Pangkalan Bun (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah, telah memilih dan menyelesaikan pembangunan kapal pinisi menjadi wajah baru untuk ikon bundaran di kecamatan Kumai, sekaligus pintu gerbang jalan menuju pelabuhan Panglima Utar Kumai.
Plh Sekretaris Kobar Juni Gultom di Pangkalan Bun, Jumat, mengatakan bahwa ikon bundaran di Kecamatan Kumai semula dikenal dengan nama bundaran monyet, telah berubah atau diganti menjadi bundaran bahari yang dilambangkan dengan Kapal tradisional pinisi.
"Pembangunan dan perubahan nama bundaran yang dilakukan oleh Pemkab Kobar ini, atas dasar usulan dari tokoh masyarakat Kumai," ucapnya.
Menurut dirinya, Kapal Pinisi merupakan lambang untuk menumbuhkan semangat heroik sekaligus menunjukkan bahwa nenek moyang negara ini, terkhusus di Kobar, merupakan seorang pelaut yang tangguh.
"Masyarakat Kumai kebanyakan tinggal di daerah pesisir, sehingga sudah turun temurun masyarakat di sana bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional," kata Juni Gultom.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kobar Muhammad Hasyim Muallim mengatakan, Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) terletak di Kecamatan Kumai, dan selalu menjadi tempat sasaran para wisatawan mancanegara, sehingga diperlukan penataan yang estetik.
"Kapal yang ada di dalam Bundaran Bahari itu di ambil adalah Kapal Pinisi karena Kapal Pinisi melambangkan nilai filosofi tersendiri, yakni nilai untuk bekerja keras, kerja sama, keindahan, hingga menghargai alam," ucapnya.
Hasyim mengungkapkan, pembangunan wajah baru ikon bundaran bahari tersebut, pemerintah mengeluarkan biaya sebesar Rp 720.800.000. (tujuh ratus dua puluh juta delapan ratus ribu rupiah).
"Pengerjaan ikon kapal itu diselesaikan pada tahun ini, kemudian akan dilanjutkan kembali pada tahun 2024 dengan menyelesaikan ornamen di bawah kapal yang nantinya mengisahkan perjuangan masyarakat Kumai pada tahun 14 Januari 1946," ungkapnya.
Baca juga: Inspektorat Kabupaten Kobar ajak generasi muda perangi korupsi
Meski belum selesai 100 persen selesai, saat ini keindahan bundaran bahari sudah mulai terlihat. Terlebih bila malam hari, ada lampu yang menghiasi sekitar kawasan bundaran.
Dia juga menjelaskan, dua tiang utama Kapal Pinisi tersebut mempunyai arti dua kalimat syahadat dalam Islam, sedangkan tujuh layar lainnya merupakan simbol dari surah Al-Fatihah.
"Simbol itu melambangkan harapan dan doa bagi masyarakat agar selalu diberikan keselamatan dan keberkahan bagi masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat," demikian Hasyim.
Baca juga: Pemkab Kobar jadikan sektor pertanian menjadi prioritas dalam pembangunan
Baca juga: Distan Kobar tanam 8.300 batang bibit cabai di area sport center
Baca juga: Dinas PUPR Kobar gerak cepat tindak lanjut keluhan masyarakat
Plh Sekretaris Kobar Juni Gultom di Pangkalan Bun, Jumat, mengatakan bahwa ikon bundaran di Kecamatan Kumai semula dikenal dengan nama bundaran monyet, telah berubah atau diganti menjadi bundaran bahari yang dilambangkan dengan Kapal tradisional pinisi.
"Pembangunan dan perubahan nama bundaran yang dilakukan oleh Pemkab Kobar ini, atas dasar usulan dari tokoh masyarakat Kumai," ucapnya.
Menurut dirinya, Kapal Pinisi merupakan lambang untuk menumbuhkan semangat heroik sekaligus menunjukkan bahwa nenek moyang negara ini, terkhusus di Kobar, merupakan seorang pelaut yang tangguh.
"Masyarakat Kumai kebanyakan tinggal di daerah pesisir, sehingga sudah turun temurun masyarakat di sana bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional," kata Juni Gultom.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kobar Muhammad Hasyim Muallim mengatakan, Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) terletak di Kecamatan Kumai, dan selalu menjadi tempat sasaran para wisatawan mancanegara, sehingga diperlukan penataan yang estetik.
"Kapal yang ada di dalam Bundaran Bahari itu di ambil adalah Kapal Pinisi karena Kapal Pinisi melambangkan nilai filosofi tersendiri, yakni nilai untuk bekerja keras, kerja sama, keindahan, hingga menghargai alam," ucapnya.
Hasyim mengungkapkan, pembangunan wajah baru ikon bundaran bahari tersebut, pemerintah mengeluarkan biaya sebesar Rp 720.800.000. (tujuh ratus dua puluh juta delapan ratus ribu rupiah).
"Pengerjaan ikon kapal itu diselesaikan pada tahun ini, kemudian akan dilanjutkan kembali pada tahun 2024 dengan menyelesaikan ornamen di bawah kapal yang nantinya mengisahkan perjuangan masyarakat Kumai pada tahun 14 Januari 1946," ungkapnya.
Baca juga: Inspektorat Kabupaten Kobar ajak generasi muda perangi korupsi
Meski belum selesai 100 persen selesai, saat ini keindahan bundaran bahari sudah mulai terlihat. Terlebih bila malam hari, ada lampu yang menghiasi sekitar kawasan bundaran.
Dia juga menjelaskan, dua tiang utama Kapal Pinisi tersebut mempunyai arti dua kalimat syahadat dalam Islam, sedangkan tujuh layar lainnya merupakan simbol dari surah Al-Fatihah.
"Simbol itu melambangkan harapan dan doa bagi masyarakat agar selalu diberikan keselamatan dan keberkahan bagi masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat," demikian Hasyim.
Baca juga: Pemkab Kobar jadikan sektor pertanian menjadi prioritas dalam pembangunan
Baca juga: Distan Kobar tanam 8.300 batang bibit cabai di area sport center
Baca juga: Dinas PUPR Kobar gerak cepat tindak lanjut keluhan masyarakat