Muara Teweh (Antara Kalteng) - Harga karet di pedalaman Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, kembali naik menjadi Rp8.000 per kilogram pada awal Desember 2016 dari sebelumnya Rp7.000/kg.
"Naiknya harga karet ini sudah terjadi dalam sepekan terakhir," kata Nordiani, petani karet di Desa Pendreh, Kecamatan Teweh Tengah, Jumat.
Nordiani mengatakan bahwa naiknya harga karet membuat petani di kabupaten pedalaman Sungai Barito itu bergairah kembali karena dalam tiga bulan terakhir terus mengalami kenaikan setelah anjlok.
Membaiknya harga karet itu karena naiknya harga karet di beberapa daerah lainnya dan diduga akibat permainan para tengkulak yang menguasai penjualan karet di daerah tersebut dengan menyesuaikan dengan harga pasar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
"Masalahnya, para petani daerah ini masih tergantung pada para tengkulak karena sampai sekarang belum ada pabrik karet, padahal hasil panen karet petani cukup banyak," katanya.
Nordiani mengatakan bahwa kenaikan harga karet itu sesuai dengan pengakuan para spekulan karena pihak pabrik di Banjarmasin juga menaikkan harga produk kebun yang dihasilkan rakyat tersebut.
"Kami berharap harga karet terus membaik guna membantu petani, apalagi saat ini harga barang kebutuhan sehari-hari mengalami kenaikan," katanya yang didukung oleh para petani lainnya.
Karet merupakan salah satu komoditas unggulan masyarakat di kabupaten pedalaman Kalteng karena sebagian besar warga daerah itu berprofesi petani karet, baik bibit lokal maupun unggul.
Luas perkebunan karet rakyat di kabupaten yang terkenal dengan potensi sumber daya alam batu bara itu tercatat 35.646 hektare dengan produksi karet kering mencapai 18.696 ton per tahun.
Semua perkebunan karet rakyat itu tersebar di sembilan kecamatan di wilayah tersebut.
"Naiknya harga karet ini sudah terjadi dalam sepekan terakhir," kata Nordiani, petani karet di Desa Pendreh, Kecamatan Teweh Tengah, Jumat.
Nordiani mengatakan bahwa naiknya harga karet membuat petani di kabupaten pedalaman Sungai Barito itu bergairah kembali karena dalam tiga bulan terakhir terus mengalami kenaikan setelah anjlok.
Membaiknya harga karet itu karena naiknya harga karet di beberapa daerah lainnya dan diduga akibat permainan para tengkulak yang menguasai penjualan karet di daerah tersebut dengan menyesuaikan dengan harga pasar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
"Masalahnya, para petani daerah ini masih tergantung pada para tengkulak karena sampai sekarang belum ada pabrik karet, padahal hasil panen karet petani cukup banyak," katanya.
Nordiani mengatakan bahwa kenaikan harga karet itu sesuai dengan pengakuan para spekulan karena pihak pabrik di Banjarmasin juga menaikkan harga produk kebun yang dihasilkan rakyat tersebut.
"Kami berharap harga karet terus membaik guna membantu petani, apalagi saat ini harga barang kebutuhan sehari-hari mengalami kenaikan," katanya yang didukung oleh para petani lainnya.
Karet merupakan salah satu komoditas unggulan masyarakat di kabupaten pedalaman Kalteng karena sebagian besar warga daerah itu berprofesi petani karet, baik bibit lokal maupun unggul.
Luas perkebunan karet rakyat di kabupaten yang terkenal dengan potensi sumber daya alam batu bara itu tercatat 35.646 hektare dengan produksi karet kering mencapai 18.696 ton per tahun.
Semua perkebunan karet rakyat itu tersebar di sembilan kecamatan di wilayah tersebut.