Palangka Raya (ANTARA) -
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan penanaman pohon di lahan gambut Desa Sigi, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng).
"Kegiatan ini sebagai langkah menjaga ekosistem basah pada lahan gambut, sekaligus memperingati Hari Lahan Basah Sedunia dengan tema 'Wetlands and Human Wellbeing',” kata Kepala Kelompok Kerja Perencanaan Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove BRGM Noviar di Pulang Pisau, Rabu.
Penanaman pohon di lahan gambut ini melibatkan sejumlah pihak, seperti Pemprov Kalteng, Pemkab Pulang Pisau, UPT KLHK di Kalteng, TNI, Polri dan tokoh masyarakat, pelajar serta sejumlah pihak terkait lain. Sebanyak tiga jenis pohon yang ditanam, yakni blangiran, pulai, dan petai dengan jumlah 200 bibit.
Dia mengatakan lahan gambut bagian dari ekosistem lahan basah. Gambut memiliki berbagai manfaat, di antaranya menjaga tata air dan mengurangi dampak buruk musim hujan atau kemarau, serta mencegah kekeringan dan banjir.
Selain itu, menyimpan cadangan karbon dalam jumlah besar, menopang penghidupan masyarakat yang hidup dengan bergantung pada jasa lingkungan yang diberikan oleh ekosistem gambut, di antaranya lewat pertanian, perikanan, dan usaha ekonomi khas gambut lainnya, menjaga keanekaragaman hayati di dalam ekosistem lahan basah.
Kerusakan lahan gambut, katanya, berdampak nyata bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sehingga akan kesulitan memperoleh sumber pangan dan mata pencaharian yang sebelumnya mereka kerjakan.
Strategi pelaksanaan restorasi gambut dengan 3P, yaitu pembasahan kembali gambut (rewetting), penanaman (revegetation), dan peningkatan sumber mata pencaharian masyarakat (revitalization of local livelihoods).
Dia menjelaskan inti pengelolaan lahan basah, yakni menjaga lahan tersebut sebisa mungkin tetap basah.
Areal dengan fungsi ekosistem gambut (FEG) lindung, katanya, dapat melindungi areal tersebut dengan menggenangi secara permanen melalui pembangunan infrastruktur pembasuhan gambut (IPG) atau sekat kanal yang juga telah dibangun di daerah setempat.
"Kemudian juga harus ada revegetasi untuk meningkatkan tutupan lahan. Namun, pada areal dengan FEG budi daya, menjaga kebasahan gambut perlu strategi khusus dan sinergitas dari berbagai stakeholders (pemangku kepentingan)," katanya.
Dia mengatakan pada 2018-2023 di Kawasan Suaka Alam (KSA) atau Kawasan Pelestarian Alam (KPA) Bukit Rawi, Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Kahayan-Sungai Kapuas, telah terbangun IPG, berupa sumur bor 30 unit, sekat kanal delapan unit, dan revitalisasi sumber mata pencaharian masyarakat dua paket.
Baca juga: Pemprov masifkan Gerakan Pangan Murah di awal 2024, jangkau berbagai lokasi kabupaten/kota
Staf Khusus Menteri Bidang Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK Yuyu Rahayu menyampaikan kegiatan ini sebagai ketiga kali dari keseluruhan penanaman pohon secara serentak di Indonesia.
"Kegiatan penanaman pohon merupakan kegiatan konkret dan strategis dalam mengatasi triple planetary crisis, yakni perubahan iklim, polusi dan ancaman kehilangan keanekaragaman hayati," katanya.
Pihaknya juga melaksanakan sejumlah program yang melibatkan masyarakat dalam menjaga ekosistem lingkungan yang juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan.
