Jakarta (ANTARA) - Cloudflare, perusahaan teknologi besar yang menyediakan layanan penting untuk banyak situs di internet, akhirnya menjelaskan penyebab layanan mereka sempat terganggu.
CEO Cloudflare, Matthew Prince, memastikan masalah utama berasal dari kesalahan instruksi yang diberikan ke Basis Data ClickHouse (tempat sistem menyimpan data) perusahaan, dilansir dari The Verge, Rabu.
Kesalahan instruksi adalah pemicu yang melumpuhkan sistem manajemen bot (sistem yang bertugas mengatur program otomatis).
Instruksi yang salah membuat Basis Data ClickHouse menyalin dan menggandakan aturan kerja sistem berkali-kali.
Karena data instruksi kerja yang terlalu banyak, sistem manajemen bot langsung kelebihan beban dan gagal berfungsi.
Kegagalan pada sistem manajemen bot kemudian membuat sistem proksi inti (jalur utama lalu lintas internet) Cloudflare menutup koneksi, sebagai tindakan keamanan darurat agar bot jahat tidak bisa masuk tanpa diperiksa oleh sistem.
Dampaknya, sejumlah situs yang menggunakan layanan Cloudflare tidak bisa diakses oleh pengguna sungguhan yang sah untuk mengaksesnya.
Cloudflare tahun lalu mengatakan bahwa sekitar 20 persen web berjalan melalui jaringannya, yang seharusnya berbagi beban agar situs web tetap menyala saat menghadapi lonjakan lalu lintas dan serangan Distributed Denial of Service (DDoS).
Namun, kesalahan yang barusan terjadi memutuskan banyak koneksi, membuat semuanya berhenti, mulai dari X, ChatGPT, hingga pelacak gangguan yang terkenal, Downdetector, selama beberapa jam, dan menyerupai gangguan baru-baru ini yang disebabkan oleh masalah dengan Microsoft Azure dan Amazon Web Services.
Untuk mencegah masalah itu terulang, Cloudflare telah membuat empat rencana perbaikan, termasuk memperkuat cara sistem menerima data baru agar tidak terjadi penggandaan, memasang tombol darurat tambahan, dan memeriksa ulang semua sistem penting mereka.
