Sampit (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mengakui titik api di wilayah setempat mulai bermunculan di tengah peralihan musim hujan ke musim kemarau, dan semakin mengindikasikan ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kian jelas.
Beberapa kebakaran bahkan sudah mulai ditemukan sejak Juni 2024 di sekitar daerah Sawit Raya, kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam di Sampit, Minggu.
"Ini menjadi indikasi awal kami bahwa kejadian-kejadian ini bisa berdampak luas, terutama di daerah-daerah rawa," tambahnya.
Informasi terbaru pada Minggu siang, karhutla terjadi di setidaknya dua titik di Kotim, yakni Jalan Antang Barat, Kecamatan Baamang dan Jalan RSUD Samuda, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dengan luasan kurang dari satu hektar.
Petugas BPBD Kotim dan Damkar Pos Mentaya Hilir Selatan dibantu aparat kepolisian dan relawan setempat pun, bergerak cepat memadamkan karhutla di sekitar wilayah masing-masing.
Multazam menjelaskan, pihaknya menghimpun semua informasi terkait potensi karhutla, seperti dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait pantauan hotspot atau titik panas dan Sistem Pemantau Air Lahan Gambut (Sipalaga) milik Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).
Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, Sipalaga dapat mengirimkan sinyal tentang ketinggian permukaan air di lahan gambut yang dapat digunakan sebagai panduan awal peringatan dini bahwa di lokasi-lokasi tertentu di Kotim berpotensi terjadi karhutla, terutama daerah-daerah rawan berdasarkan kajian risiko bencana.
"Berdasarkan informasi beberapa kebelakang dimungkinkan pada daerah-daerah rawa sudah mulai mudah terbakar, bahkan kami sudah sounding ke provinsi. Mudah-mudahan dalam kondisi darurat kita bisa mendapat bantuan helikopter water bombing," ujarnya.
Multazam menambahkan, berdasarkan prakiraan BMKG saat ini Kotim berada pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau ditandai dengan menurunnya intensitas curah hujan.
Kemudian, musim kemarau diprakirakan terjadi pada Agustus, September hingga Oktober. Sedangkan, untuk puncak musim kemarau terjadi pada Agustus dan berdasarkan peta potensi kemudahan terjadinya kebakaran dari analisa parameter cuaca akan terjadi kekeringan yang cukup parah selama hampir satu bulan.
Sehubungan dengan prakiraan tersebut, masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi terjadinya kebakaran bangunan maupun hutan dan lahan.
Baca juga: Pemkab Kotim merugi Rp350 juta akibat traffic light dihantam tronton
Disisi lain, Pemkab Kotim telah menetapkan status siaga darurat bencana karhutla selama 90 hari, yakni 4 Juli - 1 Oktober 2024. Pihaknya juga meminta dukungan operasi udara kepada Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Provinsi Kalimantan Tengah berupa helikopter water bombing yang standby di Bandara Haji Asan Sampit.
BPBD Kotim juga melakukan langkah-langkah pencegahan dengan melaksanakan patroli terpadu melibatkan unsur TNI, Polri, Manggala Agni dan lainnya. Serta, melakukan pendekatan masyarakat, khususnya pihak-pihak yang berpotensi melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar.
"Kami sudah punya basis data terhadap sektor-sektor pembukaan lahan dengan cara membakar, jadi pada titik-titik itu kami akan bertemu masyarakat dan berharap perilaku membuka lahan dengan cara membakar bisa dihindari," demikian Multazam.
Baca juga: Kecamatan ini terpilih jadi tuan rumah MTQ dan FSQ Kotim 2025
Baca juga: Ratusan guru di Kotim mendapat edukasi cinta bangga paham rupiah
Baca juga: Bawaslu Kotim ajak masyarakat berpartisipasi awasi pilkada
Beberapa kebakaran bahkan sudah mulai ditemukan sejak Juni 2024 di sekitar daerah Sawit Raya, kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam di Sampit, Minggu.
"Ini menjadi indikasi awal kami bahwa kejadian-kejadian ini bisa berdampak luas, terutama di daerah-daerah rawa," tambahnya.
Informasi terbaru pada Minggu siang, karhutla terjadi di setidaknya dua titik di Kotim, yakni Jalan Antang Barat, Kecamatan Baamang dan Jalan RSUD Samuda, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dengan luasan kurang dari satu hektar.
Petugas BPBD Kotim dan Damkar Pos Mentaya Hilir Selatan dibantu aparat kepolisian dan relawan setempat pun, bergerak cepat memadamkan karhutla di sekitar wilayah masing-masing.
Multazam menjelaskan, pihaknya menghimpun semua informasi terkait potensi karhutla, seperti dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait pantauan hotspot atau titik panas dan Sistem Pemantau Air Lahan Gambut (Sipalaga) milik Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).
Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, Sipalaga dapat mengirimkan sinyal tentang ketinggian permukaan air di lahan gambut yang dapat digunakan sebagai panduan awal peringatan dini bahwa di lokasi-lokasi tertentu di Kotim berpotensi terjadi karhutla, terutama daerah-daerah rawan berdasarkan kajian risiko bencana.
"Berdasarkan informasi beberapa kebelakang dimungkinkan pada daerah-daerah rawa sudah mulai mudah terbakar, bahkan kami sudah sounding ke provinsi. Mudah-mudahan dalam kondisi darurat kita bisa mendapat bantuan helikopter water bombing," ujarnya.
Multazam menambahkan, berdasarkan prakiraan BMKG saat ini Kotim berada pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau ditandai dengan menurunnya intensitas curah hujan.
Kemudian, musim kemarau diprakirakan terjadi pada Agustus, September hingga Oktober. Sedangkan, untuk puncak musim kemarau terjadi pada Agustus dan berdasarkan peta potensi kemudahan terjadinya kebakaran dari analisa parameter cuaca akan terjadi kekeringan yang cukup parah selama hampir satu bulan.
Sehubungan dengan prakiraan tersebut, masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi terjadinya kebakaran bangunan maupun hutan dan lahan.
Baca juga: Pemkab Kotim merugi Rp350 juta akibat traffic light dihantam tronton
Disisi lain, Pemkab Kotim telah menetapkan status siaga darurat bencana karhutla selama 90 hari, yakni 4 Juli - 1 Oktober 2024. Pihaknya juga meminta dukungan operasi udara kepada Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Provinsi Kalimantan Tengah berupa helikopter water bombing yang standby di Bandara Haji Asan Sampit.
BPBD Kotim juga melakukan langkah-langkah pencegahan dengan melaksanakan patroli terpadu melibatkan unsur TNI, Polri, Manggala Agni dan lainnya. Serta, melakukan pendekatan masyarakat, khususnya pihak-pihak yang berpotensi melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar.
"Kami sudah punya basis data terhadap sektor-sektor pembukaan lahan dengan cara membakar, jadi pada titik-titik itu kami akan bertemu masyarakat dan berharap perilaku membuka lahan dengan cara membakar bisa dihindari," demikian Multazam.
Baca juga: Kecamatan ini terpilih jadi tuan rumah MTQ dan FSQ Kotim 2025
Baca juga: Ratusan guru di Kotim mendapat edukasi cinta bangga paham rupiah
Baca juga: Bawaslu Kotim ajak masyarakat berpartisipasi awasi pilkada