Palangka Raya (ANTARA) - Anggota Komisi III DPRD Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Hasan Busyairi, menilai peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) pengelola wisata harus diimbangi dengan kelayakan objek wisata itu sendiri.
“Untuk wisata ini, kita harus berbicara tentang layak dan tidak layak objek wisata itu. Jangan pelatihannya sudah bagus, tapi tempat wisatanya tidak layak,” katanya, Rabu.
Menurut Hasan, berbicara tentang wisata tidak cukup hanya melihat aspek promosi atau pelatihan bagi pengelola. Kelayakan objek wisata, mulai dari fasilitas hingga kenyamanan pengunjung, juga menjadi faktor penting dalam menarik minat wisatawan.
Menurutnya, peningkatan kapasitas pengelola wisata tidak akan memberikan dampak maksimal jika kondisi objek wisata masih jauh dari standar kenyamanan.
Sebaliknya, lanjut dia, tempat wisata yang sudah tertata rapi juga tidak akan ramai pengunjung jika dikelola oleh SDM yang belum memahami prinsip-prinsip kepariwisataan. Karena itu, dua aspek tersebut harus saling mendukung.
“Harus berimbang antara kelayakan tempat wisata dengan SDM pengelolanya. Jangan juga sebaliknya, tempatnya bagus tapi pengelolanya tidak paham bagaimana mengelola wisata dengan baik,” ucapnya.
Hasan menjelaskan, pengelolaan wisata yang profesional akan menciptakan pengalaman yang positif bagi wisatawan, sehingga dapat meningkatkan kunjungan secara berkelanjutan.
Baca juga: Legislator Palangka Raya: Pembangunan Posyandu Mayang Sejahtera tingkatkan kualitas kesehatan
Hasan mencontohkan, sebagian besar objek wisata di Kota Palangka Raya masih ramai hanya pada akhir pekan. Kondisi ini menunjukkan perlunya strategi dan inovasi agar wisatawan mau datang di luar hari libur.
“Seperti di Palangka Raya ini, yang datang ke tempat wisata biasanya hanya saat akhir pekan, kecuali ada tamu dari luar kota. Artinya, perlu peningkatan daya tarik agar wisata hidup setiap hari,” ujarnya.
Hasan pun mendorong pemerintah daerah untuk terus memberikan pelatihan kepada pengelola wisata secara rutin dan berkelanjutan. Menurutnya, pelatihan tidak boleh dilakukan hanya karena ada momentum tertentu.
Dengan demikian, pengelola wisata di Kota Palangka Raya memiliki kemampuan yang mampu memberikan inovasi pada objek wisata yang ada di daerah ini.
“Harapannya, pelatihan untuk pengelola wisata dilakukan secara kontinyu, bukan hanya sekali-sekali. Misalnya bisa dijadwalkan dalam beberapa bulan sekali supaya kompetensi mereka terus meningkat,” demikian Hasan.
Baca juga: Dosen UMPR dampingi aparatur kecamatan tingkatkan tata kelola administrasi berbasis IT
Baca juga: Disdik Palangka Raya Raih Tiga Penghargaan Nasional atas Inovasi dan Tata Kelola SPMB
Baca juga: PLN dukung elektrifikasi industri tambang dengan pasokan 17 MVA di Tanah Bumbu