Bangkit bersama menyulap inflasi jadi prestasi

id kalimantan tengah, kalteng, bank indonesia, bank indonesia kalimantan tengah, bi kalteng, inflasi kalteng Oleh Jaya Wirawana Manurung

Bangkit bersama menyulap inflasi jadi prestasi

Sekda Kalimantan Tengah Nuryakin (tengah) bersama lainnya usai penandatanganan nota komitmen bersama peningkatan Kerjasama Antar Daerah di Surabaya, (29/8/2023). (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)

Palangka Raya (ANTARA) - Uang sebesar Rp100 ribu, seharusnya bisa membeli empat jenis barang yang berbeda. Namun, karena ada kenaikan harga, maka uang sebesar Rp100 ribu itu hanya mampu membeli tiga jenis barang. Kenaikan harga itulah yang disebut inflasi.

Apabila tidak ada upaya mengendalikan inflasi atau dibiarkan tinggi, akan membuat sekaligus melemahkan daya beli masyarakat, bahkan dapat mengurangi kepercayaan terhadap nilai mata uang.

Provinsi Kalimantan Tengah, pernah mengalami inflasi yang sangat tinggi, yakni 8,12 persen (year on year atau tahun ke tahun) pada periode September 2022 terhadap September 2021. Itu berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah pada awal Oktober 2022.

Saat itu, komoditas atau barang yang menjadi penyumbang inflasi di Kalteng didominasi oleh beras, daging ayam ras, cabai rawit, bawang putih, sayur bahan bakar rumah tangga, dan lainnya. Semua itu memang benar-benar kebutuhan wajib masyarakat Kalteng.

Salah seorang warga Palangka Raya bernama Arista pun sempat mengeluhkan tingginya sejumlah harga bahan pokok, khususnya daging ayam ras, daging sapi, cabai rawit dan lainnya. Harga daging ayam ras biasanya di kisaran Rp33ribu sampai Rp35 ribu per kilogram, menjadi Rp40 ribu hingga Rp42 ribu.

Harga daging sapi biasanya Rp125 ribu menjadi Rp145 ribu per kilogram. Harga Cabai rawit merah yang biasanya di kisaran Rp55 ribu menjadi Rp70 ribu. Cabai keriting yang biasanya di harga Rp55 ribu sampai Rp60 ribu menjadi Rp80 ribu per kilogram.

"Kenaikan harganya lumayan tinggi. Kondisi ini pastilah memberatkan. Semoga harga-harga bahan pokok bisa kembali turun," kata Arista pada tanggal 22 September 2022.

Berkat kerja keras, inovasi dan konsistensi seluruh elemen yang tergabung di TPID dalam bergerak, perlahan angka inflasi di Kalimantan Tengah mengalami penurunan. 

BPS merilis, inflasi Kalteng untuk tahun ke tahun atau Agustus 2023 terhadap Agustus 2022, berada di angka 2,99 persen. Sangat jauh turun bila dibandingkan periode Agustus 2022 terhadap Agustus 2021, yang mencapai 6,94 persen.

Harga-harga bahan pokok di sejumlah pasar tradisional di Palangka Raya pun mengalami penurunan yang relatif signifikan dan cenderung stabil. Berdasarkan daftar harga rata-rata bahan pokok per 29 Agustus 2023 yakni, daging ayam ras Rp34 ribu per kilogram, cabai keriting Rp50 ribu per kilogram, cabai rawit Rp55 ribu per kilogram, bawang merah Rp25 ribu per kilogram, dan lainnya.

"Kalimantan Tengah merupakan satu-satunya provinsi di Kalimatan yang angka inflasinya di bawah inflasi nasional," kata Ketua Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID) Kalteng sekaligus Sekretaris Daerah Kalteng Nuryakin di Palangka Raya, Senin (4/9/2023).

Harus diakui, pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten dan kota, bersama Bank Indonesia, Bulog, dan berbagai pihak yang ada di Kalteng, sangat masif menggelar pasar murah di banyak titik, lebih mengoptimalkan keberadaan pasar penyeimbang, memastikan ketersediaan dan distribusi barang dari provinsi lain tetap lancar, mendampingi dan membantu para petani, peternak, nelayan dan pembudidaya ikan, serta lainnya.