Baca juga: Legislator Kalteng minta anggaran pemprov dialokasikan secara merata
Baca juga: Gubernur Kalteng ajak masyarakat sukseskan pemilu sebagai perwujudan nilai demokrasi
Baca juga: Pemprov beri 3.000 paket sembako bantu warga Bartim
"Kegiatan ini sebagai langkah menjaga ekosistem basah pada lahan gambut, sekaligus memperingati Hari Lahan Basah Sedunia dengan tema 'Wetlands and Human Wellbeing',” kata Kepala Kelompok Kerja Perencanaan Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove BRGM Noviar di Pulang Pisau, Rabu.
Penanaman pohon di lahan gambut ini melibatkan sejumlah pihak, seperti Pemprov Kalteng, Pemkab Pulang Pisau, UPT KLHK di Kalteng, TNI, Polri dan tokoh masyarakat, pelajar serta sejumlah pihak terkait lain. Sebanyak tiga jenis pohon yang ditanam, yakni blangiran, pulai, dan petai dengan jumlah 200 bibit.
Dia mengatakan lahan gambut bagian dari ekosistem lahan basah. Gambut memiliki berbagai manfaat, di antaranya menjaga tata air dan mengurangi dampak buruk musim hujan atau kemarau, serta mencegah kekeringan dan banjir.
Selain itu, menyimpan cadangan karbon dalam jumlah besar, menopang penghidupan masyarakat yang hidup dengan bergantung pada jasa lingkungan yang diberikan oleh ekosistem gambut, di antaranya lewat pertanian, perikanan, dan usaha ekonomi khas gambut lainnya, menjaga keanekaragaman hayati di dalam ekosistem lahan basah.
Kerusakan lahan gambut, katanya, berdampak nyata bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sehingga akan kesulitan memperoleh sumber pangan dan mata pencaharian yang sebelumnya mereka kerjakan.
Strategi pelaksanaan restorasi gambut dengan 3P, yaitu pembasahan kembali gambut (rewetting), penanaman (revegetation), dan peningkatan sumber mata pencaharian masyarakat (revitalization of local livelihoods).
Dia menjelaskan inti pengelolaan lahan basah, yakni menjaga lahan tersebut sebisa mungkin tetap basah.
Areal dengan fungsi ekosistem gambut (FEG) lindung, katanya, dapat melindungi areal tersebut dengan menggenangi secara permanen melalui pembangunan infrastruktur pembasuhan gambut (IPG) atau sekat kanal yang juga telah dibangun di daerah setempat.
"Kemudian juga harus ada revegetasi untuk meningkatkan tutupan lahan. Namun, pada areal dengan FEG budi daya, menjaga kebasahan gambut perlu strategi khusus dan sinergitas dari berbagai stakeholders (pemangku kepentingan)," katanya.
Dia mengatakan pada 2018-2023 di Kawasan Suaka Alam (KSA) atau Kawasan Pelestarian Alam (KPA) Bukit Rawi, Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Kahayan-Sungai Kapuas, telah terbangun IPG, berupa sumur bor 30 unit, sekat kanal delapan unit, dan revitalisasi sumber mata pencaharian masyarakat dua paket.
Baca juga: Pemprov masifkan Gerakan Pangan Murah di awal 2024, jangkau berbagai lokasi kabupaten/kota
Staf Khusus Menteri Bidang Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK Yuyu Rahayu menyampaikan kegiatan ini sebagai ketiga kali dari keseluruhan penanaman pohon secara serentak di Indonesia.
"Kegiatan penanaman pohon merupakan kegiatan konkret dan strategis dalam mengatasi triple planetary crisis, yakni perubahan iklim, polusi dan ancaman kehilangan keanekaragaman hayati," katanya.
Pihaknya juga melaksanakan sejumlah program yang melibatkan masyarakat dalam menjaga ekosistem lingkungan yang juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan.
Baca juga: Legislator Kalteng minta anggaran pemprov dialokasikan secara merata
Baca juga: Gubernur Kalteng ajak masyarakat sukseskan pemilu sebagai perwujudan nilai demokrasi
Baca juga: Pemprov beri 3.000 paket sembako bantu warga Bartim