Palangka Raya (ANTARA) - Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (FK UMPR) melaksanakan pembelajaran berbasis riset bagi mahasiswa yang dilaksanakan di Museum Balanga, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng).
"Ini untuk memperkuat penerapan pembelajaran berbasis riset dan proyek sebagai pendekatan utama dalam mencetak calon dokter yang adaptif, bijak dan siap menghadapi kebutuhan pelayanan kesehatan di masa depan," kata Rektor UMPR, Assoc Prof Dr Muhamad Yusuf SSos MAP yang juga menjadi pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Palangka Raya, Senin.
Dia pun menekankan pentingnya mahasiswa memahami referensi masa lalu, kondisi masa kini, dan proyeksi masa depan sebagai dasar pembelajaran. Rektor juga menegaskan bahwa pembelajaran di UMPR tidak hanya berorientasi pada teori, tetapi berbasis riset dan proyek.
"Mahasiswa FK pada mata kuliah ini kita ajak untuk memahami masa lalu dan masa sekarang sebagai model untuk menghadapi masa depan, sehingga mereka siap dan dapat eksis di dunia profesi nantinya, Pendekatan seperti ini juga kami terapkan pada seluruh mahasiswa di lingkungan UMPR," ujarnya.
Selaras dengan konsep tersebut, FK UMPR mengadakan kuliah lapangan untuk mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Museum Balanga Palangka Raya, diikuti oleh 33 mahasiswa angkatan pertama semester III.
Ketua Program Studi S-1 Kedokteran UMPR, dr Raniedha Amalia menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang agar mahasiswa memahami kebiasaan hidup masyarakat Kalimantan Tengah dari dulu hingga kini.
“Mahasiswa diberikan kesempatan untuk mencari informasi tentang kebiasaan hidup masyarakat Kalteng dari masa lalu hingga sekarang. Dengan pemahaman yang real seperti ini, kelak ketika menjadi dokter mereka bisa lebih bijak dan mampu menjalankan tugas serta keprofesiannya secara maksimal,” tuturnya.
Dalam proses pembelajaran lapangan tersebut, mahasiswa dipandu oleh pemandu Museum Balanga, Jimmy Setiawan, yang menjelaskan adat istiadat masyarakat Dayak, mulai dari tradisi kelahiran, masa remaja, kedewasaan, pernikahan, hingga adat kematian.
Pemahaman sosial-budaya seperti ini dianggap sangat penting bagi mahasiswa kedokteran, mengingat pelayanan kesehatan yang bermutu tidak lepas dari pemahaman terhadap budaya serta cara hidup masyarakat yang akan mereka layani.
Salah satu mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini, Girly, mengungkapkan bahwa pengalaman tersebut membuka wawasan baru tentang profesi dokter.
“Kami jadi memahami bahwa menjadi dokter tidak hanya soal ilmu medis. Melihat langsung adat dan cara hidup masyarakat Dayak membuat kami lebih menghargai pasien dan latar belakang mereka nantinya. Ini bekal penting untuk pelayanan kami nanti,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, FK UMPR kembali menegaskan bahwa pendidikan kedokteran yang ideal bukan hanya berfokus pada penguasaan ilmu medis, tetapi juga harus dibangun di atas pemahaman sosial, budaya, dan realitas masyarakat, sebagai bagian dari pembentukan dokter yang humanis dan profesional.
Baca juga: Dosen Fakultas Hukum UMPR gelar pendidikan hukum perkuat civic responsibility mahasiswa
Baca juga: Dosen FAI UMPR perkuat pemahaman konsep sekolah sadar mutu
Baca juga: Dosen FBI UMPR beri materi pemasaran digital pada Bimtek DMPG KLHK
Baca juga: Tim PKM FKIP sosialisasi pemanfaatan konten budaya pada pembelajaran matematika