SampitĀ  (ANTARA) - Memasuki peralihan musim, dari musim kemarau ke musim hujan, kasus demam berdarah dengue (DBD) di RSUD dr Murjani Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mulai meningkat.

Dari data Kepala Ruangan IGD menunjukkan setiap hari ada saja pasien dengan klinis DBD akibat pergantian musim, kata Plt Direktur RSUD dr. Murjani Sampit Sutriso melalui Wakil Direktur Pelayanan Kesehatan Muhammad Akhya Ridzkie di Sampit, Kamis.

"Terkadang satu hingga dua orang yang datang untuk dirawat di ruang IGD. Kondisi ini menandakan bahwa kasus DBD memang ada peningkatan," beber dia.

Akhya menyampaikan, peningkatan kasus DBD terlihat sejak dua minggu terakhir seiring dengan peralihan musim. Sejak itu, sudah ada 35 pasien dengan klinis DBD yang ditangani rumah sakit tersebut, baik itu pasien yang rawat jalan maupun rawat inap.

Pasien DBD ini sebagian besar merupakan anak-anak berusia diatas 5  tahun. Per hari ini saja ada 7 pasien dengan klinis DBD yang dirawat di Ruang Asoka, yakni ruangan khusus anak-anak di RSUD dr. Murjani Sampit.

"Anak-anak pada usia begitu umumnya memang sedang aktif-aktifnya, mereka banyak beraktivitas di luar rumah sehingga berpeluang untuk terinfeksi virus dengue," sebutnya.

Akhya menjelaskan, alasan meningkatnya kasus DBD menjelang dan saat musim hujan. Penyakit DBD sendiri disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk biasanya berkembang biak pada tempat penampungan air yang tidak ditutup rapat hingga genangan air.

Ketika musim hujan biasanya potensi terbentuknya genangan air sangat tinggi, seperti pada jalan berlubang, selokan, sampah atau kaleng bekas, bahkan pot tanaman. Semakin banyak genangan, maka perkembangbiakan nyamuk itu pun semakin banyak, sehingga semakin rentan menyebarkan virus DBD.

"Itulah yang menyebabkan saat musim hujan penyakit DBD pun meningkat, karena semakin banyak nyamuk Aedes Aegypti ini maka semakin rentan terkena DBD," ucapnya.

Untuk mengurangi risiko terkena penyakit DBD, pihaknya mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan, seperti mengumpulkan dan mengubur sampah yang bisa menimbulkan genangan air, menutup rapat tempat penampungan air, dan bagi orang tua diimbau untuk menggunakan kelambu saat tidur demi melindungi anak dari gigitan nyamuk.

Selain itu, ia mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap risiko terkena penyakit DBD. Karena demam gejala DBD tak jarang disalah artikan sebagai demam biasa. Hal seperti ini justru bisa membuat pasien terlambat ditangani.

Baca juga: Kotim raih penghargaan terbaik ketiga kinerja PTSP

Ia menyebutkan, pada umumnya penyakit DBD memiliki 3 fase, yakni fase pertama demam yang sangat tinggi pada hari pertama dan kedua, fase kedua menurunnya demam pada hari ketiga, dan fase selanjutnya terjadi penurunan trombosit pada hari kelima hingga tujuh. 

Jika kondisi ini terus dibiarkan maka bisa mengancam keselamatan penderitanya. Oleh sebab itu, pihaknya menyarankan agar pada hari ketiga sebaiknya penderita demam dibawa ke rumah sakit untuk dicek darahnya, karena pada hari ketiga dan keempat mulai terlihat ada atau tidak penurunan trombosit yang menjadi gejala DBD.

"Alhamdulillah dalam dua minggu terakhir ini tidak ada kasus DBD yang sampai meninggal dunia. Tapi kami tetap mengimbau masyarakat tidak lengah," demikian Akhya.

Baca juga: Peringatan HKN di Kotim momentum merekatkan hubungan insan kesehatan

Baca juga: Petani di Sampit waswas orang utan berkeliaran masuk kebun

Baca juga: Pemkab Kotim minta Bawaslu perhitungkan rencana penertiban APS

Pewarta : Devita Maulina
Uploader : Admin 3
Copyright © ANTARA 2024