Ahli: Pemadaman Kebakaran Harus Terpadu dan Satu Komando

id AGP, artha graha peduli, kebakaran lahan, pemadaman kebakaran, brad sanders

Ahli: Pemadaman Kebakaran Harus Terpadu dan Satu Komando

Ahli manajemen kebakaran hutan dari Amerika Serikat Brad Sanders dan Ketua Harian Artha Graha Peduli Indra S Budianto (kiri) sedang mendiskusikan bagaimana pemadaman api kebakaran hutan di Indonesia, khususnya di Kalimantan Tengah. (Ist/AGP)

Palangka Raya (Antara Kalteng) - Ahli manajemen kebakaran dari Amerika Serikat Brad Sanders mengatakan untuk mengatasi kebakaran hutan yang telah menyebabkan bencana kabut asap seharusnya dilakukan terpadu, satu pintu dan satu komando.
    
"Semua yang terlibat dalam upaya pemadaman seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Pemda, TNI, LSM, Ormas dan dunia usaha harus bersatu, tidak boleh jalan sendiri-sendiri," katanya melalui pernyataan tertulis yang diterima Antara di Palangka Raya, Rabu.
    
Menurut Sanders dalam diskusi mengenai bagaimana memadamkan kebakaran hutan di Posko Satgas Artha Graha Peduli Tanggap Darurat Bencana Kabut Asap di Jakarta, semua pihak harus fokus bahu membahu memadamkan api.
    
Namun kata yang punya pengalaman memadamkan kebakaran lahan di Amerika Serikat itu, pemadaman tetap harus terpadu dengan strategi penanganan yang menyeluruh dan tidak terkotak-kotak.
    
Sekarang ini, katanya, dunia internasional memantau dengan seksama upaya pemadaman kebakaran hutan di Indonesia dan pemerintah-pemerintah negara sahabat berkomitmen untuk membantu supaya bencana asap bisa segera diatasi dan tidak menimbulkan korban lebih banyak lagi.
     
"Bantuan-bantuan internasional itu harus melalui satu pintu dan direspon dengan cepat," ujarnya.
      
Sanders mengapresiasi Satgas Artha Graha Peduli di Kalteng yang melakukan operasi kemanusiaan dengan mengelola rumah singgah, menyediakan oksigen, memberikan obat-obatan, masker dan susu untuk balita dan orang lanjut usia.
     
"Ide Satgas AGP mengoperasikan mobil oksigen keliling sangat bagus dan dibutuhkan. Upaya ini harus diikuti oleh grup-grup perusahaan lain. Makin banyak yang terlibat dalam operasi kemanusiaan makin baik," katanya.
     
Namun, operasi kemanusiaan saja tidak cukup, karena yang paling penting api kebakaran hutannya dipadamkan.
     
"Operasi kemanusiaan penting, tapi pada saat yang sama apinya dipadamkan," jelasnya.
     
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengakui bahwa jumlah korban jiwa dalam musibah kabut asap yang menyelimuti Indonesia telah meningkat menjadi 19 orang.  Lima korban berasal dari Sumatera Selatan, lima dari Kalimantan Tengah, lima orang dari Jambi, tiga dari Kalimantan Selatan dan satu orang dari Riau.
    
Diperkirakan sebanyak setengah juta orang telah menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut sejak pertama kali munculnya kebakaran hutan pada bulan Juli lalu.