Kuala Kapuas, Kalteng, 11/3 (ANTARA) - Umat Hindu Banjar Kertawana, Desa Basarang Jaya, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, menggelar prosesi Ogoh-ogoh Tawur Kesanga dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1936.
"Prosesi Ogoh-ogoh serangkaian dengan upacara Tawur Kesanga yakni sebuah ekpresi kreatif masyarakat Hindu di Desa Basarang Jaya dalam memaknai Tahun Baru Saka," kata Ketua Panitia Perayaan Hari Raya Nyepi 2013 Banjar Kertawana Wayan Suwirna di Basarang, Senin.
Ia mengatakan ogoh-ogoh berupa Bhutakala seperti Kala Bang, Kala Ijo, Kala Dengen, Kala Lampah, Kala Ireng, dan banyak lagi bentuk lainnya sebagai lambang sifat-sifat negatif yang harus dilebur agar tidak mengganggu kehidupan manusia.
Ogoh-ogoh Bhutakala dihaturkan sesaji "natab caru pabiakalan" suatu ritual yang bermaka "Nyemia" untuk mengembalikan sifat-sifat Bhutakala ke asalnya.
Ritual dilanjutkan dengan prosesi Ogoh-ogoh, seluruh masyarakat secara bersama-sama mengusung Ogoh-ogoh mengelilingi jalan-jalan desa dan mengitari catus, sebagai simbol siklus sakral, perputaran waktu menuju pergantian Tahun Saka yang baru.
Setelah ritual dan prosesi Ngerupuk, Ogoh-ogoh Bhutakala itupun "di Pre-lina", mengembalikan ke asalnya dengan cara dilebur atau dibakar.
"Prosesi Ogoh-ogoh mengandung dua makna yaitu untuk mengapresikan nilai-nilai religius dan ruang waktu sakral berdasarkan strata-strata agama dan karya kreatif yang disalurkan melalui eksperasi keindahan dan kebersamaan," kata Wayan Suwirna.
Ia mengatakan tujuan dan manfaat acara itu, yakni untuk menyediakan ruang publik yang dapat mendorong kreativitas generasi muda yang terhimpun dalam wadah Seka Teruna Teruni (STT) untuk menyalurkan ekspresi seninya.
Selain itu, merayakan Tahun Baru Saka 1936 secara tertib dalam kebersamaan.
"Tradisi Ogoh-ogoh sebagai wujud aktivitas kreatif yang dapat memberikan nilai tambah secara ekonomis," katanya.
Seorang tokoh masyarakat setempat yang juga anggota DPRD Kabupaten Kapuas berasal dari PDI Perjuangan Ida Bagus Putu Griya mengatakan acara tersebut perlu didukung.
Ia mengharapkan tradisi Ogoh-ogoh dapat meningkat pada tahun yang akan datang, tidak hanya dilaksanakan oleh Banjar Kertawana.
"Kami sangat mendukung acara seperti ini, dan diharapkan ke depannya dapat dilaksanakan kelompok Banjar yang lainnya dengan difasilitasi oleh lembaga keagamaan umat Hindu sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu seni budaya yang dapat menjadi daya tarik wisata untuk datang ke Kecamatan Basarang," demikian Ida Bagus.
(T.KR-GR/B/M029/M029)
"Prosesi Ogoh-ogoh serangkaian dengan upacara Tawur Kesanga yakni sebuah ekpresi kreatif masyarakat Hindu di Desa Basarang Jaya dalam memaknai Tahun Baru Saka," kata Ketua Panitia Perayaan Hari Raya Nyepi 2013 Banjar Kertawana Wayan Suwirna di Basarang, Senin.
Ia mengatakan ogoh-ogoh berupa Bhutakala seperti Kala Bang, Kala Ijo, Kala Dengen, Kala Lampah, Kala Ireng, dan banyak lagi bentuk lainnya sebagai lambang sifat-sifat negatif yang harus dilebur agar tidak mengganggu kehidupan manusia.
Ogoh-ogoh Bhutakala dihaturkan sesaji "natab caru pabiakalan" suatu ritual yang bermaka "Nyemia" untuk mengembalikan sifat-sifat Bhutakala ke asalnya.
Ritual dilanjutkan dengan prosesi Ogoh-ogoh, seluruh masyarakat secara bersama-sama mengusung Ogoh-ogoh mengelilingi jalan-jalan desa dan mengitari catus, sebagai simbol siklus sakral, perputaran waktu menuju pergantian Tahun Saka yang baru.
Setelah ritual dan prosesi Ngerupuk, Ogoh-ogoh Bhutakala itupun "di Pre-lina", mengembalikan ke asalnya dengan cara dilebur atau dibakar.
"Prosesi Ogoh-ogoh mengandung dua makna yaitu untuk mengapresikan nilai-nilai religius dan ruang waktu sakral berdasarkan strata-strata agama dan karya kreatif yang disalurkan melalui eksperasi keindahan dan kebersamaan," kata Wayan Suwirna.
Ia mengatakan tujuan dan manfaat acara itu, yakni untuk menyediakan ruang publik yang dapat mendorong kreativitas generasi muda yang terhimpun dalam wadah Seka Teruna Teruni (STT) untuk menyalurkan ekspresi seninya.
Selain itu, merayakan Tahun Baru Saka 1936 secara tertib dalam kebersamaan.
"Tradisi Ogoh-ogoh sebagai wujud aktivitas kreatif yang dapat memberikan nilai tambah secara ekonomis," katanya.
Seorang tokoh masyarakat setempat yang juga anggota DPRD Kabupaten Kapuas berasal dari PDI Perjuangan Ida Bagus Putu Griya mengatakan acara tersebut perlu didukung.
Ia mengharapkan tradisi Ogoh-ogoh dapat meningkat pada tahun yang akan datang, tidak hanya dilaksanakan oleh Banjar Kertawana.
"Kami sangat mendukung acara seperti ini, dan diharapkan ke depannya dapat dilaksanakan kelompok Banjar yang lainnya dengan difasilitasi oleh lembaga keagamaan umat Hindu sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu seni budaya yang dapat menjadi daya tarik wisata untuk datang ke Kecamatan Basarang," demikian Ida Bagus.
(T.KR-GR/B/M029/M029)