Hal itulah yang membuat Kalteng keluar dari masa berat akibat tingginya inflasi. Bahkan, Kalteng didaulat Pemerintah Pusat sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang berprestasi. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pun sampai memberikan Kalteng dana Insentif Fiskal Kinerja Tahun Berjalan Kategori Kinerja Pengendalian Inflasi Daerah sebesar Rp9,34 miliar lebih.
 
Hanya tiga provinsi yang mendapat dana fiskal itu, yakni Provinsi DKI Jakarta, Gorontalo, dan Kalteng.

Seorang warga Palangka Raya bernama Hertiani pun bersyukur harga bahan pokok di Kalteng sekarang ini sudah tidak semahal akhir tahun 2022. Sebab, saat itu harga daging ayam mencapai Rp40 ribu per kg, cabai rawit Rp70 ribu per kilogram, bawang merah Rp28 ribu sampai Rp30 ribu per kg.

"Sekarang kan harga daging ayam ras Rp34 ribu sampai Rp35 ribu per kg, harga cabai rawit juga dikisaran Rp50 ribu. Semoga harga-harga ini bisa tetap dipertahankan dan tidak lagi naik seperti akhir tahun 2022," kata Hertiani yang merupakan guru SMP di salah satu sekolah di Palangka Raya.


Sumbangsih nyata BI

Bank Indonesia (BI) menyadari dan paham bahwa dampak yang ditimbulkan oleh inflasi relatif fatal terhadap tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang rupiah.

Untuk itu, Bank Indonesia selaku lembaga negara yang salah satu tugasnya memelihara kestabilan nilai mata uang rupiah, memberikan perhatian serius sekaligus melakukan berbagai upaya dalam mengendalikannya.

Saking seriusnya, seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia di setiap provinsi, termasuk di Kalimantan Tengah, dikerahkan untuk selalu memantau perkembangan harga-harga barang maupun jasa yang dapat atau menjadi penyumbang inflasi di wilayahnya masing-masing.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Tengah Taufik Saleh juga mengatakan, pihaknya juga terlibat langsung memberikan pendampingan sekaligus bantuan kepada para petani, peternak, pekebun, nelayan, pembudidaya ikan, dan lainnya yang ada di provinsi ini. Termasuk menggelar pasar murah bersama sejumlah pemerintah daerah di wilayah ini. 

"Bank Indonesia bahkan telah menggagas dan meluncurkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP)," kata Taufik Saleh.
 
Demplot cabai rawit binaan Bank Indonesia Kalteng di Desa Bentuk Jaya. ANTARA/HO-Dokumentasi Mulyadi.

April 2023 lalu, BI Perwakilan Kalteng melakukan panen perdana cabai rawit di lahan seluas 1,25 hektar di Desa Bentuk Jaya, Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas. Lokasi ini merupakan satu dari banyak pendampingan sekaligus percontohan cabai rawit yang dikembangkan BI Kalteng. Tak tanggung-tanggung, percontohan cabai rawit ini ditargetkan mampu memanen setidaknya 11 ton hingga 14 ton dari lahan seluas satu hektare.

BI Kalteng dalam mensukseskan percontohan tanaman cabai rawit itu di Desa Bentuk Jaya memang memberikan pendampingan dan bantuan teknis kepada 15 anggota kelompok tani di Desa Bentuk Jaya. Tak hanya itu, dibantu juga sarana produksi (saprodi) beserta sarana dan prasarana (sapras) serta lainnya.

"Cabai rawit merupakan salah satu komoditas yang menjadi penyumbang inflasi di Kalteng. Jadi, kita harus memastikan ketersediaanya selalu ada. Dengan begitu, cabai rawit tidak lagi menjadi komoditas penyumbang inflasi di Kalteng," kata Taufik Saleh.

