indonesia A. Kasandra Putranto S.Psi, mengatakan dukungan emosional orang terdekat dengan mengajak berbicara atau bercerita tentang masalah yang dihadapi sangat penting dalam membantu melepaskan beban emosional orang yang ingin bunuh diri.
“Mereka mungkin dapat memberikan perspektif baru, nasihat yang berharga, atau bahkan membantu mencari solusi bersama,” kata Kasandra dalam keterangan yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Kasandra mengatakan bahwa bunuh diri terjadi ketika seseorang mengalami ketidakmampuan untuk terhubung secara sosial dengan orang lain (terisolasi) dan ketidakmampuan untuk mengatasi situasi hidup yang menyebabkan beban emosional yang berlebihan.
Baca juga: Erick Thohir apresiasi petugas KAI yang mencegah percobaan bunuh diri seorang perempuan
Menurut teori J. S House, K. R Landis, & D Umberson yang dia sebutkan, mendengarkan dan berbicara dengan seseorang dipercaya dapat membantu meredakan stres dan memberikan perspektif baru.
Selain itu, mempertahankan komunikasi terbuka dalam keluarga juga membantu anggota keluarga merasa nyaman dalam berbagi perasaan dan kesulitan mereka. Kasandra menerangkan dalam studi yang dilakukan oleh Holt-Lunstad tahun 2017 menyebutkan bahwa komunikasi terbuka dalam keluarga dapat meningkatkan kesejahteraan emosional dan mengurangi risiko depresi.
Di samping itu, psikolog yang membuka praktek pribadi Kasandra & Associates itu menyebut penting untuk mengutamakan diri sendiri dan menjaga kesehatan mental merupakan hal penting yang dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan.
“Mengedukasi diri tentang depresi atau masalah kesehatan mental lainnya juga dapat membantu keluarga memahami kondisi tersebut dan memberikan dukungan yang lebih baik,” kata Kasandra.
Baca juga: Cegah bunuh diri, edukasi masyarakat sekitar rel kereta penting
Terkait banyaknya kasus bunuh diri di Indonesia belakangan ini, dia mengatakan pengaruh situasi lingkungan masyarakat, budaya, dan profil psikologis sangat terkait dengan keputusan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Sumber tekanan dan kemampuan untuk menghadapinya, akan menentukan sejauh mana individu akan merespons dengan stres.
Persepsi negatif terhadap diri, rasa malu, situasi terpuruk, merasa gagal, perasaan tidak mampu mengelola keuangan, putus asa, atau merasa dijauhi oleh orang-orang di sekitar mereka dan adanya stigma masyarakat menjadi kondisi psikologis yang menjadi faktor orang melakukan bunuh diri.
“Mereka meyakini bahwa bunuh diri adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri penderitaan dan menghilangkan beban yang mereka rasakan,” kata Kasandra.
Faktor lainnya adalah adanya gangguan depresi, cemas, stres, kegelisahan yang terus-menerus, kehilangan harapan, tertekan, dan perasaan putus asa yang dalam.
Masalah finansial juga menjadi faktor umum lainnya yang menyebabkan seseorang ingin mengakhiri hidup. Beban keuangan yang berkepanjangan dapat menyebabkan perasaan putus asa, kehilangan harapan, dan gangguan mental yang serius, seperti depresi dan kecemasan.
“Atau terkait dengan misi tertentu yang ingin diperjuangkan untuk memberikan teror kepada orang lain, dalam konteks asmara, ekonomi maupun sosial politik,” Kasandra menambahkan.
Maka itu Kasandra mengingatkan perlunya meningkatkan kesadaran dan kepekaan terhadap anggota keluarga dan masyarakat sekitar, terhadap perubahan perilaku pada diri orang-orang di sekitar. Mengenali perubahan seseorang diharapkan dapat membantu mereka untuk mengurungkan niat dengan melibatkan profesional untuk penanganan medis dan psikologis.
“Mereka mungkin dapat memberikan perspektif baru, nasihat yang berharga, atau bahkan membantu mencari solusi bersama,” kata Kasandra dalam keterangan yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Kasandra mengatakan bahwa bunuh diri terjadi ketika seseorang mengalami ketidakmampuan untuk terhubung secara sosial dengan orang lain (terisolasi) dan ketidakmampuan untuk mengatasi situasi hidup yang menyebabkan beban emosional yang berlebihan.
Baca juga: Erick Thohir apresiasi petugas KAI yang mencegah percobaan bunuh diri seorang perempuan
Menurut teori J. S House, K. R Landis, & D Umberson yang dia sebutkan, mendengarkan dan berbicara dengan seseorang dipercaya dapat membantu meredakan stres dan memberikan perspektif baru.
Selain itu, mempertahankan komunikasi terbuka dalam keluarga juga membantu anggota keluarga merasa nyaman dalam berbagi perasaan dan kesulitan mereka. Kasandra menerangkan dalam studi yang dilakukan oleh Holt-Lunstad tahun 2017 menyebutkan bahwa komunikasi terbuka dalam keluarga dapat meningkatkan kesejahteraan emosional dan mengurangi risiko depresi.
Di samping itu, psikolog yang membuka praktek pribadi Kasandra & Associates itu menyebut penting untuk mengutamakan diri sendiri dan menjaga kesehatan mental merupakan hal penting yang dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan.
“Mengedukasi diri tentang depresi atau masalah kesehatan mental lainnya juga dapat membantu keluarga memahami kondisi tersebut dan memberikan dukungan yang lebih baik,” kata Kasandra.
Baca juga: Cegah bunuh diri, edukasi masyarakat sekitar rel kereta penting
Terkait banyaknya kasus bunuh diri di Indonesia belakangan ini, dia mengatakan pengaruh situasi lingkungan masyarakat, budaya, dan profil psikologis sangat terkait dengan keputusan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Sumber tekanan dan kemampuan untuk menghadapinya, akan menentukan sejauh mana individu akan merespons dengan stres.
Persepsi negatif terhadap diri, rasa malu, situasi terpuruk, merasa gagal, perasaan tidak mampu mengelola keuangan, putus asa, atau merasa dijauhi oleh orang-orang di sekitar mereka dan adanya stigma masyarakat menjadi kondisi psikologis yang menjadi faktor orang melakukan bunuh diri.
“Mereka meyakini bahwa bunuh diri adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri penderitaan dan menghilangkan beban yang mereka rasakan,” kata Kasandra.
Faktor lainnya adalah adanya gangguan depresi, cemas, stres, kegelisahan yang terus-menerus, kehilangan harapan, tertekan, dan perasaan putus asa yang dalam.
Masalah finansial juga menjadi faktor umum lainnya yang menyebabkan seseorang ingin mengakhiri hidup. Beban keuangan yang berkepanjangan dapat menyebabkan perasaan putus asa, kehilangan harapan, dan gangguan mental yang serius, seperti depresi dan kecemasan.
“Atau terkait dengan misi tertentu yang ingin diperjuangkan untuk memberikan teror kepada orang lain, dalam konteks asmara, ekonomi maupun sosial politik,” Kasandra menambahkan.
Maka itu Kasandra mengingatkan perlunya meningkatkan kesadaran dan kepekaan terhadap anggota keluarga dan masyarakat sekitar, terhadap perubahan perilaku pada diri orang-orang di sekitar. Mengenali perubahan seseorang diharapkan dapat membantu mereka untuk mengurungkan niat dengan melibatkan profesional untuk penanganan medis dan psikologis.