Muara Teweh (Antara Kalteng) - Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, mengungkapkan pembangunan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dengan tenaga penggerak air terjun di wilayah itu tidak ekonomis antara lain karena kurangnya ketinggian dan debit air.

"Untuk sementara potensi air terjun tersebut tak bisa digunakan untuk pendukung pembangunan PLTMH," kata Kepala Bidang Energi Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Sarwo Mulyo di Muara Teweh, Senin.

Menurut Sarwo, sejumlah kawasan di berbagai kecamatan sudah disurvei dan diteliti potensi air terjunnya dapat agar dapat dijadikan sebagai energi listrik alternatif. Namun ada sejumlah faktor yang menghambat pembangunan PLTMH tersebut.

Faktor itu, kata dia, diantaranya debit air dan ketinggian yang kurang besar. Selain itu, jarak lokasi air terjun ke desa setempat relatif jauh yaitu lebih dari empat kilometer.

"Karena kalau melebihi empat kilometer banyak daya listrik yang hilang," katanya didampingi Kepala Seksi Listrik, Suriadi Musa.

Sarwo menjelaskan survei 2013 dilakukan di Kecamatan Lahei Barat antara lain air terjun Jantur Bongkok Desa Nihan Hilir dengan ketinggian 5,5 meter berpotensi jadi daya listrik 415 kilowatt (kw), air terjun Hongkong Luwe Desa Luwe Hulu (enam meter) dengan potensi listrik 877 kw.

Kemudian di wilayah Kecamatan Teweh Baru meliputi air terjun Jantur Logom Desa Sabuh (delapan meter) dengan potensi 616 kw dan air terjun Bukit Keminting Kelurahan Jingah (dua meter) potensi 32,89 kw.

Pada tahun 2012 survei dilakukan di kawasan air terjun Limungun di Sungai Temulur Desa Muara Mea Kecamatan Gunung Purei dengan potensi daya listrik sekitar 357 kw, air terjun Jantur Doyam Desa Mukut Kecamatan Lahei 380 kw dan Sungai Brioi Desa Sungai Rahayu II Kecamatan Teweh Tengah sekitar 221 kw.

Untuk tahun 2011 survei potensi listrik dilakukan di wilayah Kecamatan Teweh Tengah yakni DAM Trinsing sekitar 118 kw dan DAM Trahean 82 kw, Sungai Malungai Desa Malungai Kecamatan Gunung Timang 21,78 kw, Sungai Sentuyun Desa Tanjung Harapan Kecamatan Gunung Purei sekitar 22 kw.

"Saat ini kami masih membuka masukan atau informasi dari masyarakat untuk mencari lokasi potensi PLTMH untuk kembali disurvei guna dijadikan sumber energi listrik baru terbarukan di daerah ini," jelas dia.

Survei PLTMH itu menggunakan metode pengukuran pelampung (metode floating) dan GPS dilakukan di wilayah kecamatan sejak tahun 2010 hingga 2013.

Selain air terjun, Barito Utara juga memiliki potensi pembangkit listrik dari riam bebatuan yang arusnya sangat deras saat air sungai naik atau sedang sehingga bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik air berkapasitas sedang.

Lokasi itu diantaranya pemanfaatan riam di pedalaman Sungai Lahei (anak Sungai Barito) di wilayah Desa Rahaden Kecamatan Lahei.

"Namun potensi riam bebatuan ini dinilai tidak maksimal karena airnya sering kering akibat kemarau, padahal PLTMH perlu air sepanjang tahun atau minimal 10 bulan setahun harus ada air," jelasnya.

Ia mengatakan, pihaknya juga menjajaki pembangunan pembangkit listrik dengan kincir air memanfaatkan arus air Sungai Barito yang mengalir deras dari wilayah hulu atau utara ke hilir atau selatan.

Arus air sungai sepanjang 900 kilometer yang wilayah hulunya di Kalteng dan bermuara di Laut Jawa wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) itu menyimpan potensi energi listrik yang digerakkan dengan kincir air.

"Ini merupakan program jangka panjang sebagai energi alternatif bagi warga di pedesaan," ujarnya.

Menurut dia, potensi listrik dengan sumber tenaga air di kabupaten pedalaman Sungai Barito sangat besar sesuai hasil survei PT PLN wilayah Kalteng dan Kalsel terutama untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) maupun PLTMH.

Hasil penelitian pihak PLN untuk PLTA Muara Teweh berkapasitas 34 megawatt (MW), PLTA Muara Lahei 32,2 MW dan PLTMH Gunung Purei memanfaatkan air Sungai Teweh (anak Sungai Barito) sekitar 0,6 MW atau 600 kilo watt.

"Pemanfaatan potensi air yang disurvei PLN ini merupakan program jangka panjang," katanya.






(T.K009/B/A039/A039)

Pewarta : Kasriadi
Editor : Ronny
Copyright © ANTARA 2024