Tak hanya cabai, BI Perwakilan Kalteng juga berupaya memastikan bawang merah selalu tersedia di Kalteng. Dari banyak cara, ada satu yang terbaru, yakni menggagas kerja sama Kalteng dengan Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Kerjasama itu pun sudah berjalan sejak adanya penandatangan nota komitmen bersama peningkatan Kerjasama Antar Daerah (KAD) TPID Kalteng bersama TPID Kabupaten Kotawaringin Timur dengan TPID Kabupaten Probolinggo.

Melalui penandatangan itu, para pihak terlibat dan bersepakat untuk mengoptimalkan peran para pelaku usaha atau pedagang besar serta Bulog, dalam mendorong perdagangan antar daerah, khususnya komoditas bawang merah.

"Kita memang harus terus mendorong ketersediaan pasokan pangan di Kalteng, terutama cabai dan bawang merah yang merupakan komoditas penting dalam pengendalian inflasi di provinsi ini," kata Abdul Saleh.

Selain mengatasi inflasi, program yang dilakukan BI Perwakilan Kalteng, khususnya berkaitan dengan pendampingan serta pemberian bantuan sektor pertanian, juga memberi dampak ekonomi bagi masyarakat, khususnya para petani, sehingga bersentuhan langsung dalam pemulihan ekonomi.

Hal itu tercermin dari pengakuan Mulyadi, salah seorang Petani di Desa Bentuk Jaya, Kecamatan Dadahup. Dia bersama puluhan petani lainnya, yang didampingi BI Kalteng sejak tahun 2019, sudah bisa menanam cabai sepanjang tahun dan hasil panennya meningkat signifikan.

Dia mengatakan sebelum BI melakukan pendampingan, seluruh petani di Kecamatan Dadahup selalu gagal atau tidak bisa menanam cabai pada saat musim hujan. Namun, berkat adanya pendampingan dan pelatihan dari BI, sekarang ini musim hujan pun sudah tidak masalah menanam cabai, dan tetap memberikan hasil yang melimpah.

Demplot atau percontohan pengembangan cabai rawit di lahan satu hektar yang dilaksanakan BI Kalteng di Desa Bentuk Jaya pun menjadi wadah sharing atau diskusi para petani di Kecamatan Dadahup dan lainnya di Pulang Pisau. Sebab, ketika para petani cabai kebingunan mengatasi hama, demplot tersebut menjadi tempat untuk pengaduan sekaligus menjadi wadah pemberi solusi

"Banyak sekali manfaat yang kami rasakan sejak adanya pendamping dari BI Kalteng. Kami bisa menanam saat musim hujan. Hasil panen pun bisa sangat melimpah. Otomatis kan perekonomian kami menjadi semakin membaik," kata Mulyadi.

Hati-hati dan tetap konsisten

Provinsi Kalimantan Tengah telah terbukti mampu dan berhasil mengendalikan inflasi. Hal itu terlihat dari inflasi yang angkanya pernah menyentuh 8,12 persen, menjadi 2,29 pada periode Agustus 2023 terhadap Agustus 2022. Namun, keberhasilan ini jangan sampai membuat provinsi berjuluk Bumi Tambun Bungai-Bumi Pancasila ini menjadi lengah.

Pemerintah daerah melalui TPID bersama Bank Indonesia, Bulog dan elemen lainnya yang ada di Kalteng, harus tetap berhati-hati. Harus belajar dari ancangan krisis pangan dan geopolitik di eropa yang dipicu perang Rusia versus Ukraina.

Apalagi, Indonesia pada tahun 2023 mengalami El Nino. Di mana El Nino ini membuat curah hujan di wilayah Indonesia menjadi berkurang dan dapat berdampak pada hasil panen tanaman yang ditanam para petani.

Gerakan-gerakan yang telah dilakukan di Kalteng sejak Awal Oktober 2022 hingga Agustus 2023, harus terus menerus dan secara konsisten dilaksanakan. Jangan sampai angka inflasi di Kalteng kembali tinggi dan masuk lima besar tertinggi di Indonesia.

Seperti kata Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran, bahwa dalam mengendalikan inflasi harus memiliki langkah jangka pendek dan jangka panjang. Dan, semua itu harus dilakukan secara cepat, namun terukur. 

"Jadi, benar-benar efektif, tepat sasaran, dan tentunya sesuai aturan yang berlaku," kata Sugianto Sabran.