Palangka Raya (ANTARA) - Anggota DPD RI Agustin Teras Narang mengaku, ada menerima aspirasi dan keluhan dari masyarakat di Desa Bukit Rawi maupun Bukit Liti, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, terkait murahnya harga getah karet serta sudah tidak mampu lagi menutupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Informasi dari masyarakat bahwa sekarang ini harga getah karet berkisar per kilogram sekitar Rp6.000 hingga Rp7.000 atau jauh lebih murah dibandingkan beras maupun gula, kata Teras Narang di Palangka Raya, Sabtu.
"Jadi, saya berharap adanya keluhan dari masyarakat ini, harus mendapat perhatian dan disikapi secara serius oleh pemerintah pusat bersama pemerintah daerah," ucapnya.
Dirinya pun menyarankan sekaligus mendorong pemerintah pusat, melalui kementerian terkait, agar membangun pabrik karet di Kalteng. Sebab, petani getah karet di Kalteng masih sangat banyak, bahkan ada serta merata di 13 kabupaten di provinsi setempat.
"Dalam kapasitas saya sebagai wakil daerah Kalteng, permasalahan harga karet ini akan disampaikan ke pemerintah pusat. Terutama pada kementerian terkait, agar mencari solusi bersama ke depannya," kata Teras Narang.
Selain mendorong dibangunnya pabrik karet, mantan Gubernur Kalteng periode 2005-2015 itu, mengajak sekaligus meminta para petani karet di provinsi setempat, mampu meningkatkan kualitas karet supaya sesuai standar yang ditentukan pabrik dan pasar.
Baca juga: Teras Narang ajak semua pihak lawan stigma negatif ke disabilitas
Dia mengatakan, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membuat harga getah karet di provinsi ini mengalami kenaikan, adalah dengan memperbaiki serta meningkatkan kualitasnya. Dengan begitu, getah karet yang berasal dari Kalteng, dapat bersaing di pasar nasional bahkan internasional.
"Pemerintah daerah di Kalteng, perlu juga memberikan pelatihan kepada para petani getah karet, agar dapat lebih memahami bagaimana cara meningkatkan kualitas getah karet. Jadi, langkah pemerintah, baik pusat maupun daerah, sejalan dengan para petani getah karet di Kalteng," demikian Teras Narang.
Baca juga: Kampanye pemilu harus jadi ajang pendidikan politik mencerdaskan