Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Halikinnor berharap kepada pondok pesantren untuk mencetak santri-santri yang bisa diandalkan sebagai generasi cerdas dan religius yang bisa menjadi panutan di masyarakat.
"Kita berharap para santri menjadi benteng dalam menjaga budaya-budaya kita yang agamis. Harapan kita setelah mereka mengenyam pendidikan di pondok pesantren, para santri kembali ke masyarakat untuk menerapkan dan membagikan ilmu yang didapat," kata Halikinnor di Sampit, Minggu.
Harapan itu disampaikan Halikinnor usai memimpin apel peringatan Hari Santri dengan tema Jihad Santri Jayakan Negeri. Kegiatan yang dilaksanakan di halaman kantor bupati ini dihadiri ratusan santri dari sejumlah pondok pesantren di daerah ini.
Menurut Halikinnor, kemajuan teknologi informasi saat ini juga membawa potensi dampak negatif, selain kemanfaatannya. Salah satunya masuknya pengaruh budaya luar yang belum tentu cocok dengan Indonesia, bahkan bisa saja bertentangan dengan ajaran agama.
Dia mencontohkan, maraknya tontonan di dunia maya bisa dengan mudah sekali memengaruhi masyarakat yang sela ini dikenal agamis, menjaga sopan santun, etika dan kegotongroyongan. Hal-hal positif itu terancam terus terkikis oleh perkembangan zaman dan masuknya budaya negatif dari luar.
Baca juga: Ratusan hektare padi puso akibat kekeringan, Pemkab Kotim usulkan bantuan
Perlu upaya bersama untuk membentengi generasi muda dari dampak negatif tersebut. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga semua pihak, tidak terkecuali lembaga pendidikan.
Halikinnor menilai pondok pesantren memiliki kelebihan. Selain juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum, pesantren lebih banyak mengajarkan ilmu agama sebagai bekal bagi para santrinya.
Dengan begitu, ilmu yang didapat para santri bermanfaat untuk urusan dunia dan akhirat. Secara khusus, pada santri memiliki pengetahuan yang kuat tentang agama sehingga akan menjadi tuntunan bagi mereka dalam menjalani hidup agar tidak melanggar aturan agama dan hukum.
Santri diharapkan menjadi teladan di tengah masyarakat, khususnya di kalangan seusianya. Santri juga diharapkan bisa terus membawa pengaruh positif bagi remaja untuk menghindari narkoba, pergaulan bebas dan tindakan negatif lainnya.
"Santri salah satu harapan generasi yang bisa mempertahankan dan membentengi itu. Mereka inilah yang nanti diharapkan banyak menjadi guru agama dan bidang lain yang membawa manfaat besar bagi masyarakat luas," demikian Halikinnor.
Baca juga: Petani Kotim dapat bantuan alsintan dari program aspirasi anggota DPR
Baca juga: Bupati Simalungun puji prestasi Pemkab Kotim
Baca juga: KPPN Sampit beri 21 penghargaan instansi berkinerja terbaik
"Kita berharap para santri menjadi benteng dalam menjaga budaya-budaya kita yang agamis. Harapan kita setelah mereka mengenyam pendidikan di pondok pesantren, para santri kembali ke masyarakat untuk menerapkan dan membagikan ilmu yang didapat," kata Halikinnor di Sampit, Minggu.
Harapan itu disampaikan Halikinnor usai memimpin apel peringatan Hari Santri dengan tema Jihad Santri Jayakan Negeri. Kegiatan yang dilaksanakan di halaman kantor bupati ini dihadiri ratusan santri dari sejumlah pondok pesantren di daerah ini.
Menurut Halikinnor, kemajuan teknologi informasi saat ini juga membawa potensi dampak negatif, selain kemanfaatannya. Salah satunya masuknya pengaruh budaya luar yang belum tentu cocok dengan Indonesia, bahkan bisa saja bertentangan dengan ajaran agama.
Dia mencontohkan, maraknya tontonan di dunia maya bisa dengan mudah sekali memengaruhi masyarakat yang sela ini dikenal agamis, menjaga sopan santun, etika dan kegotongroyongan. Hal-hal positif itu terancam terus terkikis oleh perkembangan zaman dan masuknya budaya negatif dari luar.
Baca juga: Ratusan hektare padi puso akibat kekeringan, Pemkab Kotim usulkan bantuan
Perlu upaya bersama untuk membentengi generasi muda dari dampak negatif tersebut. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga semua pihak, tidak terkecuali lembaga pendidikan.
Halikinnor menilai pondok pesantren memiliki kelebihan. Selain juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum, pesantren lebih banyak mengajarkan ilmu agama sebagai bekal bagi para santrinya.
Dengan begitu, ilmu yang didapat para santri bermanfaat untuk urusan dunia dan akhirat. Secara khusus, pada santri memiliki pengetahuan yang kuat tentang agama sehingga akan menjadi tuntunan bagi mereka dalam menjalani hidup agar tidak melanggar aturan agama dan hukum.
Santri diharapkan menjadi teladan di tengah masyarakat, khususnya di kalangan seusianya. Santri juga diharapkan bisa terus membawa pengaruh positif bagi remaja untuk menghindari narkoba, pergaulan bebas dan tindakan negatif lainnya.
"Santri salah satu harapan generasi yang bisa mempertahankan dan membentengi itu. Mereka inilah yang nanti diharapkan banyak menjadi guru agama dan bidang lain yang membawa manfaat besar bagi masyarakat luas," demikian Halikinnor.
Baca juga: Petani Kotim dapat bantuan alsintan dari program aspirasi anggota DPR
Baca juga: Bupati Simalungun puji prestasi Pemkab Kotim
Baca juga: KPPN Sampit beri 21 penghargaan instansi berkinerja terbaik