Berikut dampak buruk masukkan anak ke SD sebelum waktunya

Jumat, 5 Juli 2024 16:54 WIB

Jakarta (ANTARA) -
Psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) membeberkan sejumlah dampak buruk yang berpotensi terjadi pada anak yang masuk ke Sekolah Dasar (SD) sebelum waktunya.

“Persiapan perkembangan psikososialnya perlu dilihat. Jika anak secara hasil psikotesnya mampu untuk mengikuti proses belajar di SD, maka orang tua dapat menyekolahkan anak masuk SD di usia 6 tahun. Jika tidak, maka tidak akan direkomendasikan oleh psikolog untuk masuk SD,” kata Samanta saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Samanta menuturkan idealnya usia anak masuk SD sebenarnya tergantung dari kesiapan dirinya berbaur dengan lingkungan baru. Rata-rata anak sudah dapat mengikuti pembelajaran di usia antara 6-7 tahun.

Baca juga: Tokopedia bagikan tips belanja persiapan anak kembali sekolah

Namun tak jarang terdapat anak yang sudah dimasukkan ke SD sebelum waktunya. Akibatnya, terdapat beberapa dampak buruk yang mungkin dialami anak, contohnya anak jadi malas belajar hingga anak merasa tertekan.

Hal ini akan membuat orang tua akan menerima banyak keluhan dari guru karena prestasi belajar anak yang berisiko kurang bagus.

Samanta menilai hal itu disebabkan karena diri anak baik secara mental maupun kognitifnya belum siap untuk memulai hal baru.

Baca juga: 65 persen anak usia sekolah tak sarapan

“Dalam hal ini, secara psikososial dan emosional ini menjadi penting bagi anak untuk melihat kesiapannya agar ia dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah dengan menyenangkan,” ucap dia.

Maka dari itu, ia mengatakan butuh kesiapan ekstra bila orang tua tetap bersikeras menyekolahkan anak sebelum usia idealnya. Secara bertahap, anak perlu diberikan pemahaman supaya bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Ia menyarankan orang tua untuk mendorong anak-anak berinteraksi dengan banyak orang, sehingga muncul stimulasi untuk berbaur dengan lingkungannya. Ajarkan pula anak untuk bermain bersama teman melalui simulasi bermain dengan dua-tiga orang atau dalam skala ruang bermain yang lebih ramai.

Baca juga: Berikut usia anak yang tepat untuk ikut les

Dalam kesempatan itu, Samanta turut menyarankan sebagai bentuk pencegahan anak menjadi pelaku atau korban perundungan (bullying) di sekolah di usianya yang masih mencontoh tiap perilaku dan ucapan di sekitarnya, orang tua dapat mempererat hubungannya dengan orang tua dari siswa lain.

Kemudian membuat janji untuk bermain bersama dalam rangka mengajarkan rasa saling menyayangi dan menghargai antarteman.

“Jangan lupa juga untuk mengajarkan anak memakai sepatunya sendiri, ganti baju dan lulus toilet training. Pastikan anak bisa makan sendiri dan mampu berpisah dari orang tua dalam waktu lama agar kemandiriannya makin terbentuk,” kata Samanta.

Baca juga: Pertimbangkan hal ini sebelum daftarkan anak sekolah

Pewarta : Hreeloita Dharma Shanti
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Peserta Didik di Palangka Raya diminta waspadai cuaca menjelang ujian sekolah

29 November 2024 16:27 Wib

DPRD Palangka Raya minta sekolah tingkatkan pelajaran muatan lokal

27 November 2024 22:06 Wib

Legislator Palangka Raya minta Kepala sekolah tunjuk wali kelas yang berwibawa

26 November 2024 15:02 Wib

Disdik Palangka Raya ingatkan sekolah di daerah rawan banjir untuk waspada

26 November 2024 14:08 Wib

DP3AP2KB Kobar siapkan pemuda mampu hadapi permasalahan kependudukan

25 November 2024 11:36 Wib
Terpopuler

Veronica Tan sebut pentingnya mengubah paradigma pengajaran PAUD

Kabar Daerah - 24 November 2024 17:10 Wib

Sebanyak 7.200 personel gabungan siap amankan pilkada di Kalteng

Kabar Daerah - 25 November 2024 17:13 Wib

West Ham tekuk tuan rumah Newcastle

Olahraga - 26 November 2024 15:56 Wib

Usai mencoblos di TPS, begini harapan peserta Pilkada Kapuas

Kabar Daerah - 27 November 2024 16:12 Wib

Dishub Kobar periksa kelaikan angkutan umum jelang Natal dan Tahun Baru

Kabar Daerah - 28 November 2024 7:46 Wib