Sampit (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengajak segenap elemen di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah meningkatkan kewaspadaan terhadap kebakaran hutan dan lahan karena kemarau di daerah ini diperkirakan masih terjadi hingga satu bulan ke depan.
"Prakiraan curah hujan tiga dasarian ke depan kita masih dalam kategori rendah. Artinya 30 hari ke depan. Dan sifat hujannya pun rendah. Potensi hujan hanya ada di wilayah hulu atau utara Kotawaringin Timur dengan intensitas rendah dan durasi singkat," kata Prakiraan Stasiun Meteorologi Haji Asan Kotawaringin Timur, Rahmat Wahidin Abdi di Sampit, Senin.
Penjelasan itu disampaikan Abdi saat mendampingi Kepala Stasiun Meteorologi Haji Asan, Musuhanaya dalam rapat evaluasi penanggulangan karhutla di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur.
Rapat yang dihadiri Bupati Halikinnor itu memutuskan meningkatkan status siaga menjadi tanggap darurat bencana karhutla. Status tanggap darurat ini diberlakukan selama 14 hari dan akan dievaluasi.
Salah satu pertimbangan dalam penetapan status tersebut adalah hasil kajian dari Stasiun Meteorologi Haji Asan Kotawaringin Timur terkait kondisi cuaca dari waktu ke waktu di daerah ini.
Abdi menjelaskan, pada Juni lalu terdapat 101 hot spot atau titik panas. Sebarannya terbanyak di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan.
Baca juga: Dilantik jadi legislator Kotim, Marudin berjanji perjuangkan aspirasi masyarakat
Selanjutnya pada Juni terjadi penurunan tetapi tidak signifikan yaitu terpantau ada 92 hot spot. Sebaran terbanyak berpindah ke daerah hulu atau utara yaitu Kecamatan Antang Kalang, namun di wilayah selatan pun tetap banyak yaitu di Kecamatan Teluk Sampit.
Selama Juli ada 83 hot spot. Terjadi penurunan sedikit karena ada gangguan atmosfer yaitu gelombang Kelvin dan Rossby yang cukup membantu dengan adanya hujan dengan intensitas lebat pada satu dasarian. Namun titik panas kembali menguat di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan.
"Agustus kembali meningkat dan menguat bahkan berkali-kali lipat. Sebarannya mencapai 1.451 titik panas yang terkonsentrasi di Mentaya Hilir Selatan. September sampai tanggal 10 kemarin saja, titik panas sudah mencapai 1.606 titik panas yang terkonsentrasi tetap di Mentaya Hilir Selatan," ujar Abdi.
Dia menambahkan, September ini Kotawaringin Timur tetap masuk puncak musim kemarau tetapi di wilayah selatan. Perlu diwaspadai di wilayah selatan, yaitu Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut.
Musim hujan di Kabupaten Kotawaringin Timur diprakirakan masuknya mulai Oktober dasarian II. Namun, awal masuk musim hujan itu pun tidak merata, dimulai dari utara dulu, ke tengah, lalu ke selatan.
Puncak musim hujan diprakirakan terjadi pada Desember 2023 dan Januari 2024.
Namun ketika musim hujan tahun ini diprediksi bahwa indeks El Nino tetap positif, artinya curah hujannya tidak begitu tinggi seperti tahun-tahun sebelumnya. Tetap masuk musim hujan tapi curah hujannya lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Faktor kebakaran yaitu cuaca atau musim hanya menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya kebakaran hutan dan lahan, di samping faktor yang lainnya," demikian Abdi.
Baca juga: Tetapkan status tanggap darurat, Pemkab Kotim tingkatkan penanggulangan karhutla
Baca juga: Anggota DPR RI bantu pasok air bersih untuk masyarakat Kotim
Baca juga: Pemprov Kalteng bangun pabrik pakan di Kotim penuhi kebutuhan daerah
"Prakiraan curah hujan tiga dasarian ke depan kita masih dalam kategori rendah. Artinya 30 hari ke depan. Dan sifat hujannya pun rendah. Potensi hujan hanya ada di wilayah hulu atau utara Kotawaringin Timur dengan intensitas rendah dan durasi singkat," kata Prakiraan Stasiun Meteorologi Haji Asan Kotawaringin Timur, Rahmat Wahidin Abdi di Sampit, Senin.
Penjelasan itu disampaikan Abdi saat mendampingi Kepala Stasiun Meteorologi Haji Asan, Musuhanaya dalam rapat evaluasi penanggulangan karhutla di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur.
Rapat yang dihadiri Bupati Halikinnor itu memutuskan meningkatkan status siaga menjadi tanggap darurat bencana karhutla. Status tanggap darurat ini diberlakukan selama 14 hari dan akan dievaluasi.
Salah satu pertimbangan dalam penetapan status tersebut adalah hasil kajian dari Stasiun Meteorologi Haji Asan Kotawaringin Timur terkait kondisi cuaca dari waktu ke waktu di daerah ini.
Abdi menjelaskan, pada Juni lalu terdapat 101 hot spot atau titik panas. Sebarannya terbanyak di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan.
Baca juga: Dilantik jadi legislator Kotim, Marudin berjanji perjuangkan aspirasi masyarakat
Selanjutnya pada Juni terjadi penurunan tetapi tidak signifikan yaitu terpantau ada 92 hot spot. Sebaran terbanyak berpindah ke daerah hulu atau utara yaitu Kecamatan Antang Kalang, namun di wilayah selatan pun tetap banyak yaitu di Kecamatan Teluk Sampit.
Selama Juli ada 83 hot spot. Terjadi penurunan sedikit karena ada gangguan atmosfer yaitu gelombang Kelvin dan Rossby yang cukup membantu dengan adanya hujan dengan intensitas lebat pada satu dasarian. Namun titik panas kembali menguat di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan.
"Agustus kembali meningkat dan menguat bahkan berkali-kali lipat. Sebarannya mencapai 1.451 titik panas yang terkonsentrasi di Mentaya Hilir Selatan. September sampai tanggal 10 kemarin saja, titik panas sudah mencapai 1.606 titik panas yang terkonsentrasi tetap di Mentaya Hilir Selatan," ujar Abdi.
Dia menambahkan, September ini Kotawaringin Timur tetap masuk puncak musim kemarau tetapi di wilayah selatan. Perlu diwaspadai di wilayah selatan, yaitu Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut.
Musim hujan di Kabupaten Kotawaringin Timur diprakirakan masuknya mulai Oktober dasarian II. Namun, awal masuk musim hujan itu pun tidak merata, dimulai dari utara dulu, ke tengah, lalu ke selatan.
Puncak musim hujan diprakirakan terjadi pada Desember 2023 dan Januari 2024.
Namun ketika musim hujan tahun ini diprediksi bahwa indeks El Nino tetap positif, artinya curah hujannya tidak begitu tinggi seperti tahun-tahun sebelumnya. Tetap masuk musim hujan tapi curah hujannya lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Faktor kebakaran yaitu cuaca atau musim hanya menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya kebakaran hutan dan lahan, di samping faktor yang lainnya," demikian Abdi.
Baca juga: Tetapkan status tanggap darurat, Pemkab Kotim tingkatkan penanggulangan karhutla
Baca juga: Anggota DPR RI bantu pasok air bersih untuk masyarakat Kotim
Baca juga: Pemprov Kalteng bangun pabrik pakan di Kotim penuhi kebutuhan daerah