Sampit (ANTARA) - Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah Muhammad Irfansyah menyampaikan perlu bagi satuan pendidikan atau sekolah untuk membangun "image branding" atau citra baik untuk bisa menarik minat masyarakat.

“Perlu bagi sekolah untuk bisa membangun image branding, karena masyarakat cenderung memilih sekolah dengan image yang baik untuk menyekolahkan anaknya,” kata Irfansyah di Sampit, Minggu.

Ia menjelaskan, dalam rangka pemerataan pendidikan khususnya pemerataan peserta didik, pemerintah telah berupaya untuk menghilangkan label sekolah favorit, melalui sistem tes masuk hingga zonasi.

Namun, tidak bisa dipungkiri di Kotim saat ini masih banyak orang tua atau wali murid yang cenderung memilih sekolah yang dianggap terbaik dan terfavorit. Hal ini tak lepas dari image branding atau pencitraan yang dibangun sekolah tersebut di tengah masyarakat.

Akibatnya ketika penerimaan peserta didik baru ada sekolah yang mengalami over kapasitas dan hal ini bisa berdampak pada kurang optimal dan menurunnya kualitas pembelajaran di sekolah tersebut, sedangkan di sisi lain ada sekolah yang justru kekurangan murid.

“Jumlah murid di setiap kelas itu ada batasannya agar kegiatan pembelajaran bisa optimal, baik guru maupun murid bisa lebih fokus. Contohnya jenjang pendidikan Sekolah Dasar dalam satu kelas itu idealnya 20-28 murid, kalau terlalu banyak tidak akan baik,” jelasnya.

Irfansyah melanjutkan, pihaknya tidak bisa melarang sekolah yang dianggap sekolah favorit untuk membangun image branding yang baik, karena setiap sekolah berhak menunjukkan keunggulan masing-masing.

Baca juga: Krisis literasi di Kotim juga terjadi pada kalangan pendidik

Sebaliknya, hal ini harus menjadi motivasi bagi setiap sekolah untuk bisa membangun image branding sehingga manfaatnya bisa bersaing dengan sekolah lainnya, menarik siswa berkualitas, mendapat dukungan masyarakat dan berbagai manfaat lainnya. 

Beberapa cara untuk membangun image branding antara lain memperbanyak capaian prestasi, aktif dalam berbagai kegiatan, menawarkan program atau fasilitas yang menarik bagi siswa dan orang tua, menemukan keunikan dan kelebihan yang dimiliki sekolah.

“Contohnya Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Mentaya Hilir Selatan yang sekarang sudah mulai banyak muridnya karena memiliki keunikan sendiri dibanding sekolah negeri pada umumnya,” bebernya.

Kecamatan Mentaya Hilir Selatan terkenal dengan masyarakat muslimnya yang religius dan para orang tua cenderung memilih sekolah dengan pendidikan agama yang kuat bagi anak-anaknya, sehingga di wilayah itu cukup banyak Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Pondok Pesantren.

Di tengah kepungan satuan pendidikan yang berbasis agama Islam, Kepala SMPN 1 Mentaya Hilir Selatan berinovasi dengan memperkuat pelajaran agama di sekolah tersebut supaya tidak kalah dengan MTs maupun Pondok Pesantren.

Upaya inipun membuahkan hasil, kini kuota murid di sekolah itu bisa terpenuhi. Akan tetapi, hal yang perlu diingat inovasi sekolah perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Sebab, cara serupa belum tentu bisa diterapkan di wilayah yang kurang religius.

“Jadi, setiap sekolah harus bisa membangun image branding yang bagus, walaupun dari segi kurikulum semua sekolah sama saja, tapi image branding itu tetap perlu,” demikian Irfansyah.

Baca juga: Kadisdik Kotim: Pendidikan harus tetap berjalan di tengah transisi kepemimpinan

Baca juga: Disdik Kotim tanggapi usulan penambahan satuan pendidikan

Baca juga: Orang tua peserta didik berperan cegah kekerasan di sekolah

Pewarta : Devita Maulina
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2024