Pulang Pisau (ANTARA) - Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Godfridson mengungkapkan kenaikan harga gabah dalam musim panen tahun ini membuat petani di kabupaten setempat bisa tersenyum dengan memperoleh keuntungan meningkat dari panen sebelumnya.

“Kita menerima laporan terakhir bahwa harga jual gabah kering giling (GKG) petani mengalami kenaikan dari yang biasanya kisaran Rp5 ribu mencapai Rp8 ribu,” kata Godfridson di Pulang Pisau, Rabu.

Dikatakan Godfridson, meningkatnya keuntungan yang diperoleh petani di kabupaten setempat ini tentu sangat menggembirakan. Selain itu waktu dan hasil panen petani juga tidak terpengaruh dengan faktor cuaca yang sekarang masuk musim kemarau, malah dinilai cukup membantu untuk proses pemasakan padi.

Ia mengungkapkan kenaikan harga beras di Pulau Jawa tidak berpengaruh signifikan terhadap harga di kabupaten setempat. Kemungkinan kenaikan harga beras tersebut dipengaruhi musim kemarau sehingga beberapa daerah di Pulau Jawa mengalami kekeringan dan gagal panen. Berkurangnya ketersediaan lahan pertanian akibat kemajuan zaman juga menjadi salah satu faktor penyebab.

“Berbeda dengan lahan pertanian di Kabupaten Pulang Pisau yang berada di daerah pasang surut air sungai sehingga tidak ada kendala saat musim kemarau,” paparnya.

Baca juga: Pj Bupati Pulang Pisau ingatkan ASN jaga netralitas

Godfridson juga mengungkapkan sebagai salah satu kabupaten yang masuk dalam program strategis nasional food estate, tentu setiap hasil produksi panen para petani mengalami surplus beras yang melimpah. Bukan saja bisa memenuhi ketersediaan beras di Kalimantan Tengah, hasil beras dari petani setempat bisa memasok kebutuhan beras ke daerah lain.

“Dukungan infrastruktur jalan yang saat ini sudah memadai membuat para pengepul dari Kalimantan Selatan banyak membeli hasil panen petani dari kabupaten setempat,” terang dia.

Terkait dengan kemungkinan pola tanam dan panen tiga kali dalam setahun, Godfridson mengatakan tidak menutup kemungkinan bisa dilakukan, namun untuk saat ini masih beresiko bagi para petani. Beberapa alasan diantaranya adalah tenaga dan kemauan dari petani itu sendiri serta ketersediaan infrastruktur tata kelola air mikro ke lahan pertanian petani masih belum terpenuhi.

Dukungan program dari Balai Wilayah Sungai Kalimantan II dalam normalisasi saluran sekunder diharapkan bisa menjawab keinginan dari para petani sehingga mereka bisa lebih maksimal dalam mengelola lahan pertanian yang dimiliki untuk mendapatkan hasil panen dan keuntungan yang lebih baik lagi. 

“Pola tanam yang diterapkan saat ini baru dua kali dalam setahun. Untuk merubah pola menjadi tiga kali tanam, harus didukung dengan infrastruktur tata kelola air yang memadai juga perlu antisipasi berbagai kemungkinan kendala yang dihadapi para petani,” demikian Godfridson.

Baca juga: Bupati Pulang Pisau ingatkan kades harus miliki kemampuan kelola desa

Baca juga: Pemkab Pulang Pisau salurkan ratusan juta bonus atlet

Baca juga: Sejumlah jabatan di Pemkab Pulang Pisau terisi, dua camat berganti

Pewarta : Adi Waskito
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2024